MAKALAH TASAWUF
Table of Contents
BAB I PENDAHULUAN
Ketika kita mendengar kata sufi
dan tasawuf, maka tak lain kita sedang
membicarakan orang yang lebih mementingkan kebersihan batin dan kesucian jiwa, dan lebih mengutamakan perilaku untuk mendekatkan
diri kepada Allah (taqarrub), agar lebih mampu
untuk sampai kepada sang Khaliq
sebagai tempat kembalinya. Seluruh dimensi hidupnya dipenuhi dengan kondisi dan
keadaan jiwa yang selalu berzikir; mulai lisan, anggota tubuh, peredaran darah,
pikiran (akal, rasio, logis) dan perasaan (hati serta keseluruhan aspek
kejiwaan). Inilah yang membuat hidup seseorang selalu istiqomah, yaitu kondisi stabil
yang terus meningkat.
Demikian
pula dalam hal perilaku hidup dan kehidupannya, yang memancarkan sinar (aura)
dari segi kemurnian batinnya yang bersih tersebut. Mereka tiada pernah putus
dalam pencarian terhadap Alloh sebelum betul-betul tampak dan yakin bahwa dia
telah dikabulkan, serta telah sampai kepada Alloh.
Berdasarkan
tujuan dari tasawuf, yaitu berupaya membentuk watak manusia yang memiliki sikap
mental dan perilaku yang baik (akhlaqul
karimah), manusia yang bermoral dan memiliki etika serta sopan santun, baik
terhadap diri pribadi, orang lain, lingkungan dan Tuhan, maka semua orang wajib
belajar tasawuf (tasawuf akhlaqi).
Namun belajar tasawuf secara mendalam, yaitu tasawuf amali dan khususnya tasawuf
falsafi, memang diharapkan dilakukan setelah seseorang memiliki tingkat
pengetahuan aqidah dan syari’ah yang mencukupi.
BAB II PEMBAHASAN
Secara
umum ilmu tasawuf bisa dikelompokkan menjadi dua bagian, tasawuf ‘ilmi atau nadhari yang
bersifat teoritis, dan tasawuf ‘amali
yang bersifat praktis, yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tercapai
tujuan bertasawuf. Sedangkan Depag bersama LIPI mengklasifikasikan tasawuf
menjadi tasawuf akhlaqi, ‘amali, dan tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi sendiri
sekarang telah berkembang pesat, seperti ‘ilmu al-hudluri (dengan tokoh
kontemporernya Ha’iri Yazdi), tasawuf isyraqiyah (illuminationisme Syuhrawardi
yang dikembangkan oleh Mulla Shadra), dsb.[1]
Tasawuf
falsafi merupakan bentuk tasawuf yang memadukan antara visi mistis dan visi
rasional (baik dalam kerangka teoritis maupun praktis), yakni pengalaman
rohaninya disampaikan secara sistematis dengan term filsafat, seperti teori kosmologi
dan ungkapan-ungkapan yang ganjil (syatahat,
syatahiyat) yang sulit dipahami orang lain. Yang sekarang sedang banyak
digandrungi adalah paham isyraqiyah Syuhrawardi, di samping pola tasawuf mistis
dari kelompok new age (tradisionalis-prenialis),
seperti Fritjof Schuon, Hosein Nasr, dan sejenisnya.
Tasawuf
adalah suatu bidang ilmu keislaman dengan berbagai pembagian di dalamnya, yaitu
tasawuf akhlaqi, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Tasawuf akhlaqi berupa
ajaran mengenai moral/akhlaq yang hendaknya diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan yang optimal. Ajaran yang terdapat
dalam tasawuf ini meliputi takhalli,
yaitu penyucian diri dari sifat-sifat tercela; tahalli, yaitu menghiasi dan membiasakan diri dengan sikap
perbuatan terpuji; dan tajalli, yaitu
tersingkapnya Nur Ilahi (Cahaya
Tuhan) seiring dengan sirnanya sifat-sifat kemanusiaan pada diri manusia
setelah tahapan takhalli dan tahalli dilalui. Tasawuf amali berupa
tuntunan praktis tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf
amali ini identik dengan tarekat,
sehingga bagi mereka yang masuk tarekat akan memperoleh bimbingan semacam itu.
