Kemampuan Jiwa yang Berhubungan dengan Kemauan (KONASI)
Kali ini admin postingkan artikel tentang kemampuan jiwa yang berhubungan dengan kemauan silahkan simak di bawah ini.
1. Pengertian
Kemauan
Kemauan merupakan
salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas
psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu
tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju pada sesuatu arah.
Adapun tujuan kemampuan adalah pelaksanaan suatu tujuan-tujuan yang harus
diartikan dalam suatu hubungan. Misalnya, seseorang yang memiliki suatu benda,
maka tujuannya bukan pada bendanya, akan tetapi pada mempunyai benda itu”,
yaitu berada dalam relasi (hubungan), milik atas benda itu. Seseorang yang
mempunyai tujuan untuk menjadi sarjana, dengan dasar kemauan, ia belajar dengan
tekun, walaupun mungkin juga sambil bekerja. Dalam istilah sehari-hari, kemauan
dapat disamakan dengan kehendak dan hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa
untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari
luar sebagai gerak-gerik.
Untuk memparmudah mempelajarinya maka gejala
kemauan dibagi atas:
a.
Dorongan
b. Keinginan c. Hasrat
d. Kecenderungan e. Hawa Nafsu
a. Dorongan,
ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung
di luar kesadaran manusia. Dorongan ini dibedakan menjadi 2 golongan yakni :
·
Dorongan
nafsu :
·
dorongan
nafsu makan,
·
dorongan
nafsu seksual,
·
dorongan
nafsu sosial,dan
·
dorongan
nafsu meniru
·
Dorongan
rohaniah :
·
dorongan
keamanan,
·
dorongan
menonjolkan diri,
·
dorongan
ingin tahu,
·
dorongan
keindahan,
·
dorongan
kebaikan,
·
dorongan
kebebasan,dan
·
dorongan
bekerja.
b. Keinginan, ialah dorongan
nafsu,yang tertuju pada suatu benda tertentu, atau yang kongkrit, keinginan
yang dipraktekkan bisa menjadi kebiasaan. Misal nafsu makan menimbulkan
keinginan untuk makan sesuatu. Sedangkan kebiasaan adalah gerak perbuatan yang
berjalan dengan lancar dan seolah-olah berjalan dengan sendirinya
c. Hasrat, ialah suatu
keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang. Adapun ciri-ciri Hasrat adalah sebagai berikut :
·
Hasrat
merupakan “motor” penggerak perbuatan dan kelakuan manusia.
·
Hasrat
berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negatif. Positif
berarti mencapai barang sesuatu yang dianggap berharga atau berguna baginya.
Sedang negatif berarti menghindari sesuatu yang dianggap tidak mempunyai
harga/guna baginya.
·
Hasrat
selamanya tidak terpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan perasaan (emosi).
Dengan kata lain : hasrat tidak dapat dipisah-pisahkan dengan pekerjaan jiwa
yang lain.
·
Hasrat
di arahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan
d. Kecenderungan, hasrat yang aktif
yang menyuruh manusia agar lekas bertindak. Keinginan-keinginan yang sering
muncul atau timbul disebut: kecenderungan, kecenderungan sama dengan
kecondongan. Kecenderungan dapat menimbulkan dasar kegemaran terhadap sesuatu.
Kecenderungan dapat
dibedakan menjadi beberapa golongan:
a.
Kecenderungan
vital (hayat), misalnya: lahap, gemar, makan, gemar minuman keras dan
sebagainya.
b.
Kecenderungan
perseorangan, menimbulkan sifat-sifat loba, tamak, kikir, egoistis.
c.
Kecenderungan
sosial, misalnya: persahabatan, persaudaraan, berbuat amal dan sebagainya.
d.
Kecenderungan
abstrak, yang positif misalnya: taat pada Tuhan, jujur, patuh, bertanggung
jawab, dan sebagainya sedangkan yang negatif misalnya: dusta, bohong dan
sebagainya.
e. Nafsu
& Hawa Nafsu. Nafsu adalah dorongan
yang terdapat pada tiap-tiap manusia dan memberi kekuatan bertindak untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu. Nafsu terdiri atas 2 jenis yaitu :
·
Nafsu
Individual (perseorangan), misalnya nafsu makan, nafsu bermain, nafsu
bertindaknafsu merusak, nafsu berkelahi, nafsu berkuasa dan sebagainya.
