Makalah Fawatih As Suwar

sahabat sejuta warna kali ini admin postingkan materi ulumul quran mengenai fawatihus suwar atau pembuka surat silahkan simak dibawah ini.


Fawatih As-Suwar

1.1             Pengertian Fawatih As-Suwar

Istilah “Fawatih” adalah jamak dari kata “fatih” yang secara lughawi berarti pembuka.  Sedangkan “Suwar” adalah jamak dari kata “Surah” sebagai sebutan dari sekumpulan ayat-ayat Al-Quran yang diberi nama tertentu. Jadi, Fawatih As-Suwar berarti pembukaan-pembukaan surah, karena posisinya berada di awal surah-surah dalam Al-Quran[1]. Diantara pembuka itu ada yang berbentuk huruf terpisah (Al-muqatha’at),kata maupun kalimat. Semua bentuk ini memberi pesan tertentu yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang memahami tafsir Al-Quran.
Banyak ulama telah melakukan kajian mendalam tentang pembukaan surah-surah Al-Quran, seperti Ibnu Abi Al-Asba’ yang menulis sebuah kitab tentang Fawatih As-Suwar, yaitu kitab Al-Khawathir Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surah yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaanya adalah sebagai berikut : Pertama, pujian terhadap Allah Swt yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, dengan menggunakan huruf-huruf hijaiyah, yang terdapat dalam 29 surah. Ketiga, dengan menggunakan kata seru (ahrufun nida) yang terdapat dalam 10 surah. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah) yang terdapat dalam 23 surah. Kelima, dalam bentuk sumpah (al-qasam) yang terdapat dalam 15 surah.

