Makalah Perkembangan Hadits pada Masa Rasululloh SAW
Table of Contents
2.1 Perkembangan
hadist pada masa rasullulah SAW
Pada periode ini
sejarah hadits disebut “Ashr al-Wahyiwa
al-Takwin” (masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat islam).
Pada saat inilah
hadits lahir berupa sabda (aqwal), af’al dan taqrir nabi yang berfungsi
menerangkan al-qur’an dalam rangka menegakkan syari’at islam dan membentuk
masyarakat islam.
Nabi SAW sebagai
rasul, sangat disegani dan ditaati oleh para sahabat, sebab mereka sadar bahwa
mengikuti rasul dan sunahnya adalah keharusan dalam berbakti kepada Allah SWT.
Oleh karena itu para sahabat sungguh-sungguh dalam menerima segala yang
diajarkan Nabi SAW baik yang berupa wahyu al-qur’an maupun dari hadits nabi
tersebut benar-benar mempengaruhi jiwanya dan membentuk pribadi para sahabat
sebagai orang yang benar-benar muslim. Mereka dapat menghafal dengan baik,
ajaran- ajaran rasul karena di samping dorongan keagamaan, mereka juga
mempunyai hafalan yang kuat, ingatan yang teguh serta mempunyai kecerdasan dan
kecepatan dalam memahami sesuatu.
Hadist
diterima para sahabat baik secara langsung maupun tidak langsung dari segala
acara Nabi SAW, sebab majilis Nabi semuanya majilis ilmiah; perilaku,
penuturan, isyarat, dan diamnya menjadi pedoman bagi hidup dan kehidupan umat islam.
Penerima
Hadist secara langsung misalnya sewaktu Nabi SAW memberi ceramah, pengajian,
khutbah, atau penjelasan terhadap pertanyaan sahabat. Adapun yang tidak
langsung seperti mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan utusan baik
dari utusan Nabi ke daerah-daerah atau utusan daerah yang dating kepda Nabi
SAW.
Pada masa Nabi
SAW, kepandaian tulis baca di kalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya
saja terbatas sekali. Kepandaian tulis baca tersebut, misalnya yang dibawa ke
Mekah dan daerah Hirah, dibawa antara lain oleh oleh Harb Ibn Umayyah, seorang
yang banyak melawat yang kemudin orang rang Quraisy belajar padanya.
Oleh karena itu
kecakapan tulis baca dikalangan para sahabat masih kurang, maka Nabi menekankan
untuk menghafal Hadist memahami, memelihara, mematerikan/memantapkan dalam
amalan sehari hari, serta mentabligkan kepada orang lain.
Nabi bersabda:
نَضَّرَ ا للَّةً اِمْرَأسَمِعَ مِنِي مَقَالَتِيْ فَحَفِظضحَا
وَوَعَاهَا كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلَغِ اَوْعي مِنْ سَامِعٍ (رواهابوداودو التر
مذى)
“ Mudah mjudahan Allah mengindahkan seseorang yang mendengar
ucapanku lalu dihafalkan, difahami dan disampaikan pada orang, persis sebagai
yang didengarnya, kaena banyak sekali orang yang keoadanya berita disampaikan
lebih paham dari yang mendengar nya sendiri”Riwayat Abu Daud dan Tarmizi.
Dengan demikian, periwayatan Hadist
pada masa Nabi SAW pada umumnya secara mushalafah-musyahadah, menerima secara
lisan, menginvetarisir,dan memelihara dalam hafalan dan amalan, serta
menyampaikan nys secara lisan pula.
Para sahabat tidak
sederajat atau berlebih berkurang dalam menerima dan mengetahui Hadist dari
Nabi SAW karena adanya factor tempat tinggal, pekerjaan, usia, dan hal-hal
lainnya. Ada sahabat yang banyak mengetahui Hadist karena lama berjumpa dan
berdialog dengan Nabi SAW da nada yang sedikit menerima Hadist.
Para sahabat yang
banyak menerima Hadist dari Nabi SAW antara lain:
1.
Yang mula-mula masuk islam, seperti
Abu Bakar,’Umar,’Utsman,’Ali,’dan Abdullah Ibn ‘Amr Ibn ‘Ash.
2.
Yang jelas menyertai Nabi SAW dan
berusaha keras mengahafalnya, sepeti: Abu Hurairah; yang mencatatnya seperti’ Abdullah
Ibn ‘Amr Ibn ‘Ash.
3.
Yang lama hidupnya sesudah Nabi SAW,
dapat menerima Hadst dari sesame sahabat seperti Anas Ibn Malik,’Abdullah Ibn
Abbas.
4.
Yang erat hubungan dengan Nabi SAW,
yaitu Ummah Al-Mu’minin,seperti:Aisyah, Ummu Salamah.
Masa
nabi adalah masa diturunkan nya Al-Quran dari Allah SWT dan masa diwurudkan nya
Hadist oleh Nabi SAW.
