Makalah Kalimat Efektif
Table of Contents
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam belajar mata kuliah Bahasa Indonesia mahasiswa
sering kali salah dalam menggunakan
kalimat, tidak jarang kalimat yang dituliskan terdapat pemborosan kata dan
bertele-tele. Hal ini disebabkan karena mahasiswa kurang memahami penggunaan
kalimat efektif. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud
kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan
kenyataan inilah penyusun tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala
permasalahannya.
1.2
Permasalahan
1.2.1 Rumusan Masalah
Untuk merumuskan masalah tentang surat menyurat adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2.
Apa saja
ragam intonasi final?
3.
Bagaimana
pola kalimat efektif?
4.
Apa saja jenis-jenis kalimat?
5.
Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
1.2.2 Batasan Masalah
Penulis dalam memaparkan makalah ini hanya akan membahas pengertian kalimat
efektif, unsur-unsur kalimat, ciri-ciri kalimat efektif, syarat-syarat kalimat
efektif dan struktur kalimat efektif.
1.3 Tujuan
Pembahasan
Tujuan dari materi tentang surat menyurat adalah sebagai berikut:
1.
Ingin
mengetahui pengertian kalimat efektif;
2.
Ingin
mengetahui unsur-unsur kalimat;
3.
Ingin
mengetahui ciri-ciri kalimat efektif;
4.
Ingin
mengetahui syarat-syarat kalimat efektif;
5.
Ingin
mengetahui struktur kalimat efektif.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif
menurut menurut Ahmad Syaeful Rahman (2018:58)
adalah yang dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat
sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.
sedangkan menurut Sri Hapsari Wijayanti (2013:66) kalimat efektif adalah
kalimat yang menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima
pembaca.
Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif merupakan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah
dipahami pendengar atau pembaca.
2.2
Ragam Intonasi Final
Menurut Ahmad Syaeful Rahman (2018:35) intonasi
fnal merupakan syarat penting dalam pembentukan sebuah kalimat dapat berupa:
1. Intonasi
Deklaratif (dalam bahasa ragam tulis diberi tanda titik [.].
Intonasi deklaratif berisi pernyataan yang ditujukan kepada orang lain.
Intonasi deklaratif berisi pernyataan yang ditujukan kepada orang lain.
2. Intonasi
Interogatif (dalam ragam bahasa tulis diberi tanda tanya [?]).
Intonasi interogatif berisi pertanyaan.
Intonasi interogatif berisi pertanyaan.
3. Intonasi
Imperatif (dalam ragam bahasa tulis diberi tanda seru [!]).
Intonasi imperatif berisi perintah dan perlu diberi reaksi berupa tindakan.
Intonasi imperatif berisi perintah dan perlu diberi reaksi berupa tindakan.
4. Intonasi
Interjektif (dalam bahasa ragam tulis diberi tanda seru [!]).
Intonasi interjektif adalah seruan yang berisi ungkapan perasaan yang spontan atau reaksi mendadak berupa rasa senang, emosi, sedih dan marah.
Intonasi interjektif adalah seruan yang berisi ungkapan perasaan yang spontan atau reaksi mendadak berupa rasa senang, emosi, sedih dan marah.
Tanpa intonasi final ini sebuah klausa tidak akan menjadi sebuah kalimat.
2.3
Pola Kalimat Efektit
Fungsi/Type
|
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Pelengkap
|
Keterangan
|
S - P
|
Lelaki itu
|
sedang makan.
|
|
|
|
Dia
|
pengantin baru.
|
||||
S - P - O
|
Ayah-nya
|
mengendarai
mendapat
|
motor baru.
|
|
|
Sarah
|
hadiah.
|
||||
S – P – Pel
|
Rijal
|
menjadi
|
|
Presiden.
|
|
Pak Ahmad
|
merupakan
|
dosen kita.
|
|||
S – P – Ket
|
Riska
|
tinggal
|
|
|
di Tasik.
|
Kebakaran itu
|
terjadi
|
tahun 2018.
|
|||
S – P – O – Pel
|
Caca
|
mengirimi
|
pacarnya
|
bunga.
|
|
Syifa
|
mengambilkan
|
ibu-nya
|
wajan.
|
||
S – P – O – Ket
|
Pak Dodo
|
menyimpan
|
emas
|
|
di lemari.
|
Beliau
|
memperlakukan
|
saya
|
dengan baik.
|
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya, menurut
Ahmad Syaeful Rahman (2018:36) ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan model
pola kalimat dasar bahasa Indonesia sebagai berikut.