1.1 Pendapat Para Ulama Tentang Fawatih As-Suwar

Menurut Ibnu Abi Al-Asba’ dalam buku Ulumul Quran seperti yang dikutip Ahmad bin Musthafa, fungsi Fawatih As-Suwar (pembuka-pembuka surah) adalah untuk menyempurnakan dan memperindah bentuk cara penyampaian dengan sarana pujian atau melalui huruf-huruf, serta untuk merangkum segala materi yang akan disampaikan lewat kata-kata awal.[2] Dalam hal ini surat Al-Fatihah dapat digunakan sebagai ilustrasi tentang pembuka yang merangkum seluruh pesan ayat dan surat yang terdapat dalam A-Quran. Terdapat beberapa pembahasan yang dilakukan oleh beberapa ulama, yaitu sebagai berikut :[3]
2.1.1   Pembahasan yang dilakukan oleh para ulama tafsir
Pembahasan yang dilakukan ulama tafsir menunjukan bahwa pembuka surat yang berbentuk huruflah yang sering menimbulkan kontroversi. Itulah sebabnya, huruf-huruf tersebut sering dimasukan dalam kategori ayat mutasyabihat yang tak seorang pun “mengetahui” artinya selain Allah, atau yang biasa disebut salah satu bentuk “rahasia Tuhan” yang terdapat dalam Al-Quran.
Menurut Al-Hubbi dalam buku Ulumul Quran, awal surat berupa huruf merupakan bentuk peringatan khusus bagi Nabi Muhamad Saw, karena bahwa Allah mengetahui bagian-bagian waktu yang dimiliki Nabi Saw.  Atas dasar itu, Malaikat Jibril menyampaikan firman Allah seperti alif-lammim, alif-lam ra, dan ha’mim dengan dengan suara malaikat Jibril yang khas agar Nabi Saw, bisa menerima dan memperhatikannya. Sayyid Rashid Ridla dalam kitab tafsirnya yang berjudul Al-Manar, menyatakan bahwa huruf-huruf tersebut  merupakan peringatan yang diutamakan kepada ruh dan watak kejiwaan Nabi Saw yang mulia. Sayyid Rashid Ridla tidak mengkhususkan kepada siapa tanbih (peringatan) itu ditujukan. Ulama lain menerangkan bahwa bentuk tanbih itu ditujukan kepada kaum musyirikin Makkah dan Ahli Kitab Madinah.
Asy-Syafi’I berpendapat bahwa huruf-huruf awal surat merupakan rahasia Al-Quran. abu Bakar ash-Shiddiq berkata:” Setiap kitab mempunyai rahasia dan rahasia Al-Quran adalah awal surahnya”. Ibnu Mas’ud berkata :”Setiap huruf awal surat merupakan ilmu yang disembunyikan dan rahasianya tertutup oleh kekuasaan Allah sehingga banyak mufasir yang hanya memperkirakan maknanya. Ini terjadi karena keterbatasan pemahaman dan latar belakang pengetahuan mereka sehingga untuk makna yang hakiki ayat tersebut dikembalikan kepada Allah”.
Ada pula ulama Tafsir yang berpendapat bahwa Allah memakai huruf tersebut sebagai huruf sumpah (al-Aqsam). Allah bersumpah atas nama huruf-huruf tersebut dalam bentuk ringkasan sehingga penyebutannya hanya sebagian. Tegasnya, dia menyebut sebagian huruf untuk makna seluruh huruf. Misalnya, dia menyebut alif-lam mim untuk menunjukan bahwa Dia bersumpah dengan seluruh huruf al-muqatta’ah. Makna ini bisa diilustrasikan dalam sebuah kalimat  aku telah mempelajari alif-lam mim, artinya, seseorang tidak hanya mempelajari huruf-huruf yang dimaksud karena ia harus mempelajari huruf lainnya diantara 28 huruf hijaiyah.
Pembahasan tentang sumpah dan huruf sumpah dalam Al-Quran juga dikemukakan oleh Aisyah Abdurrahman bin Tusy Syathi’. Ia memahami bahwa sumpah-sumpah itu banyak menunjukan kepada sesuatu yang bersifat rasional-logis atau bersifat alamiah dan “manusiawi”. Sebagian ulama lainnya mengungkapkan bahwa huruf-huruf tersebut diambil dari sifat-sifat Allah yang dengannya akan terkumpul banyak sifat-Nya yang sempurna. Ini merupakan salah satu bentuk “seni” dan “seni meringkas” yang sangat khas yang seringkali dilakukan oleh orang-orang Arab ketika mereka bermain dalam syair.    Miasalnya alif-lam mim ditafsirkan sebagai ”Aku Allah, Aku mengetahui” atau alif-lam mim ra’ yang diartikan sebagai “Aku Allah, Aku Maha Mengetahui dan Aku Memberikan Rincian”. Ada juga yang menafsirkan huruf-huruf muqatta’ah dengan penisbatan kepada nama-nama sahabat di surat-surat Al-Quran tertentu. Misalnya sin dinisbatkan pada sahabat Sa’ad bin Abi Waqash, mim pada sahabat al-Mughirah, nun pasa Utsman bin Affan, dan ha’ pada sahabat Abu Hurairah.  
2.1.2   Pembahasan yang dilakukan oleh kaum sufi
Berbeda dengan pembahasan yang dilakukan oleh ulama ahli tafsir. Mereka kaum sufi tidak ragu-ragu untuk menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat tersebut dengan caranya sendiri, yakni penafsiran batiniyah (interpretasi esoteris) seperti yang dikemukakan oleh Muhyidin ibn Arabi dalam kitab Futuhat al-Makkiyah. Ia menyatakan bahwa “Permulaan surat yang majhul tidak dapat diletakkan makna yang sesungguhnya kecuali oleh seorang yang mampu berimajinasi kreatif (menggambarkan) dengan akalnya”. Ada juga sebagian ulama yang tidak terlalu menganggap serius huruf-huruf pembuka itu semisal al-Qurthubi. Ia mengatakan : “Aku tidak melihat kehadiran huruf al-muqatta’ah itu, kecuali terdapat pada awal surat. Dan, aku sendiri tidak menangkap maksud-maksud tertentu yang dikendaki oleh Allah”.

