PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP MORAL PELAJAR
Table of Contents
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP MORAL PELAJAR - Kali ini admin postingkan artikel tentang pengaruh globalisasi terhadap moral pelajar silahkan simak dibawah ini.
Oleh: Bethi Dian Paramita
Arus
globalisasi yang sedang melanda seluruh penjuru dunia terutama Indonesia, telah
memberikan banyak perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Globalisasi dapat
diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut
informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik.
Globalisasi
yang memiliki dua sisi mata uang (positif dan negatif) juga menjadi penyebab
infiltrasi budaya tidak terbendung. Budaya-budaya sedemikian cepat dan mudah
saling bertukar tempat dan saling memengaruhi satu sama lain. Termasuk budaya
hidup barat yang liberal dan bebas merasuki budaya ketimuran yang lebih
cenderung teratur dan terpelihara oleh nilai-nilai agama. Dampak
negatif dari arus globalisasi yang terlihat miris adalah perubahan yang
cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak, sehingga menimbulkan sejumlah
permasalahan kompleks melanda negeri ini akibat moral. Dapat di contohkan mulai
dari hal kecil seperti anak-anak sekolah yang membolos pada jam pelajaran,
sampai dengan korupsi. Selain itu terdapat pula tindakan-tindakan kriminal yang
setiap hari biasa kita lihat. Hal ini membuktikan bahwa krisis moral telah dan
sedang melanda bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa harus turut andil dalam
memahami gejolak-gejolak globalisasi yang sudah melanda pada saat ini.
Dalam
buku Dimensi-Dimensi Pendidikan moral yang ditulis oleh Cheppy Haricahyono,
definisi dari moral adalah sesuatu yang berkaitan, atau ada hubungannya dengan
kemampuan menentukan benar salahnya suatu tingkah laku. Sehingga moral
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan untuk menentukan baik buruknya
sikap atau pun perbuatan yang kita lakukan.
Pelajar
pada era globalisasi sekarang ini seperti kehilangan arah dan tujuan. Mereka
terjebak pada lingkaran dampak globalisasi yang lebih mengedepankan corak
hedonisme dan apatisme (acuh tak acuh, tak peduli). Generasi muda saat ini juga
bersifat anarkisme dalam menyuarakan kepentingan rakyat, bahkan banyak
masyarakat yang menganggap generasi muda sekarang disibukkan oleh tawuran dan
bentrokan. Sehingga pada akhirnya keamanan masyarakat menjadi terganggu dan
kehidupan pembelajaran di lembaga pendidkian atau sekolah tidak kondusif yang
menimbulkan adanya kekhawatiran adanya krisis moral generasi muda yang
seharusnya menjadi agen perubahan sosial menjadi lebih baik namun terhalang
oleh kebahagiaan dunia semata.
Baik
media cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan saksikan setiap hari,
semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak jarang kurang memperhatikan
moralitas, sopan santun, dan etika. Sehingga secara langsung para pembaca dan
pemirsa dapat terpengaruh moral dan tingkah lakunya. Terutama bila para pembaca
dan pemirsa tersebut adalah remaja (pelajar) yang belum memilki bekal
pengetahuan agama yang kuat. Tak hanya itu saja, dari segi ilmu pengetahuan
kita memang memperoleh banyak manfaat dari era globalisasi ini. Namun, dari
segi kebudayaan, kita lebih mendapatkan banyak pengaruh negatif.
Jika dilihat dari segi sistem
pendidikan yang ada di Inonesia, sistem pendidikan kita selama ini masih lebih
menitikberatkan dan menjejalkan pada penguasaan kognitif akademis. Sementara afektif
dan psikomotorik seolah-olah
dinomorduakan. Sehingga yang terjadi adalah terbentuknya pribadi yang miskin
tata krama, sopan santun, dan etika moral.
Sedikit melihat kehidupan Indonesia tempo dulu. Sejak dulu, Indonesia sudah
dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai negeri yang ramah, sopan, dan berbudi.