· Nafsu Sosial (kemasyarakatan), misalnya:
nafsu meniru, nafsu kawin, nafsu berkumpul dengan orang lain, nafsu berserikat,
nafsu melindungi, nafsu mempertahankan diri, nafsu mencari ilmu, nafsu bersujud
kepada Tuhan
Sedangkan hawa nafsu
adalah kenderungan atau
keinginan sangat kuat dan mendesak yang sedikit banyak mempengaruhi jiwa
seseorang disebut hawa nafsu. Dengan timbulnya hawa nafsu seakan-akan
keinginan-kainginan yang lain dikesampingkan, sehingga tinggal satu keinginan
saja yang berkuasa dan bergerak dalam kesadaran. Disamping itu hawa nafsu
dicirikan dengan:
· Perasaan sangat
terpengaruh dan daya berfikir dapat dilumpuhkan.
· Biasanya
hawa nafsu disertai timbulnya kekuatan-kekuatan yang hebat.
Akibat timbulnya
hawa nafsu tersebut hidup jasmani dan rohaninya menjadi kacau dan terganggu.
Hawa nafsu yang banyak muncul antara lain: judi, birahi, nonton, minuman keras
dan sebagainya.
2. Motif Perkembangan Dan Macamnya
Seperti
telah dipaparkan bahwa organisme itu berbuat karena didorong oleh sesuatu
kekuatan yang datang dari dalam dirinya yang menjadi pendorong untuk berbuat.
Mengapa orang itu berlari, oleh karena ada dorongan dari dalam diri orang itu
yang menyebabkan ia berlari. Dorongan yang datang dari dalam dirinya untuk
berbuat itu yang dinamakan motif. Oleh Karenanya maka motif diartikan sebagai
suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme
itu bertindak atau berbuat. Dorongan itu tertuju kepada suatu tujuan tertentu.
Namun demikian ada pula perbuatan yang tidak didorong oleh motif, dimana
perbuatan itu berlangsung secara otomatis. Hal ini dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Secara garis besar perbuatan organisme
itu dapat dibedakan dalam dua hal yaitu perbuatan yang refleksif dan perbuatan yang
disadari.
a.
Perbuatan
yang refleksif, yaitu perbuatan yang terjadi tanpa disadari oleh
individu yang bersangkutan atau gerak reaksi yang tidak disadari terhadap
perangsang. Reflek merupakan gejala konasi yang rendah tingkatnya. Karena tidak
disadari, maka sudah barang tentu perbuatan sebagai reaksi dari stimulus yang diterima
tidak sampai ke otak sebagai pusat kesadaran sehingga jalan yang di tempuh
stimulus sampai terjadinya reaksi akan lebih pendek bila dibandingkan dengan
jalan yang ditempuh oleh stimulus yang disadari oleh individu. Dengan demikian
reaksi refleksi dapat digambarkan sebagai berikut:
Macam-macam
reflek:
a. Reflek bawaan: yakni reflek yang
dibawa sejak lahir, disebut pula reflek asli atau reflek sewajarnya. Reflek ini
merupakan suatu cara tertentu untuk bertindak yang dibawa sejak lahir,
berfungsi menjamin hidupnya makhluk yang baru lahir yang harus menghindarkan
hal-hal yang tidak menyenangkan, misalnya: menutup mata karena menentang sinar
yang sangat terang, gemetar karena lapar, dan sebagainya. Raflek semacam ini
tidak terbatas pada bayi yang baru lahir atau anak-anak, pada orang dewasapun
terdapat pula.
b. Reflek latihan: yakni reflek yang
diperoleh dari pengalaman . Reflek ini tidak dibawa sejak lahir, melaikan hasil
daripada pengalaman atau perbuatan yang selalu diulang.
Misalya: kecakapan mengendarai sepeda,
keterampilan mengemudi mobil. Baik pengendara sepeda maupun pengemudi auto
tidak setiap saat harus merencanakan dan memikirkan gerak-gerak untuk
membelokkan kemudi dan menginjak rem. Jadi terjadinya reflek ini tidak
tergantung dari adanya perangsang, melainkan terbentuk karena pengalaman.
c. Reflek bersyarat: (conditioned-reflek)
Reflek ini tidak tergantung pada
perangsang alam yang asli tapi timbul karena rangsang lain yang berassosiasi
dengan rangsangan alam tersebut. Supaya timbul assosiasi dengan perangsang alam
perlu adanya suatu perantara yang disebut syarat. Hal-hal yang dapat
menimbulkan assosiasi hingga terjadi suatu reflek disebut syarat atau kondisi.
Pandangan tentang reflek bersyarat ini
mendasarkan diri atas percobaan Pavlov(sarjana psikologi Rusia), yang
mengadakan percobaan soal ini dengan anjing sebagai obyek penyelidikan.
Bertalian dengan reflek bersyarat ini, ada aliran psikologi yang disebut
“refleksologi”
2. Perbuatan yang disadari, yaitu perbuatan
organisme atas dasar adanya motif dari individu yang bersangkutan. Jadi kalau
perbuatan itu merupakan respons dari stimulus yang disadari, maka stimulus yang
akan diterima oleh individu itu sampai dipusat, dan benar-banar disadari oleh
individu yang bersangkutan. Jalan yang ditempuh stimulus sampai terjadinya
reaksi ialah:
Dengan demikian
jalan yang ditempuh oleh stimulus sampai respons yang disadari akan lebih
panjang bila dibandingkan dengan yang tidak disadari.