Dalam tabel
di atas, tampak dalam kolom S – P terisi penuh karena keduanya wajib hadir
dalam suatu kalimat, sedangkan O, Pel, dan Ket tidak penuh karena kehadirannya
tidak menjadi wajib dalam suatu kalimat. Dengan adanya pola kalimat dasar ini,
semua kalimat bahasa Indonesia unsur-unsur intinya dapat dimasukan ke dalam
enam tipe itu. Pengenalan terhadap enam jeis pola kalimat dasar akan dijelaskan
sebagai berikut.
1.
Kalimat
dasar tipe S – P
Dalam kalimat bertipe S-P, predikatnya lazim diisi
oleh verba transitifatau frasa verba. Akan tetapi, ada pula pengisi P berupa
nomina, adjektiva, frasa nomina, dan frasa adjektiva seperti terlihatdalam
contoh berikut.
Subjek
|
Predikat
|
Rijal
Riska, anak pak Rijal
yang berdasi
Para pejabat
Hasil kerjanya
|
tersenyum.
tersenyum manis.
musuh saya.
korupsi.
sangat memuaskan.
|
2.
Kalimat
dasar tipe S-P-O
Predikat dalam kalimat bertipe S-P-O diisi oleh verba
transitif yang memerlukan dua pendamping, yakni S (di sebelah kiri) dan O (di
sebelah kanan). Jika salah satu pendamping itu tidak hadir , kalimatnya tidak
gramatikal.
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Barcelona
Indonesia
Rijal
Kelompok kami
|
Mengalahkan
telah mematuhi
menemui
akan membuat
|
Real Madrid.
seruan PBB.
tokoh Agama.
makalah.
|
3.
Kalimat
dasar tipe S-P-Pel
Seperti halnya tipe S-P-O, kalimat tipe S-P-Pel
mempunyai P yang memerlukan dua pendamping yakni S (di sebelah kiri) dan Pel
(di sebelah kanan)
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Agama Islam
Keputusan saya
|
berlandaskan
sesuai
|
Al quran dan Hadits.
dengan keinginan masyarakat.
|
Gamelan
Kakak sulung saya
Anak muda cerdas itu
|
merupakan
merasa
menjadi
|
ciri kesenian tradisional.
tersisihkan.
Menteri.
|
4.
Kalimat
dasar tipe S-P-Ket
Predikat kalimat bertipe S-P-K, menghendaki dua
pendamping yang berupa S (di sebelah kiri) dan K (di sebelah kanan).
Subjek
|
Predikat
|
Keterangan
|
Rijal
Anak kakak saya
Perdamaian itu
Temanku
|
tinggal
mahasiswa
terjadi
lulus
|
di Tasik
teknik
satu bulan yang lalu
dengan pujian
|
5.
Kalimat
dasar tipe S-P-O-Pel
Predikat kalimat S-P-O-Pel, menuntut kehadiran tiga
pendamping agar konstruksinya menjadi gramatikal. Pendamping yang dimaksud
adalah S (di sebelah kiri) O dan Pel. (di sebelah kanan).
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Pelengkap
|
Syifa
Sarah
Caca
|
membaca
memakai
memanggil
|
Buku
celana
aku
|
sastra Arab.
yang bagus.
Pak Ganteng.
|
6.
Kalimat
dasar tipe S-P-O-Ket
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Keterangan
|
Habibulloh
Amirah
Wati
|
memiliki
membeli
menyelesaikan
|
mobil
tahu
lagunya
|
kemarin.
di Arab.
untuk pameran.
|
2.4
Jenis Kalimat
Ahmad Syaeful
Rahman (2018:40) memberikan penamaan terhadap adanya jenis atau macam kalimat
didasarkan pada hal-hal berikut:
1.
Kategori
Klausa
Kategori ini dibedakan dengan adanya hal-hal berikut.
a.
Kalimat
verba,yakni kalimat yang predikatnya berupa verba atau frase verba.
b.
Kalimat
adjektiva, yakni kalimat yang predikatnya berupa adjektiva atau frase
adjektiva.
c.
Kalimat
nomina, yakni kalimat yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina.
d.
Kalimat
preposisional, yakni kalimat yang predikatnya berupa frase preposisional.
e.
Kalimat
numeral, yakni kalimat yang predikatnya berupa numeralia atau frase numeral.
f.
Kalimat
adverbial, yakni kalimat yang predikatnya berupa adverbial atau frase adverbial.
2.
Jumlah
Klausa
a.