Karena hal itu lah banyak orang-orang asing kagum dan tertarik untuk berkunjung
ke negara kita. Melihat kehidupan masyarakat pedesaan yang penuh ketenangan dan
kedamaian menjadi cermin perilaku masyarkat Indonesia. Praktek tolong-menolong
atau gotong-royong masih melekat kuat dalam diri dan kebiasaan masyarakat desa.
Namun yang terjadi di Indonesia saat ini adalah generasi muda lebih tertarik
akan adat kebiasaan negeri lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat
istiadat dan etika bangsa kita. Mereka menganggap lebih keren dan modern, baik
itu gaya hidup maupun tingkah lakunya. Karena hal itulah, timbul pergaulan
bebas di kalangan remaja (pelajar) dan mempengaruhi pikiran serta tingkah laku
generasi muda. Merosotnya moral pada generasi muda membuat Indonesia akan
semakin terpuruk dan memiliki masa depan yang suram.
Berikut
ada beberapa fakta mengenai menurunnya etika dan
moral pelajar/ mahasiswa yang di dapat dari berbagai masyarakat:
1. 15-20 persen dari remaja di
Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah
2. 15 juta remaja perempuan usia
15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya
3. Hingga Juni 2009 telah tercatat
6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di Indonesia, dengan 78,8 persen
dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun
4. Diperkirakan terdapat sekitar
270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia, di mana lebih dari 60
persen adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30 persen berusia 15 tahun atau
kurang
5. Setiap tahun ada sekitar 2,3
juta kasus aborsi di Indonesia di mana 20 persen diantaranya adalah aborsi yang
dilakukan oleh remaja
6. Berdasarkan data kepolisian,
setiap tahun penggunaan narkoba selalu naik. Korban paling banyak berasal dari
kelompok remaja, sekitar 14 ribu orang atau 19% dari keseluruhan pengguna.
7. Jumlah kasus kriminal yang
dilakukan anak-anak dan remaja tercatat 1.150 sementara pada 2008 hanya 713
kasus. Ini berarti ada peningkatan 437 kasus. Jenis kasus kejahatan itu antara
lain pencurian, narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan.
8. Sejak Januari hingga Oktober
2009, Kriminalitas yang dilakukan oleh remaja meningkat 35% dibandingkan tahun
sebelumnya, Pelakunya rata-rata berusia 13 hingga 17 tahun.
Sumber:
Warta warga Universitas Gunadarma Jakarta
Dari beberapa fenomena yang telah dipaparkan di atas, jelas bahwa kondisi
pelajar di Indonesia saat ini terlihat bahwa semakin bobroknya etika, moral,
dan akhlak bangsa Indonesia.
Selain itu, dapat pula kita
ketahui bahwa terdapat beberapa faktor dari adanya globalisasi, antara lain
adalah:
- Masuknya pola pergaulan budaya asing atau budaya barat, seperti anak-anak sekolah yang bermain sampai malam (misalnya ke café) tanpa sepengetahuan orang tuanya.
- Perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas budi pekerti pelajar. Padahal perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk dapat terus bersaing di era globalisasi
- Derasnya arus media komunikasi yang masuk ke Indonesia. Bisa dicontohkan seperti handphone yang dilengkapi dengan fitur-fitur yang canggih seperti kamera, video, internet, dan juga yang sedang menjadi trend para pelajar saat ini adalah BBM, line, dan lain sebagainya.
- Cara berpakaian anak muda dalam hal ini atau pelajar yang sekarang tidak lagi menjunjung tinggi nilai kesopanan, kebanyakan mereka berpakaian secara minim dan ketat. Dapat dicontohkan saja seragam sekolah yang mereka pakai ketika di sekolah. Pakaian seragam yang harusnya formal, kadang dibuat “neko-neko”, seperti baju yang dibuat ketat, dan rok yang dibuat lebih pendek.
Dari
faktor diatas dapat kita ketahui bahwa kebudayaan barat mudah sekali keluar
masuk ke Indonesia secara bebas. Sehingga menyebabkan kebudayaan yang ada di
Indonesia semakin luntur, dan nilai-nilai Pancasila tidak lagi dijadikan
sebagai pedoman hidup generasi muda Indonesia.
