Makalah Perkembangan Tauhid pada Masa Rasulullah SAW

sahabat sejuta warna kali ini saya postingkan materi nilmu tauhid tentang sejarah perkembangan ilmu tauhid pada masa rosululloh saw silahkan disimak dibawah ini.

PERKEMBANGAN TAUHID PADA MASA RASULULLAH SAW

            Di dalam Islam ilmu yang membahas tentang ke-Esaan Allah dikenal dengan nama Ilmu Tauhid, didalam ilmu ini memang tidak semua membahas tentang ke-Esaannya Allah, tetapi pembahasan yang paling menonjol dalam ilmu ini ialah mengenai tentang ke-Esaannya Allah, dan ilmu tauhid ini dikenal juga dengan sebutan ilmu kalam.
Ilmu ini tumbuh dan berkembang seiringan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam didunia ini, diawali pada zaman Rasul yang meluruskan akidah dimasa-masa sebelumnya yang masih banyak menyembah berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Dan pada masa para sebelum Nabi Muhammad pun semua menagajarkan tentang ke-Esaan Allah di mulai sejak Nabi Adam hingga sampai kepada Nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Mereka semua diutus untuk meluruskan akidah umat manusia yang menyimpang pada saat itu.
Sampai saat ini pun, di zaman yang modren sekarang ini ilmu Tauhid juga masih dipelajari dan diajarkan kepada para pemeluk agama Islam, baik mulai dari lembaga-lembaga pendidikan, maupun masyarakat umum. Ilmu ini penting untuk dipelajari karena Ilmu inilah dasar dari agama Islam yaitu mengenal Allah, mengetahui ke-EsaanNya, kebesaranNya, kekuasaanNya, dan juga sifat-sifatNya.
Bagaimana bisa kita menyembah sedangkan kita tidak tahu sapa yang seharusnya dan sepatutnya kita sembah? Maka dari itulah awal agama ialah mengenal Allah, mengetahui kebesaranNya, kekuasaanNya, ke-EsaanNya, dan sifat-sifatNya. Dengan itu ilmu Tauhid (kalam) ini banyak membahas tentang ke-Esaan, kebesaran, kekuasaan, dan sifat-sifatnya Allah.
Kisah Nabi Ibrahim Alihissalam yang bertanya kepada ayahnya Azar tentang siapa yang menciptakan dirinya dan alam semesta dapat menjadi sebuah pelajaran dan bukti kepada kita tentang ke-Esaan Allah. Pertama Nabi Ibrahim bertanya kepada ayahnya tentang siapa yang menciptakan dirinya, lantas ayahnya menjawab yang menciptakan dirinya ialah Ayah dan ibunya, kemudian Nabi Ibrahim kembali bertanya, lantas siapa yang menciptakan ayah dan ibu? Ayhnya pun menjawab, ya Nenek dan Kakek mu, lantas yang menciptakan kakek dan nenek siapa yah? Ya, nenek moyangmu. Nabi Ibrahim tidak puas dengan jawaban ayahnya ia berfikir hal ini pasti akan berujung dan pasti ada yang menciptakan dirinya yang tidak diciptakan sebelumnya.
 Suatu hari Nabi Ibrahim melihat matahari yang besar dan bersinar dan ia menganggap bahwa Matahari itulah yang menciptakan dirinya, tapi ketika matahari terbenam ia kembali berfikir bahwa sang pencipata tidak akan dapat terbenam. Dan ketika malam hari tiba Ia melihat Bulan yang besar dan dapat menyinari gelapnya malam, lantas ia juga sempat berfikir bahwa Bulan itulah yang menciptakan dirinya dan alam semesta, namun ketika Bulan tenggelam ia kembali berfikir bahwa yang menciptakan dirinya dan alam semesta tidak akan pernah tenggelam (tidak akan binasa). Ia terus berfikir bahwa yang menciptakan dirinya dan alam semesta adalah sesuatu yang tidak memakai permulaan. Adanya sesuatu pasti ada yang mengadakan, dan yang mengadakan itu tidak ada yang mengadakannya.
Dari kisah Nabi Ibrahim diatas memberikan suatu pelajaran dan bukti kepada kita bahwa Allah benar-benar Esa, bahwa Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (tidak dilahirkan).
Seperti yang disebutkan sebelumnya  bahwa ilmu Tauhid ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiringan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam didunia ini. Lantas bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan itu terjadi? Dimakalah ini kami akan memuat tentang pertumbuhan dan perkembangan itu. Dan mengupas sedikit tentang defenisi atau arti dari ilmu tauhid itu sendiri.

1.      Pengertian Ilmu Tauhid

Menurut bahasa ilmu tauhid ialah ‘mengetahui dengan sebenarnya bahwa sesuatu itu satu. Sedangkan menurut istilah ilmu tauhid ialah ‘Ilmu yang membahas, mempelajari, menyelidiki tentang hal-hal yang Wajib, mustahil dan yang harus bagi Allah dan Rasulnya dengan menggunakan dalil aqli dan naqli.Syekh Muhammad Abduh mengatakan tentang pengertian Tauhid ialah
 “Ilmu tauhid ialah ilmu yang di bahas di dalamnya tentang wujudnya Allah dan apa-apa yang di wajibkan baginya dari pada sifat, dan apa-apa yang jaiz bagi Allah, dan Apa-apa yan harus dinafikan dari padanya. Dan rosul untuk menetapkan kerasulan mereka dan apasaja sifat yang wajib bagi mereka, dan apa yang jaiz dibangsakan kepada mereka, dan apasaja yang dilarang untuk dihubungkan kepada mereka (sifat mustahil bagi Rasul)
Dari beberapa pengertian diatas dapat kita menyimpulkan bahwa ilmu Tauhid ialah ilmu yang didalamnyal lebih banyak membahas tentang Allah dan ke-Esaannya.
Ilmu tauhid ini dapat dibuktikan dengan dalil-dalil Naqli dan Aqli. Dalil Naqli adalah Dalil yang bersumber dari Al-Qur’an, sangat banyak dalil naqli yang bercerita tentang ke-Esaan Allah dan salah satu diantarnya terdapat dalam Qur’an surah Al-Ikhlas yang artinya “katakanlah  Allah itu esa, Allah tempat meminta, Allah tidak beranak dan tidak pulak diperanakkan, dan tidak ada sekutu baginya”. Sedangkan dalil Aqli adalah dalil dari akal pikiran manusia.
Ilmu tauhid juga disebut dengan ilmu kalam karenamasalah-masalah yang diperselisihkan ialah masalah kalam Allah yang kita baca  (Al-Qur’an), apakah dia makhluk diciptakan, atau qadim, bukan diciptakan.