Perbuatan yang
semula tidak adanya motif dapat meningkat kepada perbuatan yang bermotif.
Misalnya kalau jari tersentuh api, maka secara refleksi, orang menarik tangan
atau jarinya dari sentuhan api tersebut sebagai responnya. Perbuatn ini terjadi
dengan sendirinya, terjadi secara otomatis. Akibat karena jari terkena api terasa
sakit, maka orang mencari obat yang sekiranya dapat mengurangi atau bahkan
menghilangakan rasa sakit itu. Perbuatan mencari obat ini merupakan perbuatan
yang telah bermotif. Tujuan dari perbuatan itu ialah mencari obat mengurangi
atau menghilangkan rasa sakit yang dideritanya sebagai akibat terkena api
tersebut. Dari contoh ini dapat dikemukakan bahwa perbuatan yang semula tidak
bermotif, yang refleksi, dapat meningkat kepada perbuatan yang bermotif.
Asal dan
Perkembangan Motif
Sepeti telah dikemukakan di atas
manusia sebagai makhluk hidup mengalami perkembangan. Perkembangan ini
berhubungan dengan masalah kemasakan (maturation),
latihan dan proses belajar. Hal ini juga mempengaruhi keadaan motif yang ada
pada individu. Berhubung dengan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa sewaktu
individu dilahirkan telah membawa dorongan-dorongan atau motif-motif tertentu, terutama
motif-motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu sebagai
organisme. Dengan demikian motif ini bersifat alami dalam arti bahwa sewaktu
individu dilahirkan telah membawa motif-motif tertentu. Tetapi kemudian
motif-motif yang telah dibawa itu sebagai akibat dari perkembangan individu,
akan mengalami perkembangan juga. Dengan demikian maka dapat dikemukakan bahwa
ada motif alami (natural) yang
merupakan motif dasar yang ada pada individu, dan ada motif yang diperoleh
dengan melalui pengalaman proses belajar, yaitu merupakan motif-motif yang
dipelajari (learned motives). Motif
dasar merupakan motif yang erat sekali hubungannya dengan motif yang bersifat
biologis, yang berhubungan erat dengan kebutuhan jasmani untuk kelangsungan
hidup individu, misal motif makan, motif minum, motif mencari udara segar,
motif seksual. Tetapi dengan perkembangan individu, motif dasar akan mengalami
perobahan-perobahan, sesuai dengan keadaan norma-norma yang ada.
Macam-Macam Motif
Seperti telah dikemukakan di atas
manusia itu mempunyai motif dasar, yaitu merupakan motif biologis, yang
merupakan motif untuk kelangsungan hidup manusia sebagai organisme. Tetapi
disamping manusia sebagai organisme biologis, manusia merupakan makhluk sosial.
Karenanya manusia disamping mempunyai motif biologis juga mempunyai motif
sosiologis, yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan orang-orang
lain. Motif ini berkembang atas dasar interaksi individu dalam masyarakat.
Disamping itu Kuypers mengemukakan
bahwa manusia selain makhluk biologis dan makhluk sosiologis juga merupakan
makhluk teologis. Karena itu disamping motif biologis, motif sosiologis, pada
manusia juga didapati adanya motif teologis, yaitu motif yang mendorong manusia
untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan.
Disamping itu
menurut Woodwoorth & marquis motif itu dapat dibedakan:
1. Motif yang berhubungan dengan kebutuhan
kejasmanian (organicneeds), yaitu
merupakan motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau
organisme, misal motif minum, makan, kebutuhan bernafas, seks, kebutuhan
beristirahat.
2. Motif darurat (emergency motives) yaitu, merupakan motif untuk tidakan-tindakan
dengan segera karena keadaan sekitar menuntutnya, misal motif untuk melepas
diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi rintangan-rintangan,
motif untuk bersaing.
3.
Motif
obyektif (obyective motives) yaitu, merupakan motif untuk mengadakan hubungan
dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda misalnya
motif eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju
kepada sesuatu yang khusus. Telah dikemukakan dimuka bahwa individu telah
mempunyai minat terhadap sesuatu, maka perhatiannya akan dengan sendirinya
tertarik kepada obyek tersebut.
