Makalah Semantik Majas dan Peribahasa

Makalah Semantik Majas dan Peribahasa - Kali ini admin postingkan makalah majas dan peribahasa silahkan simak di bawah ini.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari majas atau gaya bahasa sering digunakan begitu juga dengan peribahasa. Baik dadlam lingkungan formal ataupun informal. Selain itu majas dan peribahsa digunakan oleh semua kalangan baik anak kecil hingga dewasa.Terkadamg digunakan untuk menindir, membandingkan, mempertentangkandan menegaskan. Majas merupakan bahasa kias yang digunakan untuk menciptakan efek tertentu, karena mjas memiliki keindahan sendiri yangbdipakai atau sebagai ungkapan perasaan bagi pengarang.
Pemakain majas yang baik dapat membantu dalam tulisan. Majas dapat dijadikan sebagi cara mengungkapkan pikiran bahasa secara khas yang memperliaht jiwa dan pikiran penulis.
            Peribahasa itu merupakan pepatah  yang berisi nasihat dan ajaran, selain itu peribahasa dapat digunakan juga dalam kehidupan sebagai perkataan suatu maksud. Karena peribahasa sebagai suatu pepatas yang pantas digunakan baik dalam lingkungan pendidikan atau biasa.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, diantaranya :
1.      Apakah yang dimaksud dengan majas dan peribahasa ?
2.      Jelaskanlah dan berikan contoh dari jenis-jenis majas ?
3.      Jelaskanlah dan berikan contoh dari jenis-jenis peribahasa ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud majas dan peribahasa
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis majas dan contohnya
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis peribahasa dan contohnya

1.4 Manfaat  
Makalah ini disusun berguna sebagai pengembangan majas dan peribahasa. Secara  praktis makalah ini diharapkan bagi:
1.      Sebagi wahana penambah pengetahuan  keilmuan mengenai majas dan peribahasa.
2.      Sebagai media informasi tentang majas dan peribahasa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Majas dan Peribahasa
Majas, kiasan, atau figure of speech adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan atau memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.  Pendek kata, penggunaan majas tertentu dapat merubah serta menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu (Dale, dalam Tarigan 1986:112).
Menurut Warriner (dalam Tarigan 1986:112), majas atau figurative language adalah bahasa yang dipergunakan secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara kalamiah saja.
Jadi, majas merupakan kiasan yang digunakan untuk memperhalus atau memperindah serta membandingkan suatu hal tertentu dengan sesuatu yang bersifat umum sehingga menimbulkan konotasi atau nilai rasa tertentu.
Majas merupakan bentuk retorik, yang fungsinya untuk meyakinkan ataupun mempengaruhi penyimak ataupun pembaca.  Retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor yang artinya orator atau ahli pidato.  Pada masa Yunani kuno, retorik merupakan bagian penting dalam pendidikan, oleh karena itu macam-macam majas harus dikuasai oleh orang-orang Yunani dan Romawi.
Majas memiliki hubungan dengan kosakata, begitu juga dengan semantik, karena tanpa semantik, makna-makna konotatif yang terkandung dalam majas itu sendiri akan sulit dipahami.
Menurut Poerwadarminta (dalam Tarigan, 1986 : 156) mengungkapkan bahwa peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan sesuatu maksud yang tentu.


2.2 Jenis-jenis Majas dan Contohnya
       Menurut Tarigan (1986:113), majas dapat terbagi empat macam, yaitu:
a.       Majas perbandingan
b.      Majas pertentangan
c.       Majas pertautan
d.      Majas perulangan

2.2.1 Majas Perbandingan
  Majas perbandingan terbagi kedalam lima jenis yaitu :
(i)       perumpamaan
(ii)     metafora
(iii)   personifikasi
(iv)   alegori
(v)     antitesis

