Makalah I'jazul Quran (Kemukjizatan Al Quran)
Makalah I'jazul Quran - sahabat sejuta warna kali ini saya postingkan materi ulumul quran mengenai ijazul quran atau kemukjizatan al quran silahkan simak dibawah ini.
I’JAZUL AL-QUR’AN
2.1 Pengertian I’jazul Al-Qur’an
Al-Mujizat
adalah bentuk kata mu’annats (female) dari kata mudzakkar (male) al-Mujizat.
Al-Mujizat adalah ismi fa’il ( nama atau sebutan untuk pelaku) dari kata kerja
(fi’l) a’jaza. Kata ini terambil dari akar kata ajaza-yu’jizu-ajzan wa u’juzan
wa ma’jizan wa ma’jizatan/ ma’jazatan, yang secara harfiah antara lain berarti
lemah,tidak mampu, tidak berdaya, tidaksanggup,tidak dapat ( tidak bisa), dan
tidak kuasa. Al-ajzu adalah lawan dari kata al-qudrat yang berarti sanggup,mampu,kuasa.
Jadi al-ajzu berarti tidak mampu atau tidak berdaya.
Maka dari itu,
istilah mu’jiz atau mu’jizat lazim diartikan dengan al-ajib, maksudnya sesuatu
yang ajaib ( menakjubkan atau mengherankan) karena orang lain atau pihak lain
tidak ada yang sanggup menandingi atau menyamai sesuatu itu. Sering pula
diartikan dengan amrun khariqun lil’aadah yaitu sesuatu yang menyalahi tradisi[1].
2.2 Sejarah Perkembangan Ilmu I'jaz
Al-Quran
Dalam sebuah data sejarah disebutkan bahwa
munculnya ilmu i'jaz Al-quran ini dilatarbelakangi pertama kali dengan adanya
tulisa-tulisan mu'tazilah yang menyebutkan bahwa kefashahatan Al-quran bukan
mukjizat. Disana tampillah seorang ulama yang dipandang pertama kali
membicarakan ilmu i'jaz Al-quran, sastrawan besar Imam Al jahizh (w.255 H),
ditulis dalam karya besarnya Nuzhum Al-Quran, sebagai disyaratkannya pula dalam
kitab Al-Hayawan. Langkah Al-Jahizh ini diikuti oleh Muhammad bin Zaid Al
Wasithiy (w.306 H); menulis I'jaz Al-qur'an yang banyak mengutip
pendapat-pendapat Al-Jahizh. Beliau disusul oleh Abu 'Isa al-Rumaniy (w.382 H);
menyusun kitab Al-I' jaz yang banyak mengupas aspek-aspek kemukjizatan
Al-Quran. Beliau disusul pula oleh Al-Qadhi Abu Bakr al-Baqillaniy (w.403 H);
menulis kitab I'jaz Al-quran yang isinya, di samping mengupas kemukjizatan
Al-quran juga membahas kebalaghahan Al-quran. Karena kehebatannya dalam
menulis, terutama kekhasannya dalam menyusun bahasa dengan gaya bahasa yang
indah, kitab al-Baqillaniy kian populer dan banyak dirujuk orang. Selanjutnya,
ia disusul oleh tokoh-tokoh berikutnya, seperti Abd al-Qahir al-Jurjaniy (w.471
H) yang menulis Dail al-I'jaz dan Asrar al-Balagahah, Imam al-Khathabiy (w.388
H) yang menulis kitab al-Bayan fi I'jaz Al-quran dan lain-lain.
Di era modern muncul pula para pujangga yang
concern dalam bidang ini, yaitu Musthafa Shadiq al-Rafi'iy yang menulis ilmu
ini dalam kitab Tarikh al-Adab al-A'rabiy dan Sayyid menulis al-I'jaz al-Adadiy
li Al-Quran al-Karim[2].
