Makalah Islam Agama Keadilan dan Universal
Table of Contents
“ISLAM AGAMA KEADILAN
DAN UNIVERSAL”
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Islam Agama Keadilan dan Universal
Islam merupakan agama
terakhir diantara agama-agama besar yang ada di dunia. Selain itu Islam
merupakan agama yang melingkupi segala-galanya dan mencakup sekalian agama yang
sebelumnya. Menurut Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Metodologi
Pengajaran Agama Islam, posisi Islam terhadap agama-agama yang datang
sebelumnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Dilihat dari ciri khas agama Islam yang
paling menonjol, yaitu bahwa Islam menuruh para pemeluknya agar beriman dan
mempercayai bahwa sekalian agama besar di dunia yang datang sebelumnya
diturnkan dan diwahyukan oleh Allah. Hal ini tercaantum dalam al- Qur’an Surat
Al- Baqarah ayat 4, 136, dan 285, yang menyuruh umat Islam mengakui agama-
agama yang diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun iman. Dari ayat-
ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa posisi Islam diantara agama-agama
lainnya dari sudut pandang keyakinan adalah agama yang meyakini dan mempercayai
adanya agama-agama lain yang dibawa oleh para Rasul sebelumnya.
2.
Posisi Islam diantara agama-agama besar
di dunia dapat pula dilihat dari ciri khas agama Islam yang membernya kedudukan
istimewa diantara sekalian agama. Sebagaimana bentuk kesadaran yang lain,
kesadaran dalam beragamapun berangsur- angsur mengalami kemajuan. Demikian pula
wahyu tentang kebenaran agung yang diturunkan dari langit juga mengalami
kemajuan, dan ini mencapai titik kesempurnaan dalam Islam.
3.
Posisi Islam diantara agama-agama besar
di dunia dapat diliha dari peran yang dimainkannya. Dalam hubungan ini Islam
memliki tugas besar, yaitu (a) mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk
persadaraan diantara sekalian agama di dunia; (b) menghimpun segala kebenaran
yang termuat di dalam agama sebelumnya; (c) memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke
dalam agamanya itu; (d) mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya tak pernah
diajarkan, terhubung keadaan bangsa atau umat pada waku itu masih dalam tahap
permulaan dari tingkat perkembangan mereka dan yang terakhir ialah memenuhi
segala kebutuhan moral dan rohani bgi umat manusia yang selalu bergerak maju.
4.
Posisi Islam diantara agama-agama besar
di dunia dapat diliha dari pembaruan di dalamnya. Dengan datangnya Islam agama
memperoleh sesuatu yang baru. Dalam Islam agama harus diperlakukan sebagai ilmu
yang didasarkan pada penaglaman universal umat manusia.
5.
Posisi Islam diantara agama-agama besar
di dunia dapat dilihat dari sifat yang dimilki ajaran Islam, yaitu akomodatif
dan ersuasif. Islam berupaya mengkomodir ajaran agama-agama masa lalu. Secara
peruasif Islam melihat adanya hal-hal yang tidak disetejui dan harus
dihilangkan , proses itu dilakukan dengan cra persuasi agar tidak menimbulkan
permusuhan.
6.
Posisi Islam diantara agama-agama besar
di dunia dapat dilihat dari ajaran moral atau akhlak yang mulia yang ada di
dalamnya.
2.2 Islam Dalam Wacana Agama-Agama
Dalam
studi keagamaan sering dibedakan antara kata
religion dengan kata religiosity.
Kata yang pertama,religion,yang biasa dialih bahasakan menjadi “agama”,pada
mulanya lebih berkonotasi sebagai kata kerja,yang mencerminkan sikap
keberagamaan atau kesalehan hidup bersadarkan nilai-nilai kehidupan. Sedangkan religiositas lebih mengarah pada
kualitas penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai
keagamaan dan yang diyakininya.
Kebenaran
dapat diperoleh dari dua sisi, yaitu kebenaran filosofis dan kebenaran
sosiologis. Secara filosofis, kebenaran yang sebenernya adalah satu, tunggal
dan tidak majemuk, yakni sesuai dengan realitas. Tetapi, pencapaian kebenaran
pada setiap orang berbeda. Dalam konteks agama, semua agama—yahudi, kristen,
islam, budha, hindu, termasuk aliran kepercayaan—ingin mencapai realitas
tertinggi ( the ultimate reallity ).
Sisi
kedua adalah sisi sosiologis. Ditinjau dari sisi siologis, proses pencapaian
dan penerjemahan realitas tertinngi membuat claim tentang kebenaran menjadi
berbeda. Islam mengatakan bahwa agamanyalah paling benar; begitu juga, kristen,
yauhi, hindu,budha, dan aliran kepercayaan mengatakan demikian.