1.2 Bentuk-bentuk Fawatih As-Suwar

Menurut Badruddin Muhammad Al-Zarkasyi dalam buku Ulumul Quran Allah SWT telah memberikan pembukaan terhadap Kitab-Nya dengan sepuluh macam bentuk dan tidak ada satu surah pun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Pernyataan ini dikuatkan oleh Al-Qasthalani, bentuk-bentuk Fawatih As-Suwar diantaranya berikut :[4]
1.      Pembukaan dengan pujian kepada allah (Al-istiftah bi Al-tsana). Pujian kepada Allah ada dua macam yaitu:
a.    Menetapkan sifat-sifat terpuji degan menggunakan (a) hamdalah, yakni dibuka dengan ﺍﻠﺤﻤﺪﷲ yang terdapat pada 5 surah, yaitu Al-fatihah, Al-An’am , Al-Kahfi, Saba, dan Fathir, (b) menggunakan lafal ﺘﺑﺎﺮﻚ yang terdapat dalam 2 surah, yaitu Al-Furqan dan Al-Mulk.
b.    Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif dengan menggunakan lafal tasbih yang terdapat pada 7 surah, yaitu Al-Isra’, Al-A’la, Al-Hadid, Al-Hasyr, Al-shaff, Al-Jum’ah, dan Al-taghabun.
2.      Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Al-ahruf Al-muqatha’ah).
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai 14 huruf tanpa diulang yakni:
ﺍ  ﺡ  ﺭ  ﺲ  ﺺ  ﻂ  ﻉ  ﻖ  ﻚ  ﻞ  ﻢ  ﻦ  ﻫ  ﻱ
Penggunaan surah-surah tersebut dalam pembukaan surah-surah Al-Quran disusun dalam 14 rangkaian yang terdiri atas kelompok berikut ini :
a.    Kelompok sederhana, yakni pembukaan yang hanya satu huruf, terdapat pada 3 surah, yakni   (surah Shad), (surah Qaf), dan (surah Al-Qalam).
b.    Kelompok yang terdiri dari dua huruf, terdapat pada 9 surah, yakni ﺤﻡ (surah Al-Mu’min, Al-Sajdah, Al-Zukhruf, Al-Dukhan, Al-Jatsiyah dan Al-Ahqaf); ﻂﻪ (surah thaha); ﻂﺲ (surah Al-Naml); dan ﻴﺲ (surah Yasin).
c.    Kelompok yang terdiri atas 3 huruf, terdapat pada 13 surah yakni, ﺍﻠﻢ (Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Rum, Luqman, dan Sajdah); ﺍﻠﺭ (surah Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf, dan Al-Hijr); dan ﻂﺴﻢ (surah Al-Qashash dan Al-Syu’ara).
d.   Kelompok yang terdiri atas empat huruf, terdapat pada 2 surah yakni ﺍﻠﻤر (surah Al-Ra’d) dan ﺍﻠﻤﺺ  (surah Al-A’raf).
e.    Kelompok yang terdiri atas 5 huruf, terdapat pada 2 surah, yakni ﻜﻬﻴﻌﺺ (surah Maryam) dan ﺤﻡﻋﺴﻖ  (surah Al-Syura).
3.      Pembukaan dengan panggilan (Al-istiftah bi Al-nida).
Nida ini ada 3 macam, terdapat pada 9 surah, yakni sebagai berikut.