2.2.1.1       Perumpamaan
            Majas yang berupa perumpamaan dalam bahasa Inggris disebut dengan simile yang berasal dari bahasa Latin yang berarti seperti.  Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang sebenarnya belainan tetapi dianggap sama.  Perbandingan itu sendiri digambarkan secara eksplisit oleh pemakaian kata seperti, bagai, ibarat, umpama, bak, laksana, dan sejenisnya (Tarigan, 1986 : 118).
Contohnya :
Semangatnya keras bagaikan baja.
Mukanya pucat bagai mayat.
Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama.
2.2.1.2    Metafora
            Metafora berasal dari bahasa Yunani methapora, metha berarti memindahkan dan pherein berarti membawa.  Menurut Poerwadarminta (dalam Tarigan, 1986 : 121) menyatakan metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Contoh metafora antara lain :
Perpustakaan gudang ilmu.
Mina buah hati Edi
Dia anak emas pamanku.
2.2.1.3    Personifikasi
            Personifikasi berasal dari bahasa latin yaitu persona yang berarti orang, dan fic yang berarti membuat.  Menurut Moeliono (dalam Tarigan, 1986 : 123), personifikasi yaitu jenis majas yang menerapkan sifat-sifat manusia pada benda yang tidak bernyawa. Misalnya :
angin yang meraung.
penelitian menuntut kecermatan .
cinta itu  buta.
Contoh personifikasi yang lain yaitu:
bumi mengasuh umat manusia
malam mendekap tubuh kami
matahari mentertawai bumi
2.2.1.4       Alegori
            Kata alegori berasal dari bahasa Yunani allegorein, allos dan agoreuein  yang berarti berbicara secara kiasan.
            Menurut Tarigan (1986 : 125) alegori adalah cerita yang diceritakan dalam lambang-lambang.  Alegori dapat berbentuk puisi maupun berbentuk prosa. Fabel dan parabel merupakan alegori-alegori singkat. Alegori adalah gaya bahasa yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan kesamaannya secara menyeluruh (Kiftiawati, 2006 : 34).
Contohnya :
Kami semua berdoa, semoga kalian berdua sanggup menghadapi badai dan gelombang kehidupan.
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh :
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak ke dalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
2.2.1.5       Antitetis
            Menurut Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1986:128) Antitetis adalah sejenis majas yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim (yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan).
Contoh antitetis yaitu:
Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu.
Pada saat kami berdukacita atas  kematian ayahku, mereka menyambutnya dengan kegembiraan tiada tara.
Segala fitnahan tetangganya itu dibalasnya dengan budi bahasa yang baik.

2.2.2   Majas Pertentangan
       Majas pertentangan dibagi menjadi tujuh jenis yaitu :
(i)     hiperbola
(ii) litotes
(iii)   ironi
(iv)   oksimoron
(v)   paronomasia
(vi)   paralisis
(vii)  zeugma
2.2.2.1       Hiperbola
            Kata Hiperbola berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemborosan,berlebihan, dan diturunkan dari hyper ‘melebihi’ + ballein’melemparkan’.
            Dengan kata lain, menurut Moeliono (dalam Tarigan, 1986 : 130) menyatakan ’’hiperbola ialah ungkapan yang melebih-lebihkan apa yang sebernarnya dimaksudkan: jumlahnya, ukurannya, atau sifat-sifatnya.”
Contoh hiperbola diantaranya:
1.    Saya terkejut setengah mati melihat penampilan yang menegakkan bulu roma dan menghentikan detak jantung seperti itu; namun demikian hal itu merupakan  sejuta kenangan indah begitu yang tidak dapat dibeli dengan uang berjuta-juta dan intan berbutir-butir.
2.    Siapa yang berani mengganggu anak gadisnya itu akan dipenggal serta diremuk-redamkan tulang belulangnya sehingga menjadi bubur.
3.    Sampah-sampah bertumpuk setinggi gunung di muka gedung itu.
2.2.2.2       Litotes
            Litotes berasal dari bahasa Yunani yaitu litos yang berarti sederhana.
Litotes adalah majas yang dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan.
            Menurut Tarigan (dalam Tarigan, 1986 : 131) mengungkapkan litotes merupakan kebalikan dari hiperbola, yaitu sejenis majas yang mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri.
Contoh litotes misalnya :
Mampirlah ke gubuk saya.
Hasil usahanya tidak mengecewakan hati.
Kami disuguhi dengan makanan yang tidak membosankan.
2.2.2.3       Ironi
            Moeliono (dalam Tarigan, 1986 : 133) menyatakan ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan, dengan maksud mengolok-olok. Maksud itu dapat dicapai dengan mengemukakan :
a.    Makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya
b.    Ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya
c.    Ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan
Contoh ironi misalnya :
Aduh, bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran di lantai.
Bukan main rajinmu, sudah tujuh hari kamu bolos bulan ini.
Bersih benar hatimu, semua orang kamu caci dan kamu fitnah.
2.2.2.4       Oksimoron
              Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1986:134) menyatakan Oksimoron adalah majas yang mengandung penegakan atau pendirian sesuatu hubungan sintaksis (baik koordinasi maupun determinasi) antara dua antonim.
Contoh oksimoron misalnya :
Olahraga mendaki gunung memang menarik perhatian walaupun sangat berbahaya.
Siaran televisi dapat dipakai sebagai sarana perdamaian tetapi dapat juga sebagai penghasut peperangan.
Bahasa memang dapat dipakai sebagai alat pemersatu suatu bangsa namun dapat juga sebagai alat pemecah-belah.
2.2.2.5       Paronomasia
            Menurut Ducrot & Todorov (dalam Tarigan, 1986 : 135) menyatakan paronomasia adalah majas yang berisi penjajaran kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain; kata-kata yang sama bunyinya tetapi berbeda maknanya.
Contoh majas paronomasia misalnya :
Awas bisa ini bisa membahayakan kesehatan kita.
Pada pohon paku itu tertancap beberapa buah paku tempat menyangkutkan pot bunga.
Kembang yang kutanam dulu, kini telah berkembang.
2.2.2.6  Paralipsis
            Menurut Ducrot & Todorov (dalam Tarigan, 1986 : 136) menyatakan paralipsis adalah majas yang merupakan suatu formula yang digunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.
Contoh majas paralipsis misalnya :
Semoga nenek mendengarkan permintaan maaf kalian (maaf) bukan maksud saya menolaknya.
Tidak ada orang yang menyenangi kamu (maaf) yang saya maksud membenci kamu di desa ini.
Pak guru sering memuji anak itu, yang (maafkan saya) saya maksud memarahinya.
2.2.2.7       Zeugma
            Menurut Ducrot & Todorov (dalam Tarigan, 1986 : 138) menyatakan zeugma adalah majas yang merupakan koordinasa atau gabungan gratis dua kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentabgan seperti abstrak dan kongkrit.
Contoh zeugma misalnya:
Anak itu memang rajin dan juga malas belajar di sekolah
Kita harus berbuat baik di dunia dan di akhirat.
Jauh atau dekat, anak-anak atau orang dewasa sama saja ongkos kendaraan tetap Rp 2000 per orang.