Kalimat
sederhana atau kalimat tunggal, yakni kalimat yang dibangun oleh sebuah klausa.
Kalimat ini identic dengan satu klausa saja dan klausa tersebut dapat juga
disebut klausa mandiri. Berikut contoh kalimat tunggal dalam bahasa Indonesia.
1.
Rasa
aman warga terganggu dengan fenomena begal.
2.
Ribut
antara Gubernut dan DPRD soal APBD tak kunjung tuntas.
b.
Kalimat
majemuk, yakni kalimat yang dibangun oleh dua buah klausa atau lebih.
1.
Kalimat
majemuk rapatan, yakni sebuah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih
di mana ada fungsi-fungsi klausanya yang dirapatkan karena merupakan substansi
yang sama. Fungsi-fungsi yang sama dari dua buah klausa atau lebih disatukan.
a.
Kalimat
luas rapatan subjek disusun dengan merapatkan subjek yang wujudnya sama lalu
menghubungkan sisanya dengan konjungsi tertentu.
Contoh:
Ayah makan nasi uduk lalu minum teh botol.
b.
Kalimat
luas rapatan predikat disusun dengan merapatkan predikat dari dua buah klausa
yang maujudnya sama, lalu mengubungkan sisanya dengan bantuan konjungsi yang
dikehendaki maknanya.
Contoh:
Adik minum susu, sedangkan ibu the manis.
c.
Kalimat
luas rapatan objek disusun dengan merapatkan objek dari dua buah klausa atau
lebih yang maujudnya sama, lalu mengubungkan sisanya dengan bantuan konjungsi
yang sesuai dengan makna yang dikehendaki. Contoh:
Kakak menangkap, ibu memegang, dan ayah menyembelih ayam itu.
d.
Kalimat
luas rapatan fungsi keterangan disusun dari dua buah klausa atau lebih yang
fungsi keterangannya merupakan maujud yang sama.
Contoh:
Di sekolah kami belajar sedangkan guru mengajar.
e.
Kalimat
luas rapatan kompleks dapata disusun dari dua buah klausa atau lebih yang dari
satu fungsinya merupakan maujud yang sama. Contoh:
Ibu ke oasar membeli gula, kopi, dan teh.
2.
Kalimat
majemuk setara, yakni kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih dan
memiliki kedudukan yang setara dan biasanya dihubungkan dengan sebuah konjungsi
koordinatif.
penggabungan dua buah klausa menjadi sebuah kalimat luas setara, anatar lain, dapat memberikan makna:
penggabungan dua buah klausa menjadi sebuah kalimat luas setara, anatar lain, dapat memberikan makna:
a. Penambahan, konjungsi koordinatif yang biasa digunakan adalah dan.
b. Pertentangan, konjungsi koordinatif yang biasanya digunakan adalah
tetapi atau sedangkan.
c. Pemilihan, konjungsi koordinartif yang biasa digunakan adalah atau.
d. Penegasan, konjungsi koordinartif yang biasa digunakan adalah bahkan,
malah, apalagi, dan lagipula.
e. Pengurutan, konjugsi koordinartif yang biasa digunakan adalah lalu,
kemudian, selanjutnya, dan sebagainya.
3.
Kalimat
majemuk bertingkat, yakni kalimat yang terdiri dari dua buah klausa yang
kedudukannya tidak sama. Ada klausa yang kedudukannya lebih tinggi yang disebut
klausa utama atau klausa atasan da nada klausa yang kedudukannya lebih rendah
yang lazim disebut klausa bawahan. Secara umum klausa bawahan disebut anak
kalimat. Penggabungan dua buah klausa secara bertingkat dapat memberi makna
sebagai berikut.
a.
Sebab,
konjungsi subordinartif yang biasa digunakan adalah sebab atau karena.
b. Akibat, konjungsi,
subordinartif yang biasa digunakan adalah sampai, hingga, atau sehingga.
c. Syarat, konjungsi
subordinartif yang biasa digunakan adalah kalau, bila, apabila, bilamana,
jikalau, dan asal.
d. Tujuan, konjungsi
subordinatif yang biasa digunakan adalah untuk, agar, supaya.
e. Waktu, konjungsi subordinartif
yang biasa digunakan adalah sesudah, sebelum, ketika, selagi, sejak, dam
sewaktu.
f. Kesungguhan, konjungsi
subordinartif yang biasa digunakan adalah meskipun, biarpun, sungguhpum, dan
walaupun.