a.    Nida untuk Nabi dengan term ﻴﺎﺍﻴﻬﺍ ﺍﻠﻨﺑﻲ  pada surah Al-Ahzab, Al-Tahrim, dan Al-Thalaq..
b.    Nida untuk Nabi dengan term ﻴﺎﺍﻴﻬﺍ ﺍﻠﻤﺰﻤﻞ   pada surah Al-Muzammil.
c.    Nida untuk Nabi dengan term ﻴﺎﺍﻴﻬﺍ ﺍﻠﻤﺪﺜﺮ  pada surah Al-Mudatstsir.
d.   Nida untuk orang-orang beriman dengan termﺍﻠﺬﻴﻦ ﺁﻤﺬﻮﺍ ﻴﺎﺍﻴﻬﺍ pada surah Al-Ma’idah, Al-Hujurat, dan Al-Mumtahanah.
e.    Nida untuk orang-orang secara umum dengan term ﺍﻠﺬﺎﺱﻴﺎﺍﻴﻬﺍ Pada surah Al-Nisa dan Al-Hajj.
4.      Pembukaan dengan kalimat berita (Al-istiftah bi Al-jumlah Al-khabariyah).
Kalimat berita (Al-jumlah Al-khabariyah) dalam pembukaan surah ada dua macam yaitu :
a.    Kalimat nomina (Al-jumlah Al-ismiyah)
Kalimat ini terdapat pada 11 surah, yaitu surah Al-Taubah, Al-Nur, Al-Zumar, Muhammad, Al-Fath, Al-Rahman, Al-Haqqah, Nuh, Al-Qadr, Al-Qari’ah, dan Al-Kautsar.
b.    Kalimat verba (Al-jumlah Al-fi’liyah)
Kalimat ini terdapat pada 12 surah, yaitu Al-Anfal, Al-Nahl, Al-Qamar, Al-Mu’minun, Al-Anbiya, Al-Mujadalah, Al-Ma’arij, Al-Qiyamah, Al-Balad, ‘Abasa, Al-Bayinah, Al-Takatsur.
5.      Pembukaan dengan sumpah (al istiftah bi Al-qasam)
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surah-surah Al-Quran ada tiga macam dan terdapat dalam 15 surah.
6.      Pembukaan dengan syarat (Al-istiftah bil-syarth)
Syarat-syarat yang digunakan dalam pembukaan surah-surah Al-Quran ada dua macam dan digunakan dalam 7 surah, yakni surah Al-Takwir, Al-Infithar, Al-Insyiqaq, Al-Waqi’ah, Al-Munafiqun, Al-Zalzalah, dan Al-Nashr.
7.      Pembukaan dengan kata kerja perintah (Al-istiftah bi Al-amr)
Berdasarkan penelitian para ahli, ada sekitar 6 kata kerja perintah yang menjadi pembukaan surah-surah Al-Quran, yaitu pada surah Al-‘Alaq, Jin, Al-Kafirun, Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan Al-Nas.
8.      Pembukaan dengan pertanyaan (Al-istiftah bi Al-istifham).
Bentuk pertanyaan ini ada dua macam, yaitu:
a.         Pertanyaan positif yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif. Pertanyaan dalam bentuk ini digunakan dalam 4 surah, yaitu surah Al-Dahr, Al-Ghasiyah, dan Al-Ma’un.
b.      Pertanyaan negatif yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat negatif, yang hanya terdapat pada 2 surah, yaitu surah Al-Insyirah dan Al-Fil.
9.      Pembukaan dengan doa (al istiftah bi Al-du’a)
Pembukaan dengan doa ini terdapat pada 3 surah, yaitu surah Al-Muthaffifin, Al-Humazah, dan Al-Lahab.