2.3 Unsur-unsur yang
terdapat pada Mukjizat Al-Qur’an
Unsur-unsur yang
terdapat pada mukjizat Al-Qur’an yaitu:
1. Hal
atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa-peristiwa
alam,misalnya yan terlihat sehari-hari,walaupun menakjubkan,tidak dinamai
mukjizat,karena merupakan sesuatu yang biasa.Yang dimaksud dengan “luar biasa’” adalah sesuatu yang berada di
luar jangkauan sebab dan akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara
umum.Dengan demikian,hipnotisme atau sihir,misalnya,walaupun sekilas dalam
pengertian “luar biasa” dalam definisi di atas.
2. Terjadi
atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku nabi
Tidak mustahil terjadi
hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapa pun.Namun,apabila bukan dari seorang
yan mengaku nabi,tidak dinamai mukjizat. Sesuatu yang luar biasa tampak
pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi nabi pun tidak dinamai mukjizat,
tetapi irhash.Keluarbiasaan yang terjadi pada seseorang yang taat
dan dicintai Allah pun tidak dapat disebut mukjizat , tetapi karamah
atau kekeramatan,yang bahkan tidak mustahil terjadi pada seseorang yan durhaka
kepada-Nya.Kekeramatan yang terakhir ini dinamai ihanah(penghinaan) atau
istidraj(“rangsangan” untuk lebih durhaka lagi).
Bertitik tolak dari
keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW.adalah nabi terakhir,tidak mungkin
lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya,walaupun ini bukan berarti
keluarbiasaan tidak dapat terjadi dewasa ini.
3. Mengandung
tantangan terhadap yang meragukan kenabian
Tentu saja,tantangan
ini harus berbarenan dengan pengakuannya sebagai nabi,bukan sebelum atau
sesudahnya .Di sisi lain,tantangan tersebut harus pula merupakan sesutau yang sejalan
dengan ucapan sang nabi.Kalau misalnya ia berkata “Batu ini dapat
berbicara,”tetapi ketika batu itu berbicara,dikatakannya bahwa “Sang penantang
berbohong” maka keluarbiasaan ini bukanlah suatu mukjizat,tetapi ihanah
ataau istidraj.
4.
Tantangan tersebut
tidak mampu atau gagal dilayani
Bila yang ditantang berhasil
melakukan hal serupa,ini berrati bahwa pengakuan sang penantanag tidak
terbukti.Perlu digarisibawahi bahwa kandungan tantangan hraus benara-benar
diipahami oleh yang diitantang. Bahkan untuk lebih membuktikan kegagalan
mereka,biasanya aspek kemukjizatan tiap-tiap nabi berupa hal-hal yang
sesuai dengan bidang keahlian umatnya.
2.4 Kemukjizatan dan Posisi Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang
diberikan Allah Swt Kepada Nabi Muhammad Saw. Kepastian Al-Qur’an dalam
mengalahkan manusia dari (kemungkinan) menghadirkan yang menyamai (serupa)
Al-Qur’an , seperti di tantang Al-Qur’an, merupakan bukti nyata dari
kemukjizatan al qur’an.
Perlu
diperhatikan bahwa pelemahan (ta;jiz) yang dimaksud dalam definisi mukjizat
diatas bukan terletak pada dzat (benda) Al-Qur’annya itu sendiri, melainkan
yang dikehendaki adalah eksistensi I’jaz
yang secara factual nyata, yang pada intinya menampakan bahwa Al-Qur’an adalah
kebenaran; dan rasul yang menyampaikan nya (Muhammad Saw). Adalah benar-benar
rasul allah begitu pula dengan mukjizat-mukjizat allah lainnya yang diberikan
para nabi terdahulu. Bukanlah yang dimaksud dengan mukjiat-mukjizat mereka itu ta’jizuk khalqi lidzatit-ta’jiz
(melemahkan makhluk karena memilki daya mengalahkan itu sendiri), akan tetapi
yang dimaksudkan ialah fakta empirisnya yang mampu melemahkan manusia dan
menjadi petunjuknya, yang menyatakan bahwa mereka (para nabi) itu adalah
orang-orang yang benar dalam menyampaikan segala sesuatu yang mereka terima
dari Allah[3].