Sedangkan tasawuf falsafi berupa kajian tasawuf yang dilakukan secara
mendalam dengan tinjauan filosofis dengan segala aspek yang terkait di
dalamnya. Dalam tasawuf falsafi ini dipadukan visi intuitif tasawuf dan visi
rasional filsafat. Dari ketiga tasawuf tersebut, secara esensial semua bermuara
pada penghayatan terhadap ibadah murni (mahdlah)
untuk mewujudkan akhlaq al-karimah
baik secara individual maupun sosial.
Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya
memadukan antara visi mistis dengan visi rasional. Ciri umum tasawuf falsafi
ialah kesamaran-kesamaran ajarannya, akibat banyaknya unngkapan dan
peristilahan khusu’ yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang memahami ajaran
tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak bisa dipandang sebagai filsafat,
karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa (zauq), dann sebaliknya, tidak pula bisa dikategorikan pada tasawuf
dalam pengertiannya yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam
bahasa filsafat dan lebih cenderung kepada panteisme.
Para tokoh tasawuf falsafi bersifat ensiklopedis dan
berlatar belakang buadaya, pengalaman serta pendidikan yang beragam. Di samping
pemahamannya yang luas di bidang ilmu agama seperti fikih, kalam, hadis dan
tafsir, mereka mengenal baik filsafat Yunani serta berbagai alirannya, seperti
Socrates, Plato, Aristoteles, dan Neo Platonisme dengan ajaran dilsafatnya
tentang emanasi. Begitu pula tentang Hermetisisme yang banyak diterjemahkan ke
dalam Bahsa Arab, filsafat-filsafat timur kuno dari Persia dan India, serta
ajaran filsafat para filosof islam seperti al-Farabi, Ibnu Sina, dan lainnya.
Mereka juga dipoengaruhi paham batiniah sekte Isma’iliah dan aliran Syi’ah dan
risalah-risalah ikhwan al-Safa’.
Mereka yang beraliran tasawuf falsafi memandang bahwa manusia masih dapat
melewati maqam ma’rifah. Manusia
masih mampu naik ke jenjang yan lebih tinggi, yaitu persatuan dengan Tuhan,
yang kemudian disebut dengan ittihad,
hulul, wahdah al-wujud dan isyraq.
Paham-paham tasawuf tipe ini yang terpenting antara lain yaitu:
a.
Fana’ dan
Baqa’
b.
Ittihad
c.
Hulul
d.
Wahdah Al-Wujud
e.
Isyraq
BAB III PENUTUP
Tasawuf
adalah suatu bidang ilmu keislaman dengan berbagai pembagian di dalamnya, yaitu
tasawuf akhlaqi, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Tasawuf akhlaqi berupa
ajaran mengenai moral/akhlaq yang hendaknya diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan yang optimal. Ajaran yang terdapat
dalam tasawuf ini meliputi takhalli,
yaitu penyucian diri dari sifat-sifat tercela; tahalli, yaitu menghiasi dan membiasakan diri dengan sikap
perbuatan terpuji; dan tajalli, yaitu
tersingkapnya Nur Ilahi (Cahaya
Tuhan) seiring dengan sirnanya sifat-sifat kemanusiaan pada diri manusia
setelah tahapan takhalli dan tahalli dilalui
Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya
memadukan antara visi mistis dengan visi rasional. Ciri umum tasawuf falsafi
ialah kesamaran-kesamaran ajarannya, akibat banyaknya unngkapan dan
peristilahan khusu yang hanya bisa dipahami oleh mereka yan memahami ajaran
tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak bisa dipandang sebagai filsafat,
karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa (zauq), dann sebaliknya, tidak pula bisa dikategorikan pada tasawuf
dalam pengertiannya yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam
bahasa filsafat dan lebih cenderung kepada panteisme.
REFERENSI
K.H.
Muhammad Sholikhin. 2009. Tradisi Sufi
dari Nabi-Tasawuf Aplikatif Ajaran Nabi Muhammad Saw. Yogyakarta: Cakrawala. Hal 29
Dr. Asmaran As., M.A. 2002. Pengantar Studi TAsawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[1] K.H. Muhammad Sholikhin.
2009. Tradisi Sufi dari Nabi-Tasawuf
Aplikatif Ajaran Nabi Muhammad Saw. Yogyakarta:
Cakrawala. Hal 29
Demikianlah yang saya bagikan mengenai makalah tasawuf semoga bermanfaat.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai makalah tasawuf semoga bermanfaat.