10.  Pembukaan dengan alasan (Al-istiftah bi Al-ta’lil).
Pembukaan dengan alasan ini hanya terdapat dalam Quraisy.
            As-Suyuthi mengatakan : pembukaan dengan doa dapat saja dimasukkan ke dalam pembagian Al-Khabar, begitu juga pembukaan dengan pujian seluruhnya dapat dimasukan ke dalam jenis Al-Khabar kecuali surah Al-A’la dapat dimasukan ke dalam bagian bagian Al-Amr dan ayat yang didahuluinya dengan subhana dapat mengandung Al-Amr dan Al-Khabar.

1.3 Pengertian Khawatim Al-Suwar

Istilah “Khawatim” adalah jamak dari “khatimah”, yang berarti penutup atau penghabisan. Menurut bahasa, “khawatim Al-Suwar” berarti penutup surah-surah Al-Quran.[5] Menurut istilah “khawatim Al-Suwar” adalah ungkapan yang menjadi penutup dari surah-surah Al-Quran yang memberi isyarat berakhirnya pembicaraan sehingga merangsang untuk mengetahui hal-hal yang dibicarakan sesudahnya.
As-Suyuthi dalam membahas Khawatim Al-Suwar tidak begitu terperinci sebagaimana menerangkan Fawatih As-Suwar. As-Suyuthi menerangkan beberapa bentuk term sebagai penutup dari surah-surah dalam Al-Quran. diterangkan bahwa penutup surah diantaranya berupa doa, wasiat, fara’idh, tahmid, tahlil, nasihat-nasihat, janji dan ancaman, dan lain-lain.

1.4 Bentuk-bentuk Khawatim Al-Suwar

Sementara beberapa penelitian dalam buku Ulumul Quran karya Acep Hermawan, ada 16 macam khawatim Al-Suwar, diantaranya sebagai berikut : [6]
1.      Penutupan dengan mengagungkan Allah (Al-ta’zhim)
Penutupan ini terdapat pada 18 surah, yaitu surah Al-Maidah, Al-Anfal, Al-Anbiya, Al-Nur, Luqman, Fathir, Fushilat, Al-Hujurat, Al-Hadid, Al-Hasyr, Al-Jum’ah, Al-Munafiqun, Al-Taghabun, Al-Thalaq, Al-Jin, Al-Mudatstsir, Al-Qiyamah, dan At-Tin. Ada yang berpendapat bahwa penutupan pada surah-surah ini bisa dimasukkan ke dalam pertanyaan.
2.      Penutupan dengan anjuran ibadah dan tasbih (Al-ibadah wa al-tasbih)
Seperti yang ada pada surat Al-Thur, An-Najm,Al-Alaq, dll.
3.      Penutupan dengan pujian (Al-tahmid)
Seperti yang ada pada surat Ar-Rahman, Al-Waqiah, Al-Haqqah, An-Nashr dll.
4.      Penutupan dengan doa
Seperti yang ada pada surat Al-Baqarah dan Al-Mu’minun.
5.      Penutupan dengan wasiat
Seperti yang ada pada surat Al-Rum, Al-Fajr, Al-Dhuha, dll..
6.      Penutupan dengan perintah dan masalah taqwa
Seperti yang ada pada surat Ali-Imron, An-Nahl, dan Al-Qamar.
7.      Penutupan dengan masalah kewarisan
Seperti yang ada pada surat An-Nisa.
8.      Penutupan dengan janji dan ancaman ( Al-wad wa Al-wa’id )
Seperti yang ada pada surat Al-Muzammil dan Al-Humazah.
9.      Penutupan dengan hiburan bagi Nabi SAW
Seperti yang ada pada surat Al-Kautsar, dan  Al-Kafirun.
10.  Penutupan dengan sifat-sifat  Al-Quran
Seperti yang ada pada surat Yusuf, Shad, dan Al-Qalam.
11.  Penutupan dengan bantahan (Al-jadl)
Seperti yang ada pada surat Al-Ra’d.
12.  Penutupan dengan ketauhidan
Seperti yang ada pada surat Al-Taubah, Ibrahim, Al-Kahfi dll.
13.  Penutup dengan kisah
Seperti yang ada pada surat Maryam, Al-Fill, dll.
14.  Penutup dengan anjuran jihad
Seperti yang ada pada surat Al-Hajj.
15.  Penutup dengan perincian maksud
Seperti yang ada pada surat Al-Fatihah, As-Syuara, dan At-Takwir.
16.  Penutup dengan pertanyaan
Seperti yang ada pada surat Al-Mulk, At-Thin, dan Al-Mursalat.

Demikianlah yang saya bagikan mengenai pembuka surat al quran semoga bermanfaat.