Dalam
al-quran ‘terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas tertinggi yang
menunjukan bahwa ia, secara filosofis, tidak menirima kebenaran selainnya.
Namun disisi lain (sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima
kehadiran keyakinan lain (lakun dinukum wa liy al-din). Atas dasar dua
kebenaran tersebut, sebaiknya realitas tertinggi dijadikan ugeran atau patokan.
Jika realitas tertinggi pada hakikatnya adalah satu, maka secara otomatis
prinsip-prinsip filosofis yang digunakan semua agama adalah satu.
Tantangan
yang dihadapi setiap agama sekarang ini sekurang-kurangnya ada tiga. Pertama,
dalam menghadapi persoalan kontemporen yang ditandai disorientasi nilai dan
degradasi moraliats, agama ditantang untuk tampil sebagai suara moral yang
otentik. Keuda, agama harus menghapi kecenderungan pluralisme, mengolahnya
dalam kerangka ’’ teologi’’ baru dan mewujudkannya dalam aksi-aksi kerjasama
plural. Ketiga, agama tampil sebagai pelopor perlawanan terhadap segala bentuk
penindasan dan ketidakadilan.
Ketiga
tantangan diatas menjadi lebih sulit dijawab karna beberapa faktor. Pertama,
kemelut dalam masing-masing tubuh agama seringkali muncul kepermukaan. Sikap
agresif yang berlebihan terhadap pemeluk agama lain sering merupakan ungkapan
yang tidak disadari akibat ketegangan dalam tubuh agama itu sendiri. Kedua,
paham tentang kemutlakan tuhan juga memudahkan orang untuk mengindentikkan
kemutlakan itu dengan kemutlakan agamanya. Ketiga, keyakinan bahwa segala
tindakan seperti diatas akan dibalas tuhan dengan pahala, menyebabkan kekerasan
terhadap pemeluk agama lain justru dianggap sebagai bagian dari keutamaan moral
– suatu ironi yang bukan saja kontradiktif, melainkan juga berbahay, baik bagi
pemeluk agama lain maupun agamanya sendiri, sebab agama yang terus menerus
tampil bertentangan dengan nurani kemanusiaan akan kehilangan kredibilitasnya.
Keempat, dengan naik daunnya posisi agama dalam konstelasi peradaban kini,
agamapun menjadi rawan ditunggangi kepentingan politik, ekonomi dan kultur
kelompok-kelompok tertentu ataupun pribadi.
Disatu
sisi agama diharapkan menjadi problem solver terhadap situasi yang di akibatkan
oleh modernitas (teknik), sedangkan disisi lain, konflik antar agama bahkan
intra agama belum berhasil diselesaikan. Oleh karna itu kita perlu mempelajari
tipologi keberagaman.
Tipologi
sikap keberagaman: eksklusivisme, inklusivisme, pluralisme, eklektivisme, dan
universalisme. Kelima tipologi ini, masing-masing tidak terlepas atau terputus
dari yang lain, dan tidak pula bersifat permanen; tetapi lebih dekat dikatakan
sebagai sebuah kecenderungan.
Universalisme
beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama. Hanya karna
faktor historis-antropologis, agama kemudian tampil dalam format plural.
2.3 Signifikasi Studi Islam Yang
Universal
Dari
segi kebudayaan agama merupakan universal kultural. Salah satu prinsip teori
fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap
dengan sendirinya. Secara umum studi islam menjadi penting karena agama
termasuk islam memerankan sejumlah peran dan fungsi dimasyarakat. Seperti hal
nya di Indonesia,situasi keberagamaan cenderung menampilkan kondusi
keberagamaan yang legalistik-komalistik. Agama harus dimanifestasikan dalam
bentuk formal,sehingga muncul formalisme keagamaan yang lebih mementingkan
bentuk daripada isi. Formalisme gejala keagamaan cenderung individualistik
daripada kesalehan sosial mengakibatkan munculnya sikap kontra produktif
seperti nepotisme, kolusi, dan korupsi (Atang, 2011:8).
Kesalahan kita sebagai umat Islam di Indonesia,
adalah mengabaikan agama sebagai sistem etika dan moral yang relevan sebagai
kehidupan manusia sebagai makhluk yang bermartabat dan berakal budi. Oleh
karena itu, signifikansi studi Islam di Indonesia adalah mengubah pemahaman dan
penghayatan keislaman masyarakat muslim Indonesia secara khusus, dan masyarakat
beragama pada umumnya. Adapun perubahan yang diharapkan adalah format
formalisme keagamaan Islam diubah menjadi format agama yang substantif. Sikap
enkluvisme, diubah menjadi sikap universalisme yakni agama yang tidak
mengabaikan nilai-nilai spritualitas dan kemanusiaan karena pada dasarnya agama
diwahyukan.