(Woodwoorth &
Marquis, 1957)
Konflik Motif
Keadaan sehari-hari menunjukan bahwa
kadang-kadang orang menanggapi beberapa motif yang saling bertentangan satu
dengan yang lain. Misalnya pada suatu waktu seseorang mempunyai motif untuk
belajar, tetapi juga mempunyai motif untuk melihat film. Dengan keadaan
demikian maka akan terjadi pertentangan atau konflik dalam diri orang tersebut
antara motif yang satu dengan motif yang lain. Jadi konflik motif itu akan
terjadi bila adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai sekaligus secara
bebarengan.
Bila individu
mengalami bermacam-macam motif ada beberapa kemungkinan respons yang dapat
diambil, yaitu:
1. Pemilihan
atau penolakan
Dalam
menghadapi bermacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas.
Dalam pemilihan yang tegas individu diharap kepada situasi dimana individu
harus memberikan salah satu respons (pemilihan atau penolakan) dari beberapa
macam obyek atau situasi yang dihadapi. Kalau antara bermacam-macam obyek atau
situasi itu begitu jelas bedanya maka pemilihan yang tegas tidak akan banyak
mengalami kesulitan tetapi makin kecil perbedaan antara bermacam-macam obyek
itu, akan makin sulitlah individu dalam mengambil keputusan, sehingga individu
akan mengalami konflik.
2. Kompromi
Jika
individu mengalami dua macam obyek atau situasi, adanya kemungkinan individu
dapat mengambil respons yang bersifat kompromis, yaitu menggabungkan kedua
macam obyek tersebut. Tetapi tidak semua obyek atau situai dapat diambil
respons atau keputusan yang kompromis. Dalam hal yang akhir ini individu harus
mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.
3. Meragu-ragukan
Jika
individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua obyek atau
hal yang buruk atau baik, maka sering timbul kebimbangan atau keragu-raguan
pada individu, seakan-akan individu berayun dari satu pol ke pol yang lain.
Individu hampir memutuskan hampir mangambil yang satu, tetapi yang lainpun
juga, hingga individu merasa sukar untuk melepaskannya. Kebingungan terjadi
karena masing-masing obyek mempunyai nilai-nilai yang positif ataupun nialai
negatif, kedua-duanya mempunyai segi yang menguntungkan tetapi juga mempunyai
segi-segi atau sifat-sifat yang merugikan. Pemilihan atau penolakan yang sukar
biasanya mengandung dua macam sifat yang demikian itu, seperti telah dikemukakan
dalam masalah konflik, sama-sama mengandung unsur yang menguntungkan tetapi
juga mengandung unsur-unsur yang merugikan. Misal seorang pemuda menghadapi
pemilihan antara dua orang gadis yang sama-sama baiknya. Kedua gadis tersebut
menarik perhatiannya dan diinginkannya, semua mempunyai sifat yang sama-sama
kuat. Keadaan yang demikian inilah yang menimbulkan kebimbangan atau
keragu-raguan pada pemuda tersebut. Pemilihan secara kompromis tidak mungkin
diambil. Seakan-akan pemuda tersebut berayun dari satu obyek ke obyek yang
lain, individu mengalami konflik.
Kebimbangan atau keragu-raguan umumnya
tidak menyenangkan bagi individu dan kadang-kadang menimbulkan perasaan yang
mengacaukanhingga keadaan psikis individu mengalami hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan.
Keadaan ini dapat diatasi dengan cara individu mengambil suatu keputusan dengan
mempertimbangkan dan pemeriksaan seteliti-telitinya segala aspek dari obyek
tersebut, segala untung ruginya, sehingga mungkin perlu membuat suatu daftar
alasan-alasan hingga dengan demikian keputusan itu menunjukan keputusan yang
sebaik-baiknya.
Tetapi kadang-kadang kebimbangan itu
berlangsung lama sekali hingga sangat mengganggu individu. Karena itu
kadang-kadang individu mengambil keputusan secara serampangan saja, sebab
individu beranggapan bahwa adanya suatu keputusan akan lebih baik daripada
tidak ada keputusan sama sekali.
Tetapi juga ada kemungkinan lain yaitu
individu menangguhkan persoalannya untuk sementara waktu, hingga individu akan
menghadapi obyek secara tenang , individu akan dituntun oleh kata hatinya dalam
mengambil keputusan. Keputusan yang diambil dasar kata hati mempunyai
sifat-sifat yang tertentu, yaitu:
a.
Sifat
lebih irrasional, kadang-kadang tidak dapat diterangkan dengan ratio mengapa
keputusan semacam itu diambil.
b.
Bersifat
subyektif, keputusan itu berlaku bagi individu yang bersangkutan. Sehingga
adanya kemungkinan sesuatu keputusan tidak dapat dimengerti oleh orang lain
c.
Dalam
keputusan ini bukanlah fikiran yang memutuskan, tetapi keluar dari lubuk
hatinya, dari kata hatinya.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai KONASI semoga bermanfaat.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai KONASI semoga bermanfaat.