Krisis
moral terjadi juga karena nilai-nilai Pancasila sekarang ini mulai luntur dan
tidak lagi diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila yang
seharusnya sebagai pedoman hidup dan falsafah bangsa kini hanya sebagai
semboyan belaka. Dalam bertindak, kebanyakan orang sudah tidak mengindahkan
asas Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Jati diri
bangsa sekarang ini telah luntur, sehingga timbul perilaku amoral yang
merugikan orang lain dan membuat semakin terpuruknya negeri ini.
Indonesia pada saat ini
telah dihadapkan pada permasalah krisis moralitas. Permasalahan ini sudah
menjalar sampai pada semua aspek kehidupan. Beberapa krisis moral yang dapat
kita lihat diantaranya adalah dari sistem pendidikan kita, ketidakpedulian
dengan sesama, mulai hilangnya etika dan akhlak, kenakalan-kenakalan remaja,
tayangan-tayangan di televisi yang kurang mendidik, perilaku para pejabat kita
yang tidak amanah dan masih banyak lagi krisis moralitas yang lain.
Kebiasaan anak jaman
sekarang yang biasa kita lihat adalah terjadinya tawuran antar sekolah, konflik
antar anak sekolah yang mengakibatkan perkelahian dan pembunuhan, kenakalan
remaja yang berlebihan, siswa-siswi yang dianggap tidak sopan, tidak
bertanggung jawab terhadap tindakannya, juga banyak siswa sekolah (pelajar)
yang menjadi korban narkoba. Bahkan kebiasaan tawuran pun sekarang menjadi
budaya, tak jarang dari mereka melakukan tawuran hanya untuk membuat sensasi,
onar, dan kisruh tanpa alasan dan masalah yang jelas. Kenakalan remaja seperti free sex, pergaulan bebas, dan pemakaian
narkoba sudah menjalar hingga ke pelosok desa. Belum lagi, maraknya video
perzinaaan yang semakin mudah diakses dan didapatkan. Dengan hanya meroggoh
uang yang tak seberapa, orang dapat mengunduhnya dari situs-situs di internet.
Mau menjadi apa bangsa ini apabila para generasi mudanya saja seperti
itu. Sehingga sangat jelas sekali bahwa arus globalisasi dari teknologi yang
semakin canggih tidak disaring dengan baik menimbulkan dampak yang sangat
negatif bagi para pelajar, karena mudahnya informasi yang mereka akses.
Tidak hanya itu,
tayangan-tayangan di televisi sekarang ini banyak yang tidak mendidik.
Contohnya sinetron, kebanyakan sinetron ditonton oleh para pelajar (remaja).
Sinetron menyuguhkan cerita yang berbau percintaan, pertengkaran, penganiayaan,
pergaulan bebas, mode trend gaul masa kini dan lain-lain. Dan
parahnya hal tersebut ditiru oleh para remaja atau pelajar, seperti memakai rok
diatas lutut ke sekolah, pakaian yang ketat, merokok, dan lainnya. Budaya
kebaratan semakin membawa dampak buruk bagi para remaja khususnya pelajar,
dimana akibatnya adalah mereka menjadi bersikap acuh tak acuh dengan
perkembangan bangsa ini.
Kebanyakan dari masyarakat
Indonesia mempercayakan pendidikan sebagai salah satu lembaga yang mampu
mencetak manusia atau generasi muda yang bermoral, beretika, dan berakhlak.
Selain itu, Indonesia juga mengaku sebagai Negara yang beragama. Namun yang
menjadi pertanyaan saat ini adalah mengapa pada saat ini banyak orang terutama
para pelajar yang tidak memiliki moral. Maka terlihat bahwa bangsa ini semakin
terjangkiti virus globalisasi yang membawa dampak buruk bagi moral masyarakat
Indonesia, khususnya pelajar yang menimbulkan suatu opini apakah yang salah
dari sistem pendidikan Indonesia hingga krisis moral terjadi secara
berkepanjangan.
Dapat kita
ketahui bahwa para pelajar memiliki potensi yang besar, tantangan dan juga
tanggung jawab di jamannya. Tantangan tersebut adalah menjaga generasinya tetap
baik dan lebih baik dari yang dulu. Pelajar sebagai agent of change dituntut untuk mengambil peran didalam tantangan
yang berupa perubahan sosial. Maka dari itu diperlukan strategi penanaman nilai
etika, moral, dan akhlak di kalangan pelajar.