2.2.3        Majas Pertautan
Cakupan majas pertautan adalah :
(i)     metonimia
(ii) sinekdoke
(iii)   alusi
(iv)   eufemisme
(v)   elipsis
(vi)   inversi
(vii)  gradasi
2.2.3.1 Metonimia
            Menurut Moeliono (dalam Tarigan, 1986 : 139) menyatakan metonimia berasal dari bahasa Yunani yaitu meta dan onym yang berarti bertukar nama. Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya ataupun kita menyebut bahannya jika yang kita maksudkan barangnya.
Contoh majas metonimia misalnya:
Ayah baru saja membeli Suzuki dengan harga sepuluh juta rupiah.
Dalam pertandingan kemarin saya hanya memperoleh perunggu sedangkan teman saya perak.
Dia lebih menyukai Diana Nasution daripada penyanyi lain.
2.2.3.2 Sinekdoke
            Kata sinekdoke berasal dari bahasa Yunani synekdechessthai yang artinya menyediakan atau memberikan sesuatu kepada apa yang baru disebutkan. Dengan kata lain menurut Dale (dalam Tarigan, 1986 : 140) mengungkapkan sinekdoke adalah majas yang menyatakan sebagian untuk pengganti keseluruhan.
Contoh sinekdoke misalnya :
Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi makan di Indonesia ini.
Pasanglah telinga baik-baik !
Dari kejauhan terlihat berpuluh-puluh layar di pelabuhan itu.
2.2.3.3       Alusi
Menurut Moeliono (dalam Tarigan, 1986 : 141) menyatakan alusi atau kilatan adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa ataau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan bersama yang dimilki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan pada pembaca untuk menangkap pengacuan itu.
Contoh alusi misalnya:
Saya ngeri membayangkan kembali peristiwa Westerling di Sulawaesi Selatan.
Tugu ini mengenagkan kita kembali ke peristiwa Bandung Selatan.
Kami mengalami sendiri akibat pemberontakan G 30 S PKI.