g. Perkecualian, konjungsi
subordinartif yang biasa digunakan adalah kecuali.
h. Perbandingan, konjungsi
subordinartif yamg biasa digunakan adalah seperti, bagai, bak, dan laksana.
i. Pengandaian, konjungsi
subordinartif yang biasa digunakan seandainya, andaikats, andaikan, dan
sekiranya.
j. Cara, konjungsi subordinartif
yang biasa digunakan adalah dengan atau tanpa.
k. Alat, konjungsi
subordinartif yang biasa digunakan adalah dengan atau tanpa.
l. komplomentasi, konjungsi
subordinartif yang biasa digunakan adalah bahwa.
m. Atributif, konjungsi
subordinartif yang biasa digunakan adalah yang, ada dua macam hubungan
atributif, yaitu
(a) restriktif
(b) tak restriktif.
Dalam hubungan restriktif,
klausa relaif membatasi makna dari nomina yang diterangkannya. Dalam hal
penulisannya perlu diperhatikan benar bahwa klausa relative seperti ini tidak
dibatasi oleh tanda koma, baik di muka maupun di belakangnya.
Contoh:
Para pedagang yang menunggak
lebih dari 35 miliar rupiah akan dicekal.
Sementara itu, yang tak
restriktif hanya memberikan tambahn informasi pada nomina yang diterangkannya.
Jadi, ia tidak mewatasi nomina yang mendahuluinya. Karen itu, dalam
penulisannya, klausa ini diapit oleh dua tanda koma,
Contoh:
Paman saya, yang tinggal di
Batam, meninggal kemarin.
4.
Kalimat
majemuk kompleks, yakni kalimat yang terdiri dari tigas klausa atau lebih yang
di dalamnya terdapat hubungan koordinartif (setara) dan juga hubungan
subordinartif (bertingkat).
Contoh:
Orang itu meminta tolong
kepada saya, tetapi saya tidak mau menolongnya karena dia pernah menipu saya.
3.
Modus
Kalimat
Menurut Ahmad
Syaeful Rahman (2018:50) modus kalimat adalah pengungkapan atau penggambaran
suatu psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara atau sikap si
pembicara tentang apa yang diungkapkannya. Berdasarkan modusnya kalimat
digolongkan menjadi lima macam sebagai berikut.
1.
Kalimat
Deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat berita yang
mengandung intonasi deklaratif, yang dalam ragam tulis diberi tanda titik.
Kalimat deklaratif adalah kalimat berisi pernyataan belaka. Kalimat deklaratif
yang isinya menyampaikan pernyataan yang ditujukan kepada orang lain. Kaliat
deklaratif ini tidak memerlukan jawaban atau tindakan. Namun, bisa saja
diberikan komentar oleh pendengar bila dianggap perlu.
Contoh:
Joko Widodo terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia.
2.
Kalimat
Interogatif
Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung
intonasi interogatif, yang dalam ragam tulis biasanya diberi tanda Tanya (?).
jenis kalimat interogatif ini biasanya ditandai pula oleh partikel Tanya
seperti –kah, atau kata tanya,
seperti apa, bagaimana, mengapa, siapa, di mana, dan berapa. Kalimat jenis ini
mengharapkan adanya jawaban secara verbal.
Contoh:
Mengapa kamu membencinya?
3.
Kalimat
Imperatif
Kalimat inperatif adalah kalimat yang meminta
pendengar atau pembaca melakukan sesuatu tindakan, yang mengandung intonasi
imperative dan dalam ragam tulis ditandai oleh tanda seru (!). jenis kalimat
ini ditandai pula oleh partikel –lah, atau kata-kata perintah seperti tolong,
jangan, hendaklah.
Contoh:
Tolong keluar dari kantor saya!
4.
Kalimat
Interjektif
Kalimat interjektif merupakan kalimat yang berupa
seruan yang berisi ungkapan perasaan yang spontan atau reaksi mendadak berupa
rasa senang, emosi, dan sedih. Kalimat interjeksi disusun dari sebuah
klausadiawali dengan kata seru, seperti wah, nah, aduh, ah, hah, alangkah, dan
sebagainya.
Contoh:
Aduh, buku saya tertinggal!
5.
Kalimat
Optatif
Kalimat optative adalah kalimat yang menyatakan
harapan atau keinginan. Modus yang menunjukan harapan dan keinginan.
Contoh:
Semoga saya bisa mewujudkan impian Ibu.
4.