2.      Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Tauhid

            Ilmu tauhid tumbuh dan berkembang seiringan tumbuh dan berkembangnya Islam didunia ini. Sebenarnya Ilmu Tauhud ini dimiliki oleh semua ummat agama islam, hanya saja dalam kenyataannyalah yang berbeda-beda. Ada yang lemah, ada yang kuat, ada yang sempit dan juga ada yang luas.
            Ilmu ini berkembang bertahap-tahap sesuai dengan keadaan situasi pada saat itu, dimulai dari masa Nabi Muhammad, khulafa rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbas, dan pasca Bani Abbas.
A.    Masa Rasul ( Nabi Muhammad SAW)
            Dimasa Rasulullah ialah masa dimana masih menyusun peraturan-peraturan, untuk menetapkan pokok-pokok akidah dan menyatukan ummat serta memperbaiki akhlakul karimah ummat manusia yang masih jahil pada masa itu.
            Masa ini para muslim kembali kepada Rasulullah sendiri untuk mengetahui dasar-dasar agama dan hukum-hukum syari’ah. Mereka disinari oleh nur wahyu dan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an. Rasulullah menjauhkan para ummat dari segala hal yang menimbulkan perpecahan dan perbedaan pendapat. Dan tidaklah di ragui oleh siapa lua pun bahwa perdebatan dalam masalah akidah, adalah sebab utama perpecahan dan perbedaan pendapat yang muncul didalam Islam itu sendiri.
            Dizaman Rasul yang menjadi permasalahan pokok pada saat itu ialah masalah qadar. Dan masalah ini menimbulkan banyak perselisihan pada masa itu hingga ummat islam terpecah dan terbagi-bagi dalam beberapa kelompok partai.Ada yang menjadi golongan Nasturiyah, ada yang menjadi golongan ya’qubiyah dan ada yang menjadi golongan Milkaniyah.
            Rasul melarang kita saling berbantah dalam masalah qadar. Suatau hari Nabi saw. Menemui para sahabat yang sedang memperdebatkan tentang hal qadar. Maka itulah Nabi saw berkata. “apakah dengan ini kamu diperintahkan? Apakah dengan ini Aku diutus? Aku tugaskan dirimu supaya kamu jangan berbantah-bantahan pada qadar itu.”
            Dari perkataan Nabi saw diatas memberitahu kepada kita bahwa islam melarang ummatnya saling berbantah-bantahan tentang masalahqadar. Memang secara khusus dari perkataan Nabi saw itu hanya ditujukan kepada sahabat yang sedang berdebat saat itu, tapi perkataann itu mejadi sebuah aturan bagi ummat islam bahwa islam melarang perbantahan sesama islam itu sendiri.
            Yang melatar belakangi masalah berbantahan ini ialah, ummat islam pada saat itu saling mempertahankan pemikiran-pemikiran dan pendapat-pendapat yang mereka kutip dari ahli-ahli kitab pada saat itu. Sehingga tidak dapat menyimpulkan titik temu diantara pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran mereka itu, sehingga menimbulkan selisih paham yang berujung pada sebuah perbantahan.
            Untuk menyelesaikan perkara ini Nabi saw. menyuruh para sahabat agar bersifat imbang terhadap pemikiran-pemikiran ahlu kitab, agar tidak membenarkan apa-apa yang mereka beritakan dan tidak pula membantah mereka.
            Nabi saw. Bersabda:
            “janganlah kamu membenarkan ahlul kitab dan janganlah kamu membantahnya. Dan katakanlah : “kami telah beriman kepada Allah, kepada apa yang telah di turunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu.” Tuhan kami dan tuhan kamu adalah tuhan yang Esa, dan kami menyerah diri kepadanya.”
            Dalam hadist Nabi saw tersebut mengandung arti agar kita bersipat netral terhadap pendapat-pendapat ahlul kitab, guna untuk menghindari perselisihan yang kemungkinan besar akan berhujung kepada sebuah perbantahan dan perpecahan didalam Islam. Apabila perlu diadakan pertukaran pikiran, maka hendaklah dilakukan dengan cara yang paling baik dan dengan sistem yang menghasilkan maksud. Dan Al-Quran menghadapkan akal kepada dalil-dalil yang diperoleh dari alam sendiri, serta menghindari perdebatan yang menimbulkan pertengkaran.

            Dengan uraian yang singkat ini nyatalah bahwa agama Islam tidak menghendaki adanya perdebatan atau polemik-polemik yang berkepanjangan. Beginilah keadaan akidah dimasa Rasul.

Demikianlah yangd apat saya sampaikan mengenai sejarah perkembangan tauhid pada masa rosululloh semoga bermanfaat.