2.2.3.4       Eufemisme
            Kata eufemisme berasl dari bahasa Yunani euphemizien yang berarti berbiacara denagn kata-kata yang jelas dan wajar. Menurut Dale (dalam Tarigan, 1986 : 143) menyatakan eufemisme adalah pandai berbicara dan berbicara baik.
            Jadi, menurut Moeliono (dalam Tarigan, 1986 : 143) menyatakan eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan, atau yang tidak menyenangkan.
Contoh dari eufemisme misalnya:
pengangguran eufemismenya  tunakarya
gelandangan   eufemismenya  tunawisma
kelaparan        eufemismenya  kekurangan makanan
2.2.3.5       Elipsis
            Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1986:144) menyatakan elipsis ialah majas yang di dalamnya dilaksanakan pembuangan atau penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasa. Atau dengan kata lain, elispis adalah penghilangan salah satu unsur penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap.
Penghilangan yang dalam majas elipsis ini dapat berupa :
a)    penghilangan subyek
b)   penghilangan predikat
c)    penghilangan obyek
d)   penghilangan keterangan
e)    penghilangan subyek, predikat, dan obyek sekaligus.
Contoh :
Dia bersama istrinya ke Jakarta minggu yang lalu (penghilangan predikat : pergi, berangkat).
Orang itu memukul dengan sekuat daya. (penghilangan obyek : saya, ular, istrinya)
Tadi malam (penghilangan subyek, predikat, dan obyek sekaligus : Mereka membeli mobil).
2.2.3.6       Inversi
     Menurut Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1986:145) menyatakan inversi adalah majas yang merupakan permutasi atau perubahan urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis. Dengan kata lain, inversi adalah perubahan urutan subyek-predikat (SP) menjadi predikat-subyek (PS).
Contoh :
Saya lapar                    Lapar saya
Warnanya merah         Merah warnanya
Harganya lima juta      Lima juta harganya
2.2.3.7       Gradasi
            Menurut Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1986:146) menyatakan gradasi adalah majas yang mengandung suatu rangkaian dan urutan (paling sedikit tiga) kata atau istilah yang secara sintaksis bersamaan yang mempunyai satu atau beberapa ciri semantik secara umum dan yang diantaranya paling sedikit satu ciri diulang-ulang dengan perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif.
Contoh :
     Kita berjuang dengan satu tekad; tekad harus maju; maju dalam kehidupan; kehidupan yang layak dan baik; baik secara jasmani dan rokhani; jasmani dan rokhani yang diridoi Tuhan; Tuhan Yang Maha Pengasih.

2.2.4        Majas Perulangan
       Majas perulangan ini ada empat jenis, yaitu :
a)    aliterasi
b)   antanaklasis
c)    kiasmus
d)   repetisi.
2.2.4.1 Aliterasi
       Aliterasi adalah sejenis majas yang memanfaatkan purwakanti atau kata-kata yang permulaannya sama bunyinya (Tarigan, 1986 : 148).
Contoh :
Dara damba daku
datang dari danau
Duga dua duka
diam di diriku
Kalau kanda kala kacau
biar bibir biduan bicara
Inilah indahnya impian
insan ingkar ingar
Tangan tangguh tadahkan tangguk
Tangan tangguh tanami tanah tambun
Adakah ajal akan aib      
Andai aku ajak anak
Sayang sesama sayang semua ?
2.2.4.2 Antanaklasis
       Menurut Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1986:149) menyatakan antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna berbeda yang berbeda. Dengan perkataan lain, antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang berhomonim.
Contoh :
Saya selalu membawa buah tangan kepada buah hati saya, kalau saya pulang dari luar kota.
Karena buah penanya itu maka dia menjadi buah bibir masyarakat.
Kita harus menggantungkan diri satu sama lain, kalau tidak maka itu berarti rela menggantung diri sendiri.
2.2.4.3  Kiasmus
       Menurut Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1986:150) menyatakan kiasmus adalah majas yang berisikan perulangan atau repetisi dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh :
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
Sudah biasa dalam kehidupan bahwa orang pintar mengaku bodoh, tetapi orang bodoh merasa dirinya pintar.
Tidak usah heran bila orang cantik merasa jelek, sedangkan orang jelek merasa dirinya cantik.
2.2.4.3       Repetisi
     Menurut Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1986:152) menyatakan repetisi adalah majas yang mengandung pengulangan berkali-kali kata atau kelompok kata yang sama.
Contoh :
Selamat datang, pahlawanku, selamat datang kekasihku! Selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsa, selamat datang buah hatiku! Kami menantimu dengan bangga dan gembira. Selamat datang, selamat datang !
Cintaku padamu sejauh barat dari timur;
Cintaku padamu setinggi langit dari bumi;
cintaku padamu sedalam samodra raya;
cintaku padamu sekuat besi baja;
cintaku padamu sepanas bara besi pijar,
Wahai kekasihku Boru Purba !
Anakku! Rajinlah belajar demi masa depan,
rajinlah belajar mengangkat derajat keluarga!
Rajinlah belajar menuntut ilmu, rajinlah belajar mencapai cita-cita.
Rajinlah belajar diiringi doa Bunda, rajin belajar anakku,
Tuhan selalu bersamamu.

