Kematian Tuhan dalam Logika Berfikir Masyarakat Milenial

Kematian Tuhan dalam Logika Berfikir Masyarakat Milenial - Sahabat sejuta warna kali ini saya postingkan artikel tentang kematian tuhan dalam logika masyarakat milenial untuk muhasabah diri para masyarakat milenial sejauh mana tuhan senantiasa ada dalam pikiran kita. 
kematian tuhan

Oleh : Rijal Habibulloh 

Segala puji hanya milik tuhan yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, mengatur alam semesta dengan sedemikian rupa, milik-Nya lah segalanya dan akan kembali kepada-Nya. 
Era milenial dengan segala dinamikanya tak lepas dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), namun beda halnya dengan iman dan taqwa (imtaq) yang kian luntur sejalan dengan perkembangan iptek. Masyarakat milenial semakin berada pada garis tepi, sehingga tidak lagi memiliki etika dan estetika yang mengacu pada sumber ilahi. Masyarakat milenial senantiasa terbuai oleh situasi keglamoran, mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikan mereka meninggalkan pemahaman agama, hidup dalam sikap sekuler yang menghapus visi ketuhanan. Akibatnya, terjadi kehampaan spiritual dan manusia jauh dengan Tuhan. 
Kehidupan milenial yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus menyerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya. Mereka akan terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan. Tetapi dalam hal tersebut mereka tidak lagi mempunyai pegangan hidup yang kokoh yang berasal dari tuhan, dalam hidupnya sering dirundung gelisah, stress, dan tidak percaya diri. Hal itu disebabkan karena takut kehilangan apa yang dimiliki dan rasa khawatir terhadap masa depan yang tidak dapat dicapai sesuai dengan harapan. 
Kecerdasan intelektualitas dikedepankan, sementara kecerdasan spiritualitas ketinggalan jauh dibelakang. Jika proses ilmu dan teknologi yang berkembang itu tidak berada dibawah kendali agama, maka proses kehancuran pribadi masyarakat milenial akan terus berjalan, iptek akan disalahgunakan dengan segala implikasi negatifnya, dan tuhan akan benar-benar "mati" dalam logika berfikir mereka. Mereka berfikir segala sesuatu harus logis, empiris dan teoritis. Padahal tidak semuanya begitu, dalam ranah penalaran memang demikian, tetapi dalam hal keyakinan tidaklah demikian. Seharusnya semuanya masuk dalam konsep wahyu memandu ilmu. natural sciences, social sciences, humanities semuanya berhubungan organis dalam landasan agama. 
Itulah sekilas problematika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat milenial yang sudah maju dan modern yang terlihat cenderung obsesi keduniannya lebih mendominasi daripada spiritual dan ukhrawinya. Mereka tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan informasi yang dibawa oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap sebagai tidak ilmiah dan kampungan. Maka terjadilah degradasi moral yang menjatuhkan harkat dan martabatnya. 
Mindset atau pola pikir menjadi hal yang penting bagi milenial. Pola pikir yang luas dengan tidak serta merta menerima informasi yang masuk dan langsung ceplas-ceplos tanpa perhitungan, diperlukan. Sebagian besar masyarakat milenial sudah mengenal teknologi. Parahnya, ada paradoks di mana teknologi diciptakan oleh orang pintar, dengan tujuan dikonsumsi oleh orang banyak yang orang itu belum pintar. Orang dimanjakan dengan kemudahan teknologi tetapi tidak bijak menggunakannya. 
Kematian tuhan dalam logika berfikir masyarakat milenial semakin jelas adanya, masyarakat milenial sudah mengeyampingkan aspek ketuhanan, dalam usahanya tuhan tidak dilibatkan, tuhan dianggap tidak ada kaitannya dalam proses usahanya, padahal apapun yang terjadi, berhasil atau gagal suatu usaha itu adalah kehendak tuhan. 
Narasi kehidupan yang dijalani oleh setiap insan tentu tak terelakan dari serangkaian keinginan dan harapan. Tentunya untuk bisa mewujudkan apa yang diharapkan agar bisa berbuah manis diperlukan suatu pendukung agar menjadi satu kesatuan yang kuat. Trilogi kesuksesan yaitu Do'a, Usaha, dan Tawakal. Itulah pendukung tersebut. Masyarakat milenial kehilangan dua poin penting yaitu do'a dan tawakal dan itulah aspek spiritual. Intelektual tinggi, Iptek berkembang pesat, tapi tujuan mereka jadi hanya duniawi saja bukan ukhrowi sebagai tujuan utamanya karena aspek spiritual mereka hampa, demikianlah tuhan mati dalam logika berfikirnya. 
Memang hidup ini berjalan sesuai dengan takdir-Nya, ada mu'allaq dan mubrom-Nya, mu'allaq yang dapat diusahakan, mubrom yang tidak dapat diusahakan, tapi meskipun takdir terbagi dua, muallaq dan mubram, manusia tidak mengetahui mana takdir muallaq dan takdir mubram. Oleh karena itu, trilogi kesuksesan harus tetap dilakukan dengan maksimal. Apapun hasilnya itu adalah yang terbaik dari tuhan. Do'a tanpa usaha adalah bohong, usaha tanpa do'a adalah kosong. cara Tuhan tak harus sama dengan cara manusia, karena Ia Tuhan bukan manusia. cara-Nya mengajarkan hikmah tak harus dimengerti oleh nalar, karena Ia Sang maha tahu dan pemilik ilmu, bukan manusia yang terbatas kadar nalarnya. Caranya mengasihi makhluk-Nya tak harus sama dengan cara manusia mengasihi sesamanya, Kasih-Nya tak harus tampak dan kasat mata, tapi kasih sayang-Nya selalu ada bersama hembusan nafas makhluk-Nya. 
Tiga konsep hidup yang apabila masyarakat milenial melaksanakannya, kematian tuhan tidak akan terjadi yaitu Lillah (Karena Allah), Billah (Dengan pertolongan Allah), Fillah (Di atas syariat Allah). Sungguh semua yang dijalani di dunia ini akan terasa sangat berat jika memaknai hal tersebut dari sisi duniawi saja. Apapun yang dilakukan rasanya melelahkan, menguras pikiran bahkan menyita waktu. Namun, jika memaknai semua itu dengan penuh ketelitian atas dasar Tuhan, maka semua letih yang dilakukan, tenaga yang sudah terkuras akan terasa manis dan apapun hasilnya akan disyukuri. 
Optimalkan ilmu untuk dunia 100% dan ilmu untuk akhirat 100%. Esensinya semua ilmu adalah milik tuhan dan untuk mengabdi kepada tuhan. 
Penulis bukan orang yang sudah merasa dekat dengan tuhan, tulisan ini hanya pendapat penulis dan apa yang penulis rasakan, penulis sendiri adalah dan objek dari tulisan ini. Benarnya dari Allah, salahnya dari kekeliruan penulis. Wallohu a'lam bishowab, Ihdinashirotol mustaqiim. 
Terakhir penulis sampaikan kutipan kata dari orang hebat yang menginspirasi penulis. 
Orang yang hebat imtaqnya tapi tidak tahu iptek, dia tidak akan mampu menolong dirinya sendiri. Sebaliknya, orang yang ipteknya saja tetapi tanpa imtaq, bahaya, dia akan halalkan semua cara. (Habibie) 
Demikianlah artikel yang saya bagikan tentang Kematian Tuhan dalam Logika Berfikir Masyarakat Milenial semoga bermafaat bagi para pembaca.