Perhatian
Nabi SAW bagi pemeliharaan kedua dasar dan sumber Syari’at sedemikian, hingga
terjadi aktivitas dan sikap yang parallel antar pemeliharaan keduanya.
Untuk
Al-Quran Nabi SAW menyuruh para sahabat menghafal dan menulisnya, serta secara
resmi mengangkat penulis wahyu yang bertugas mencatat setiap ayat Al-Quran yang
turun atas petunjuk langsung dari Nabi SAW, sehingga sepeninggal Nabi SAW
seluruh ayat Al-Quran suah tercatat walau belum terkumpul dalam suatu Mushaf.
Terhadap
Hadist, Nabi memerintahkan untuk dihafal dan ditabligkan dengan tidak boleh
sama sekali mengubahnya,tapi tidak menyelenggarakan penulisan secara resmi
seperti penulisan Al-Quran.
Sebab
penulisan Hadist diselenggarakan secara resmi adalah:
1.
Agar tidak adanya kesamaran terhadap
Al-Quran dan menjaga agar Hadist tidak bercampur antara catatan Al-Quran dengan
Hadis. Karenanya Al-Quran dihafal dan ditulis sedangkan Hadist dihafal saja.
2.
Pencatatan Al-Quran yang dating nya
berangsur angsur memerlukan perhatian dan pengerahan tenaga penulis yang
kontinyu,sedang sahabat yang pandai menulis angat terbatas, maka tenaga yang
dikhususkan untuk menulis Al-Quran.
3.
Menyelenggarakan pemeliharaan Hadist
dengan hafalan tanpa tulisan secara keseluruhan beberati memelihara hafalan
dikalangan umat islam atau bangsa Arab yang sudah terkenal kuat daya
hafalannya.
4.
Penulisan Hadist dengan segala
ucapan, amalan, muamalah, dan sebagainya merupakan hal yang slit sekali secara
teknis, dibutuhkan adanya penulis yang harus terus menerus menyertai Nabi SAW
dalam segala hal.
Penulisan
secara perorangan pada masa Nabi dilakukan oleh para sahabat,bahkan diantaranya
ada yang berusaha membuat koleksi, antara lain;
1.
‘Abdullah ibn’AAmr
ibn’Ash,shahifahnya disebut Al-Shadiqah.
2.
‘Ali ibn Abi Thalib penulis Hadist
tentang hukum diyat hukum keluarga dan lain lainnya.
3.
Anas ibn Malik.
Perlu diterangkan bahwa Nabi
SAW dalam menyelenggarakan dakwah dan
pembinaan umat sering mengirimkan surat-surat seruan dan pemberitahuan.antara
lain surat beliau kepada pejabat-pejabat di daerah dan surat-surat beliau
tentang seruan dakwah islamiyah kepada raja-raja dan kabilah-kabilah baik di
timur , utara, dan barat. Surat-surat tersebut merupaka Koleksi Hadist juga.
Hal demikian membuktikan dilakukan
nya penulisan Hadist di kalangan sahabat pada masa Nabi SAW. Memang kita tahu
bahwa ada Hadist Nabi SAW yang menyatakan bahwa dilarangnya penulisan sesuatu
selain Al-Quran (Hadist), yakni Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id
al-Khudri:
لاَ تَكْتُبُوْاعَنِّي غَيْرَالْقُرْآَ نِ وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي
غَيْرَالْقُرْآَ نِ فَلْيَمْحَهُ (رواه مسلم)
“jangan kamu tulis sesuatu dariku, dan barang siapa yang telah
menulis dariku selain al-Quran maka hendaklah dihapuskannya.” Riwayat Muslim
Berdasarkan Hadist
ini beberapa sahabat berpendapat bahwa penulisan Hadist tidak diperbolehkan.
Namun kebanyakan para sahabat dan tabi’in membolehkan menulis dengan berpegang
pada Hadist-hadist.
اَكْتُبُوْالأِبِ ىشَاةَ(رواه البخارى)
"tulislah oleh mu untuk Abu Syah” Riwayat
al-Bukhori
Sabda Nabi yang
diucapkan ketika Abu Syah diucapkan
ketika Abu Syah (Umar ibn Sa’ad al-Anmari) meminta dituliskan pidato (Hadist)
Nabi SAW disuatu peristiwa pembunuhan seorang Bani Laits oleh golongan Khuza’ah
di tahun futuh Makkah.
اُكْتُبْ عَنِّي فَوَ الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَاخَرَجَ مِنْ فَمِي
إِلاَّ حَقُ (رواهابوداودعنابن عمر)
“tulislah demi Tuhan yang diriku ada dalam lindungan-Nya, tidak
lah segala ucapan keluar dari mulutku , kecuali haqadanya.”Riwayat Abu Dawud
dan ibn Umar
Demikianlah yang saya sampaikan tentang Makalah Perkembangan Hadits pada Masa Rasululloh SAW semoga bermanfaat.
Demikianlah yang saya sampaikan tentang Makalah Perkembangan Hadits pada Masa Rasululloh SAW semoga bermanfaat.