2.3    Jenis-jenis Peribahasa dan Contohnya
Peribahasa dibagi atas tiga jenis, yaitu :
a.    pepatah
b.    perumpamaan
c.    ungkapan
2.3.1 Pepatah
            Menurut Poerwadarminta (dalam Tarigan, 1986 : 157) menyatakan bahwa pepatah adalah sejenis peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran yang berasal dari orang tua-tua. Jadi secara singkat, pepatah adalah peribahasa yang berisi nasihat dan ajaran (Tarigan, 1986 : 157).
Contoh :
Datang tampak muka, pergi tampak punggung
(Datang dengan baik, pergi pun harus dengan baik pula).
Arang habis besi tak kimpal
(Kerugian sudah banyak, maksud tak sampai).
Masa ada ayam yang memantangkan jemur
(Tidak mungkin ada orang yang menolak keuntungan).
2.3.2 Perumpamaan
            Menurut Poerwadarminta (dalam Tarigan, 1986 : 160) menyatakan perumpamaan adalah ibarat, amsal; persamaan (perbandingan); peribahasa yang berupa perbandingan.
            Perbedaan utama antara pepatah dengan perumpamaan dapat kita lihat dengan jelas pada pemakaian secara eksplisit kata-kata :
a)    seperti
b)   sebagai
c)    laksana
d)   bak; ibarat
e)    bagai (kan)
f)    seumpama
g)   macam
h)   umpama, dan sejenisnya.
Contoh :
Bagai air di daun talas
(Dikiaskan kepada orang yang tiada tetap hatinya; mudah berubah-ubah jika ada orang yang menyalahkan pendiriannya).
Seperti air dalam kolam
(kiasan kepada orang yang tenang sikap dan tingkah-lakunya).
Umpama air digenggam tiada tiris
(Dikiaskan kepada orang yang sangat kikir, tidak sedikit juga terbuka tangannya untuk menolong orang sengsara).
2.3.3   Ungkapan
            Menurut Poerwadarminta (dalam Tarigan, 1986 : 164) menyatakan ungkapan ialah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan sesuatu maksud dengan arti kiasan, seperti :
melihat bulan
datang bulan
yang berarti haid;
celaka tiga belas
yang berarti celaka sekali.
Contoh lain :
buah baju                                 ‘kancing’
membuang-buang penat          ‘melepaskan lelah’
pembuangan                            ‘pengasingan’

BAB III
PENUTUP
  
3.1    Simpulan
1.      Majas, kiasan, atau figure of speech adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan atau memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Peribahasa adalah kalimat atau beberapa kalimat yang tetap susunannya tetapi mempunyai makna/maksud tertentu.
2.      Jenis-jenis majas terbagi menjadi empat, yaitu majas perbandingan, pertenetangan, pertautan, dan perulangan. Yang termasuk pada majas perbandingan (perumpamaan, metafora, personifikasi, alegori, dan antitesis). Majas pertentangan terdiri dari (hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paranomia, paralipsis, dan zeugma). Majas pertautan terdiri dari (metonimia, sinekdoke, eufisme, elipsis, inversi, dan gradasi). Majas perulangan terdiri dari ( aliterasi, antanaklasis, kiasmus, dan repetisi). Contoh majas,misalnya seperti air di daun talas.
3.      Peribahasa terbagi menjadi  tiga jenis yaitu pepatah, perumpamaan dan ungkapan. Contoh peribahasa, misalnya bak alu pencungkil duri (Melakukan pekerjaan yang sia-sia,yang tak mungkin berhasil).

3.2    Saran
            Mudah-mudahan dengan pembaca mengetahui tentang majas dan peribahasa, bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari supaya bisa terjaga kelestariannya dan bertambah pula kosakatanya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terhadap kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, H.G. 1986. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2009. Semantik 2. Bandung: Refika Aditama
Sulistyo. Kiftiawati. 2006. Ringkasan dan Pembahasan Soal Bahasa Indonesia SMA. Jakarta: Puspa Swara.

Demikianlah yang saya bagikan mengenai makalah majas dan peribahasa semoga bermanfaat.