2.4 Macam- Macam Karakteristik Ajaran
Islam
Karakteristik ajaran Islam adalah
sifat, watak, dan keadaan yang melekat pada pada ajaran Islam tersebut yang
sekaligus dapat dikenai dan dirasakan manfaat dan dampaknya oleh mereka yang
mengamalkan ajaran Islam tersebut. Menurut Nata (2011:114), macam-macam
karakteristik ajaran Islam adalah :
1.
Komprehensif ( Al-Syumuliah)
Hal
ini dapat dilihat dari segi kedudukannya atau perbandingannya dengan
agama-agama samawi lainnya. Yakni ajaran Islam adalah ajaran agama yang
terakhir yang melingkupi ajaran samawi yang lain. Diibaratkan jika Islam adalah
suatu bangunan maka ajaran samawi lainnya diibaratkan sebagai lantainya,
dindingnya, gentingnya, dan lain-lain. Iintinya ajaran Islam bersifat
komprehensif yaitu ajaran Islam bersifat menyeluruh yang mencakup segala bidang
dalam kehidupan manusia, serta menyempurnakan dan melengkapi ajaran gam- agama
samawi sebelumnya. Hal ini termuat dalam Q.S al-Maidah ayat 3.
دِينًا الْإِسْلَامَ لَكُمُ وَرَضِيتُ نِعْمَتِي
عَلَيْكُمْ وَأَتْمَمْتُ دِينَكُمْ لَكُمْ
أَكْمَلْتُ الْيَوْمَ
Artinya:
Pada
hari itu telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan
kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagi agama bagi kamu. (Q.S.
al-Maidah (5):3).
2.
Kritis
Karakter ajaran Ilam yang kritis
dapat dilihat dari segi kedudukan ajaran Islam yang memiliki ciri lebih tinggi
dibandingkan dengan ajaran-ajaran samawi yang diturunkan sebelumnya. Dengan
berpegang pada ajaran Islam ini, maka dapat diketahui berbagai kekeliruan yang
pernah dibuat sebagian penganut agama-agama terdahulu sebelum Islam.
3.
Humanis
Karakter tersebut dapat dilihat
dari upaya Islam dalam melindungi HAM ( Hak Asasi Manusia). Hal ini sejalan
dengan Visi dan tujuan Islam yaitu, bahwa ajaran Islam memiliki ciri tidak
hanya menyejahterakan kehidupan dunia
atau akhirat saja, tetapi menyejahterakan dunia dan akhirat, jasmani dan
rohani, individual dan social, lahir dan batin, tidak hanya bersifat local,
nasional, namun bersifat universal atau internasional.
4.
Militansi moderat
Karakteristik militansi moderat
ajaran Islam antara lain dapat dilihat dari segi sumbernya. Yakni ajaran Islam
bukan hanya berpedoman pada Al–Qur’an dan Al – Sunnah (nomatif), melainkan
berpedoman pada para ulama dan umara (ulu al-amri),peningglana sejarah,
adat istiadat dan tradisi yang relevan, intuisi, serta berbagai temuan teori
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Khusus mengenai sumber Al – Qur’an, Al –
Qur’an ini memiliki ciri sebagai berikut:
1.
Ada ayat yang mengandung ajaran yang
bersifat pasti (qath’i al – adala) yang tidak membutuhkan interpretasi
atau pemikiran manusia, yakni ajaran yang berkaitan dengan akidah, ibadah, dan
hal yang berkaitan dengan akhlak. Yang berkaitan dengan akhlak misalnya hal
yang berkaitan dengan rukun iman, rukun islam, dan hal yang berkaitan dengan
akhlak seperti dilarang menyekutukan Tuhan dan larangan durhaka kepada orang
tua. Jumlah ayat Al – Qur’an yang berkaitan dengan hukum qath’i hanya
sedikit sekitar 30 saja.
2.
Al – Qur’an hanya memberikan isyarat –
isyarat, prinsip atau garis besarnya saja, sedangkan dari segi penafsiran dan
penjelasannya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Ayat Al – Qur’an
yang seperti itu berkenaan dengan sistem ekonomi, politik dan ketatanegaraan,
kemasyarakatan, pengembangan IPTEK, kebudayaan, peradaban dan sebagainya.
Dengan sifatnya yang demikian itu,
maka ajaran islam akan dapat menyesuaikan diri dan merespon sebagai
perkembanagn dalam masyarakat dengan tetap tidak melanggar atau tidak
bertentangan dengan ajaran yang bersifat qath’i dan dengan sifatnya itu islam
akan sesuai dengan perkembangan zaman.
5.
Dinamis
Islam adalah agama samawi yang
diturunkan terakhir. Islam menjadi pedoman hidup umat manusia hingga akhir
zaman. Karena kemajuan zaman saat ini, maka islam juga harus mengikuti dinamika
saat ini. Diantara cara untuk menampung dianmika ini islam menyediakan peulang
atau space para ulam untuk
melakukan reinterpretasi dan feformulasi terhadap ajaran islam tersebut, yakni
dengaj menyediakan ayat – ayat Al – Qur’an yang bersifat interpretable (dzani
al – adalah) yaitu ayat yang bersifat mutasyabihat.
