Contoh Pidato Hari Raya Idul Adha
Table of Contents
Kali ini admin postingkan contoh pidato atau ceramah hari raya idul adha silahakan simak di bawah ini.
Allahu Akbar- ALLahu Akbar- Allahu Akbar – WaliLlahil Hamd.
Jama’ah Idul Adha yang senantiasa mengharapkan ridha Allah swt.
Alhamdulillah,
tentu merupakan satu kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada terhingga
bahwa pada hari ini kita merayakan hari raya Idul Adha, hari raya
terbesar bagi umat Islam yang bersifat internasional, setelah dua bulan
sebelumnya kita merayakan hari raya Idul Fithri. Pada hari ini sekitar
tiga juta umat Islam dari beragam suku, bangsa dan ras serta dari
berbagai tingkat sosial dan penjuru dunia berkumpul dan berbaur di kota
suci Makkah Al-Mukarramah untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan
ibadah haji: “Dan serulah manusia untuk menunaikan ibadah haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh“. (Al-Hajj: 27)
Hari
raya Idul Adha juga merupakan hari raya istimewa karena dua ibadah
agung dilaksanakan pada hari raya ini yang jatuh di penghujung tahun
hijriyah, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Kedua-duanya disebut oleh
Al-Qur’an sebagai salah satu dari syi’ar-syi’ar Allah swt yang harus
dihormati dan diagungkan oleh hamba-hambaNya. Bahkan mengagungkan
syi’ar-syi’ar Allah merupakan pertanda dan bukti akan ketaqwaan
seseorang seperti yang ditegaskan dalam firmanNya: “Demikianlah
(perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”. (Al-Hajj: 33) Atau
menjadi jaminan akan kebaikan seseorang di mata Allah seperti yang
diungkapkan secara korelatif pada ayat sebelumnya, “Demikianlah
(perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di
sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya”. (Al-Hajj: 30)
Kedua
ibadah agung ini yaitu ibadah haji dan ibadah qurban tentu hanya mampu
dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang memiliki kedekatan dengan
Allah yang merupakan makna ketiga dari hari raya ini: “Qurban” yang
berasal dari kata “qaruba – qaribun” yang berarti dekat. Jika posisi
seseorang jauh dari Allah, maka dia akan mengatakan lebih baik
bersenang-senang keliling dunia dengan hartanya daripada pergi ke Mekah
menjalankan ibadah haji.
Namun bagi
hamba Allah yang memiliki kedekatan dengan Rabbnya dia akan mengatakan
“Labbaik Allahumma Labbaik” – lebih baik aku memenuhi seruanMu ya
Allah…Demikian juga dengan ibadah qurban. Seseorang yang jauh dari Allah
tentu akan berat mengeluarkan hartanya untuk tujuan ini. Namun mereka
yang posisinya dekat dengan Allah akan sangat mudah untuk mengorbankan
segala yang dimilikinya semata-mata memenuhi perintah Allah swt.
Allahu Akbar- ALLahu Akbar- Allahu Akbar – WaliLlahil Hamd.
Kini
hal-hal yang menyangkut pengorbanan telah banyak yang hilang digantikan
dengan spirit mengabdi kepada motif mendapatkan keuntungan
setinggi-tingginya. Semua dilakukan dengan pamrih yang kian lama kian
menjauhkan individu dari ikatan-ikatan sosial. Idul Adha mengandung
spirit untuk menautkan kembali ikatan-ikatan yang telah terlepas itu.
Karena
itu, spirit yang terlahir sekian ratus tahun lalu itu menjadi sangat
relevan hingga hari ini. Dalam konteks Indonesia, semangat ini bahkan
telah menjadi sebuah urgensi. Banyak persoalan bangsa muncul akibat
lemahnya spirit untuk berkorban bagi orang lain, spirit untuk berkorban
bagi sesama.
Yang jauh lebih menonjol dalam kehidupan sehari-hari
sekarang adalah semangat untuk menang sendiri, kaya sendiri, berkuasa
sendiri, dan benar sendiri. Spirit seperti ini sudah barang pasti tak
menghiraukan penderitaan sesama.
Korupsi, kolusi, dan konspirasi
adalah fenomena yang terlahir dari dominasi tata nilai seperti itu. Dan
menjadi sebuah kelaziman bila sebagai dampaknya lahirlah
penyakit-penyakit sosial. Seperti kemiskinan, kebodohan, kejahatan,
keterbelakangan, dan ketertindasan.
Adalah saat yang tepat bagi
bangsa ini untuk mengambil hikmah atas hakikat Idul Adha. Tepat karena
bangsa ini masih berkubang dalam krisis setelah terpuruk hampir satu
dekade. Tepat pula karena di seluruh penjuru negeri kian banyak
saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang membutuhkan uluran tangan
akibat kehidupan yang serbakekurangan.
Korban tsunami di Aceh dan
Sumatra Utara masih banyak yang didera nestapa. Juga korban gempa di
Yogyakarta dan Jawa Tengah, korban banjir di Sumatra, dan korban lumpur
panas di Sidoarjo. Semua kenestapaan itu menunggu pengamalan atas spirit
yang membebaskan
Hadirin wal Hadirat RahimakumuLlah.
Demikian
sungguh pelajaran yang sangat berharga. Kita selaku generasi masa kini
telah berhutang budi kepada generasi-genersai sebelumnya dalam seluruh
apa yang kita ni`mati saat ini sebagai hasil dari pengorbanan,
perjuangan dan sikap mereka yang mendahulukan kepentingan orang lain.
Maka sepatutnyalah jika kita melanjutkan rangkaian pengorbanan mereka
itu sehingga kita dapat menyampaikan keni`matan ini kepada generasi
berikutnya seperti yang telah dilakukan oleh generasi sebelum kita.
Akankah generasi kita saat ini mampu menghargai makna pengorbanan dan
mendahulukan kepentingan orang lain? Apakah generasi kita mampu
mempertahankan akhlak luhur seperti ini yang memang telah diperintahkan
oleh Allah swt?. “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah
dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa
yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Hasyr: 9)
Disini
hari raya Idul Adha kembali hadir untuk mengingatkan kita akan
ketinggian nilai ibadah haji dan ibadah qurban yang sarat dengan
pelajaran kesetiakawanan, ukhuwwah, pengorbanan dan mendahulukan
kepentingan dan kemaslahatan orang lain. Semoga akan lahir
keluarga-keluarga Ibrahim berikutnya dari bumi tercinta Indonesia ini
yang layak dijadikan contoh teladan dalam setiap kebaikan untuk seluruh
umat.