Unsur
Struktur Kalimat
Berdasarkan
struktur internal klausanya, kalimat diklasifikasikan sebagai kalimat sempurna
atau kalimat tidak sempurna. Kalimat sempurna biasa disebut kalimat mayor dan
kalimat tak sempurna biasa disebut kalimat minor. Kalimat minor termasuk
kalimat kompletif atau kalimat seru.
a.
Kalimat
minor
Kalimat ini disebut kalimat tak berklausa, kalimat
minor terbagi menjadi dua, yaitu kalimat minor tak terstruktur dan kalimat
minor berstruktur.
1.
Kalimat
minor tak berstruktur
Kalimat jenis ini muncul sebagai wacana yang
ditentukan oleh situasi. Kalimat ini pun diakhiri oleh satu intonasi final.
Kalimat tak berstruktur dibedakan sebagai berikut.
a.
Kalimat
minor panggilan
Hadar!
b.
Kalimat
minor seru. Kalimat ini terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.
Aduh!
c.
Kalimat
minor perintah, larangan dan Tanya bentuk singkat. Kalimat ini biasanya terdiri
dari kata yang menyatakan perintah, larangan atau pertanyaan dalam bentuk
singkat.
Ambil!
d.
Kalimat
minor judul. Judul sebuah buku, puisi, artikel biasanya tidak merupakan sebuah
kalimat penuh atau klausa. Judul ini pun sudah merupakan kalimat.
Siti Nurbaya
e.
Kalimat
minor semboyan. Semboyan merupakan ungkapan ide secara tegas, tepat, dan tanpa
hiasan bahasa atau kelengkapan klausa.
Merdeka atau Mati
f.
Kalimat
minor salam
Selamat malam!
2.
Kalimat
minor berstruktur
Kalimat ini muncul sebagai pelengkap atau
penyempurnaan kalimat utuh atau klausa sebelumnya dalam wacana. Kalimat
berstruktur berdasarkan sumber penurunannya.
a.
Kalimat
minor elips. Kalimat elips mengisi satu tagmen secara utuh yang diturunkan dari
sebuah klausa tunggal.
Contoh:
(Ia menyaksikan pekerjaannya di kantor), lalu pulang
Namun, kalimat ini juga dapat digunakan secara situasional menjawab satu
bagian dari kalimat dengan klausa tunggal.
Contoh:
(Anda sudah makan?) Sudah!
Selain itu, dapat berupa sebuah pemberitaan. Ia sebenarnya bagian dari
sebuah klausa tunggal.
Contoh:
Kebakaran! (Ada kebakaran)
b.
Kalimat
minor urutan, kalimat minor urutan mengandung struktur klausa, tetapi ia
berdiri lanjutan dari klausa di depan. Kalimat minor urutan merupakan penurunan
dari klausa setara. Kalimat jenis ini dapat dicirikan dengan partikel apabila,
jadi, tambahan, pula, dan (di awal kalimat), juga.
Contoh:
Jadi, kita pun tahu.
c.
Kalimat
minor marginal, kalimat minor marginal adalah sebuah kalimat dengan struktur
klausa yang subordinatif. Ia diturunkan dari kalimat dengan klausa
subordinatif. Contoh:
(mereka belum tentu dating.) karena hari hujan.
b.
Kalimat
mayor
Kalimat ini sekurang-kurangnya memiliki fungsi subjek
dan predikat. Dapat dikatakan pula bahwa unsur O dan K bersifat fakultatif
(manasuka).
Contoh:
Pak Udin sudah tidur (di kamar)
2.5
Syarat Kalimat Efektif
Menurut Ahmad Syaeful Rahman (2018:58)
kalimat efektif harus memenuhipaling tidak enam syarat, yaitu adanya (1)
kesatuan, (2) kepaduan, (3) keparalelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, (6)
kelogisan.
1. Kesatuan
Kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok
dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide, kalimat boleh panjang atau pendek,
menggabungkan lebih dari satu unsur pilihan, bahkan dapat mempetentangkan unsur
pilihan yang satu dan yang lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya satu.
Artinya setiap kalimat hanya ada satu maksud utama penulis/pembicara, dan
maksud itu harus dapat dikenali dan dipahami oleh pembaca/pendengar.
Contoh
kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
Pembangunan
gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh Dinas Pendidikan Pusat.
(terdapat objek ganda dalam satu kalimat)
Contoh
kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
Pihak
yayasan dibantu oleh Dinas Pendidikan Pusat untuk membangun gedung baru.
2. Kepaduan
Kohersi adalah terjadinya hubungan yang
padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk
kalimat fakta, frasa, klausa, tanda baca, dan fungsi sintaksis (S-P-O-Pel-K).