6.
Toleran
Ajaran Islam yang toleran dapt
dilihat dari sifatnya yang menyatakan bahwa agama yang paling benar disisi
Allah alah islam. Namun pada kenyataan lain Islam menghormati eksistensi agama
lain, dan sekaligus memberikan kesempatan pada agama ini untuk berkembang,
dianut oleh umat manusia, bersikap toleran tidak menyalahkan atau mengolok –
olok, serta agar hidup berdampingn dengan agama lain.
7.
Kosmopolit
Karakteristik kosmopolit dalam Islam
dapat dilihat pada islam yang menjadikan seluruh umat manusia yang memiliki
keragaman budaya, bahasa, tanah air, dan lainnya sebagar sasarannya. Islam
bukan hanya untuk suatu tugas atau kelompok tertentu, melainkan untuk semua
umat manusia.
Dengan karakternya yang kosmopolit
ini maka Islam dapat mepersatukan dan mempersaudarakan seluruh umat manusia di
dunia dengan dasar yang sangat kukuh, yakni iman dan takwa kepada Allah SWT.
Karakteristikislam yang kosmopolit ini telah di praktikan islam dalam sejarah,
yakni ketika umat Islam sedang berkuasa di Baghdad, Mesir dan lain – lian.
8.
Responsif
Karakteristik Islam yang responsif
dapat dilihat dari awal kedatangan islam pertama kali yang sudah terlibat
dengan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
9.
Progresif dan inovatif
Sebagai akibat dari peran dan
fungsinya dalam menjawab berbagai masalh yang beraneka ragam dan selalu
mengalami perkembengan baik dari segi jenis, bentuk, sifat maupun volumenya,
maka ajarana islam harus senantiasa memperbarui dirinya diwaktu ke waktu supaya
dengan pemikiran baru dan konseptaul dengan berbagai kehidupansupaya islam bisa
akan ketinggalan zaman.
Sifat islam yang progresif telah
terwujud dikalangan umat islam di zaman klasik yakni dengan melahirkan karya –
karya inovasi dan orisinal dalam bidang ilmupengeteahuan, kebudayaan dan
peradaban. Berbagai hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia ini dihasilkan
atas dorongan ajaran islam yang berisfat progresif dan inovatif, situasi dan
kondisi masyarakat yang aman dan stabil, serta adanya berbagai kebuthan hidup
yang bersifat pragmatis.
10.
Rasioanal
Ajaran islam sebgaimana terdapat
dalam Al –Qur’an dan Hadits selain memuat perintah juga larangan. Seluruh
perintah Allah seperti sholat, puasa, zakat dan naik haji sejalan dengan akal
pikiran kebutuhan manusia yang bersifat spiritual dan moral. Dengan menjalankan
semua perintah ini selai manusia akan mendapatkan ketengana jiwa, juga
kehidupan yang llurus dan berakhlak mulia sebagai suatu syarat guna mewujudkan
keadaan masyarakat yang rukun, damai, tertib, harmonis, tolong menolong, dan
sebagainya. Demikian pula dengan adanya larangan dari Allah swt, larangan nya
bila dikerjakan akan menjadikan suatu kerugian bagi orang yang melakukannya.
Dengan demikian ajaran islam dalam bentuk perintah dan larangan ini sejalan
dengan akal manusia.
Selain itu, ajaran Al – Qur’an juga
sebagoian besar bersifat global dan isyarat – isyarat yang bersifatb umu yang
apabila ingin dilaksanakan maka membutuhkan pemikiran atau ijtihad manusia
untuk menjabarkan dan merinci dan menentukan cara – caranya.
11.
Keadilan
Dapat diartikan sebagai sebuah
perlakuan seseorang atas orang lain yang didasarkan atas perasaan memberikan
kesempatan yang sama, seimbang, proporsional, sesuai dengan peran, tugas dan
tanggung jawab. Atau dengan kata lain keadilan adalah menempatkan sesuatu pada
tempatnya.
Prinsip keadilan dalam Islam ini
merupakan perekat, pemersatu, dan penyeimbang antara berbagai tindakan dan
perbuatan yang dilakukan manusia,yang memungkinkan setiap orang akan dapat
menerimanya dengan rasa puas. Islam agama yang mengedepankan keadilan,
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya baik dalam kehidupan manusia sesame
agama maupun dengan yang berbeda agama. Karena demikian pentingnya berlaku
adil, maka Islam merupakan agama pembawa keadilan yang sesungguhnya.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai islam agama keadilan dan universal semoga bermanfaat.