Yang paling penting
adalah penanaman nilai-nilai agama. Penanaman nilai agama sangatlah penting pada
tiap masing-masing individu. Karena yang terlihat pada saat ini salah satu
faktor buruknya moral generasi muda adalah longgarnya pegangan terhadap agama.
Sehingga
menyebabkan keyakinan beragama mulai
terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan
perintah-perintah Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan
seseorang pada
ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya.
Sehingga yang pertama dilakukan adalah penanaman nilai agama, sampai nilai-nilai
itu melekat pada diri seorang individu agar tau mana perintah dan mana
larangan.
Selain
hal diatas, penanaman nilai etika, moral, dan akhlak tidak hanya ditanamkan di
lingkungan keluarga saja namun diperlukan kerja sama dari pihak sekolah, masyarakat
dan pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dimana seorang
anak mendapatkan bekal pendidikan etika, moral, dan akhlak. Peranan orang tua
sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Sejak dini orang tua harus
mampu memberikan arahan, bimbingan, serta teladan kepada anak. Melalui
pengajaran akhlak seperti dididik dan diberikan pengertian tentang
perbuatan baik dan buruk, menanamkan nilai-nilai keagamaan, dan tata
krama. Orang tua harus selalu mengawasi segala perilaku dan perkembangan
anaknya terutama ketika anak menginjak usia remaja, karena di usia ini terjadi
ketidak seimbangan emosi sehingga mudah terbawa ke hal-hal yang buruk.
Selain
lingkungan keluarga, terdapat pula lingkungan sekolah. Dalam lingkungan
sekolah, peran guru harus aktif dalam memberikan penanaman etika, moral, dan
akhlak kepada peserta didik. Tak hanya pengetahuan saja yang diajarkan dalam
pembelajaran namun guru harus mampu mendidik dan memberikan nilai-nilai
kebaikan serta memberikan teladan bagi peserta didik. Melalui pengajarannya
guru dituntut untuk kreatif dalam menyisipkan nilai-nilai moral yang akan
diberikan kepada peserta didik. Sehingga tidak hanya aspek kognitif saja yang di dapat siswa tetapi aspek afektif dan psikomotorik
juga. Dengan begitu mereka dapat menanamkan dan menerapkan sikap yang baik
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tak hanya peran guru agama atau pendidikan
kewarganegaraan saja yang menanamkan etika, moral, dan akhlak pada diri siswa,
tetapi semua guru harus memberikan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik
(pelajar).
Selain
lingkungan keluarga dan sekolah yang juga menanamkan etika, moral, dan akhlak
ada pula lingkungan masyarakat. Anak akan tumbuh dan berkembang di dalam
lingkungan masyarakat. Ada 5 pranata sosial yang terdapat di lingkungan
masyarakat, salah satunya yaitu pranata moral dan etika. Pranata moral dan
etika bertugas untuk mengurusi dan penyikapan nilai seseorang dalam pergaulan
masyarakat. Dengan demikian peranan masyarakat dalam penanaman etika, moral,
dan akhlak pada diri seseorang sangat berpengaruh.
Yang
terakhir adalah peran pemerintah. Pemerintah harus tanggap dan sigap terhadap
permasalahan moral para generasi muda yang semakin menurun. Melalui Kementerian
Pendidikan Nasional, pemerintah harus mengkaji dan menelaah serta memberikan
kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan moralitas generasi muda. Agar
tujuan yang diharapkan akan tercapai dan menghasilkan keluaran sumber daya
manusia yang bermutu, berbudi luhur dan beriman serta bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Karena
pribadi yang terdidik secara moral adalah pribadi-pribadi yang telah belajar
dan siap untuk bertindak dengan cara-cara tertentu, sekaligus sadar dan bangga
akan segala nilai dan tindakan-tindakannya (Cheppy Haricahyono, 1995:360)
Demikianlah yang saya sampaikan mengenai dampak globalisasi semoga bermanfaat.
Demikianlah yang saya sampaikan mengenai dampak globalisasi semoga bermanfaat.