Al-Qur’an
tidak hanya teruji selama belasan abad yang lalu, akan tetapi juga terjaga
orisinalitasnya hingga kini dan nanti. Kelulusan (keselamatan) Al-Qur’an dari
pengujian dan perlawanan itu dapat dipahami dari tantangan terbuka Al-Qur’an
yang dari dulu hingga sekarang masih tetap berlaku.
Al-Qur’an
ditelusuri dari seluruh aspeknya, dalam pengertian tidak ada tradisi
bacaan/penulisan dan pembukuan yang menyamai Al-Qur’an, adapun aspek- aspek
kemukjizatan Al-Qur’an yaitu :
1.
Segi kebahasaan dan tata bahasa
atau uslubnya;
2.
Teknik penyusunannya;
3.
Ilmu dan pengetahuan yang
terkandung di dalam nya;
4.
Elastisitas penyesuainnyadengan
berbagai kebutuhan manusia;
5.
Kedudukan Al-Qur’an pada
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
6.
Kiat Al-Qur’an tentang dalam hal penyesusain ketetapan rangkaian
kata dan kalimatnya;
7.
Kebenaran berita-berita gaib yang
ada di dalamnya;
8.
Ayat-ayat tentang teguran dan
celaan
9.
Penurunan berbagai konfirmasi yang
telah lama dinanti-nanti;
10.
Ketidaktelibatan Rasulullah Saw
dengan pembuatan Al-Qur’an[4].
Secara garis besar, mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok,
yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat
imaterial, logis, yang dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi
terdahulu merupakan jenis pertama. Mukjizat pertama bersifat material dan
indrawi dalam artian keluarbiasaan tersebut dapat disakasikan atau dijangkau
langsung melalui indra oleh masyarakat tempat nabbi tersebut
menyampaikanrisalahnya.
Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu
bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat; tidak
terbakarnya Nabi Ibrahim a.s. dalam kobaran api yang sangatb besar; tongkat
Nabi Musa a.s. yang beralih wujud menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh
Nabi Isa a.s. atas seizin Allah, dan lain-lain, kesemuanya bersifat material
indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi berada, dan berakhir dengan
wafatnya tiap-tiap nabi. Ini berbedad dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW. yang
sifatnya bukan indrawi atau material, tetapi dapat dipahami akal. Karena
sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu.
Mukjizat Al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya di
mana pun kapan pun.
Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok:
1.
Para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. ditugaskan
untuk masyarakat dan masa tertentu. Oleh karena itu, mukjizat hanya berlaku
untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda
dengan Nabi Muhammad yang diutus untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman,
sehingga bukti kebenaran ajarannya selalu ada, di mana dan kapan pun berada.
Jika demikian halnya, tentu mukjizat tersebut tidak mungkin bersifat material,
karena kematerialan membatasi ruang dan waktunya.
2.
Manusia mengalami perkembangan dalam
pemikirannya. Umat para nabi- khususnya sebelum Nabi Muhammad- membutuhkan
bukti kebenaran yang harus sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti
tersebut harus demikian jelas dan langsung terjangkau oleh indra mereka. Akan
tetapi, setelah manusia mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, bukti yang
bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad ketika
diminta bukti-bukti yang sifatnya demikian oleh mereka yang tidak percaya,
beliau diperintahkan oleh Allah untuk menjawab:
قُلْ
سُبْحَانَ رَبِّيْ هَلْ كُنْتُ اِلَّاببِشَرًارَسُوْلًا(الا سراء : ٩٣)
Artinya : “Katakanlah,
`Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
(Q.S. Al-Isra [17] : 93).[5]
Memahami
rahasia posisi Al-Qur’an, yaitu :
1.
Al-Qur’an sebagai undang undang
paling utama dalam kehidupan.
2.
Al-Qur’an sebuah kitab yang universal.
3.
Al-Qur’an sebuah kitab yang abadi[6].
Demikianlah yang saya bagikan mengenai kemukjizatan al quran semoga bermanfaat.