Contoh
kalimat yang unsur-unsurnya tidak koheran:
Kepada
setiap pengemudi mobil harus memilki surat izin mengemudi.
3. Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya
unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola, atau susunan kata dan frasa yang
dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama
menggunakan verba, unsur keduan dan seterusnya juga harus verba. Jika unsur
pertama berbentuk nomina, unsur berikutnya juga harus berbentuk nomina.
Contoh
kesejajaran yang salah:
Kegiatan
di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi
label.
Contoh
kesejajaran atau paralisme yang benar:
Kegiatan
diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pelabelan buku.
4. Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuaian /kecocokan pemakaian
unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat sehingga tercipta pengertian yang
bulat dan pasti. Diantara semua unsur yang berperan dalam pembentukan kalimat,
harus diakui bahwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata, kalimat tidak
adak ada. Akan tetapi, perlu diingat ada kalanya kita harus memilih dengan
akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan
demi terciptanya makna yang bulat dan pasti.
Dalam praktik di lapangan baik dalam wacana
lisan maupun wacana tulis, masih banyak pemakai bahasa yang mengbaikan masalah
ketetapan pemakaian unsur-unsur pembentuk kalimat. Akibatnya kalimat yang
dihasilkan pun tidak tinggi kualitasnya. Perhatikan contoh kasus dibawah ini.
Contoh
penulisan kalimat yang tidsak memperhatikan faktor ketetapan:
Karyawan
teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (salah satu
pemakaian kata sehingga)
Contoh
penulisan kalimat yang memperhatikan faktor ketetapan:
Karyawan
teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.
5. Kehematan
Disini
berarti tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang subjek, tidak
menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, kalimat
akan menjadi padat berisi.
Contoh
kalimat yang tidak hemat kata:
Saya
melihat dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari
dari pagi sampai sore.
Contoh
kalimat yang hemat kata:
Saya
melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
6. Kelogisan
Kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat
yang logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang
sistematis (runtut/teratur dalam perhitungan angka dan nomoran). Sebuah kalimat
yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau
frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa.
Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahsa berikut ini:
Kambing
sangat senang bermain hujan (padahal kambing trgolong binatang anti air)
Karena
lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (tidak ada hubungan
tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak laki-laki).
Tumpukan
uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh ribuan, lima puluh
ribuan, dua puluh ribuan (tidak runtut dalam rinci).
BAB
III
PENUTUP
1.1
Simpulan
Maka kesimpulan
mengenai Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa,
jelas, serta mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Intonasi fnal
merupakan syarat penting dalam pembentukan sebuah kalimat ada empat, yaitu
deklaratif, interogatif, imperatif, dan interjektif.
Berdasarkan fungsi
dan peran gramatikalnya, ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan model pola
kalimat dasar bahasa Indonesia, yaitu pola S-P, S-P-O, S-P-O-Pel, dan
S-P-O-Ket. S – P terisi penuh karena keduanya wajib hadir dalam suatu kalimat,
sedangkan O, Pel, dan Ket tidak penuh karena kehadirannya tidak menjadi wajib
dalam suatu kalimat. Dengan adanya pola kalimat dasar ini, semua kalimat bahasa
Indonesia unsur-unsur intinya dapat dimasukan ke dalam enam tipe itu.
Kalimat efektif
harus memenuhi paling tidak enam syarat, yaitu adanya (1) kesatuan, (2)
kepaduan, (3) keparalelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, (6) kelogisan.
1.2
Saran
Pemahaman mengenai kalimat efektif perlu
diperdalam lagi agar kita lebih mengerti dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Materi ini merupakan salah satu yang penting untuk
dipahami baik itu oleh mahasiswa atau masyarakat luas. Diharapkan
pada saat menulis karya ilmiah atau tugas
lainnya diperhatikan
langkah-langkahnya
agar tidak terjadi kesalahan dalam kalimat. dan diharapkan agar mahasiswa dapat
membedakan antara kalimat efektif dan kalimat tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Ahmad
Syaeful. 2018. Bahasa Indonesia Akademik; Melatih Hard Skills hingga Soft
Skills. Bandung: Manggu Makmur Tanjung Lestari
Wijayanti,
Sri Hapsari. 2018. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah.
Depok: Raja Grafindo Persada
Demikianlah makalah tentang kalimat efektif sudah saya postingkan untuk tugas mata kuliah Bahasa Indonesia mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi para pembaca.