Makalah Perkembangan Tauhid pada Masa Khulafaurrasyidin
sahabat sejuta warna kali ini saya postingkan materi tauhid tentang sejarah pertumbuhan tauhid pada masa khulafaur rasyidin silahkan disimak dibawah ini.
PERTUMBUHAN
TAUHID PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
Masa
Abu Bakar Ash- Shiddiq (11-13 H/632-634 M)
Abu
Bakar Ash- Shiddiq merupakan Khalifah pertama setelah peninggalan NabiMuhammad
Saw.yang dilantik oleh seluruh komunitas Islam. Ia berjuang mengkolodasikan
kekuatan Islam di Arabia. Ia berasal dari kalangan bangsawan Mekkah yang kaya
raya. Ia juga merupakan orang kedua yang masuk Islam setelah siti Khodijah. Ia
juga yang menemani Nabi dalam perjalanan hijrah dari Mekkah menuju Madinah. Abu
Bakar bergelar Ash- Shiddiq atau “orang yang penuh kepercayaan” karena selalu
setia menemani Nabi Muhammad Saw.dan ketakwaan serta keimanan yang tidak pernah
berkurang sedikitpun. Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.
Masa
pemerintahan beliau sangat singkat namun sangat berarti. Masa pemerintahan beliau
yaitu dari tahun 632-634 M.Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang
pemberontakan. Beliau berperan melawan Riddah (Kemurtadan), ketika beberapa
suku mencoba melepaskan diri dari umat dan menegaskan lagi kemerdekaan mereka.
Pemberontakan yang terjadi benar-benar murni Politis dan Ekonomis. Kemudian orang
yang mengaku sebagai Nabi dan orang-orang yang enggan membayar pajak. Abu Bakar
memusatkan perhatian untuk memerangi para pemberontak yang dapat mengacaukan
keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah imannya.
Dikirimlah pasukan ke Yamamah, dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang
gugur, terdiri dari para sahabat Rasulullah dan hafidz Alquran. Karena itu Umar
ibn Khattab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat Alquran.
Realisasinya diutusnya Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan
Alquran.
Korelasi antara masa
pemerintahan Abu Bakar dengan pendidikan tauhid untuk masa sekarang adalah
dilihat dari segi pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan
yaitu:
1) Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa
satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
2) Pendidikan akhlak,
seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul dalam
masyarakat, dan lain sebagainya.
3) Pendidikan ibadah
seperti pelaksanaan shalat, puasa dan haji.
4) Kesehatan seperti
tentang kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan didikan untuk memperkuat
jasmani dan rohani.
Masa pemerintahan Abu
Bakar tidak lama, tapi beliau telah berhasil memberikan dasar-dasar kekuatan
bagi perjuangan perluasan dakwah. Hal yang paling penting yang dapat dipetik
dari kisah masa Abu Bakar adalah keimanan apalagi menghadapi orang-orang yang
riddah, dalam hal ini Alquran menjelaskan bahwa yang memberikan Hidayah adalah
Allah QS. 28: 56, Rasul uswatun hasanah QS. 33 : 21, adalah merupakan
pendidikan akhlak, selanjutnya QS. 31 : 13-17 berisi tentang nasehat Luqman
kepada anaknya untuk : bertauhid, berbuat baik kepada orang tua, melaksanakan
shalat, amar ma’ruf nahi munkar, bersabar terhadap apa yang menimpa.
2.1
Masa Khalifah Umar Ibnu Khattab (13-23
H/634-644 M)
Khalifah kedua dalam
Islam juga orang kedua dari kalangan khulafaurRasyidin (khalifah yang lurus).
Ia merupakan satu diantara tokoh-tokoh
besar dalam sejarah Islam. Ia terkenal dengan tekad dan kehendaknya yang sangat
kuat, cekatan, dan karakternya yang
berterus terang, Sebelum menjadi khalifah dikenal sebagai pribadi yang keras
dan tidak mengenal kompromi dan bahkan kejam. Di bawah pemerintahannya imperium
Islam meluas dengan kecepatan yang luar biasa.Dapat dikatakan bahwa orang yang
terbesar pengaruhnya setelah Nabi dalam membentuk pemerintahan Islam dan
menegaskan coraknya adalah Umar ibnu Khattab.
Meluasnya wilayah
Islam, mengakibatkan meluas pula kebutuhan peri kehidupan dalam segala bidang.
Seperti keteraturan dalam bidang pemerintahan dan segala perlengkapannya,
memerlukan pemikiran yang serius. Untuk memenuhi kebutuhan itu diperlukan
tenaga manusia yang memerlukan keterampilan dan keahlian memadai, bagi
kelancaran roda pemerintahan itu sendiri. Hal ini berarti peranan pendidikan
harus menampilkan dirinya.Wilayah Islam pada masa Umar meliputi Irak, Persia,
Syam, Mesir, dan Barqah. Ia melakukan ekspansi besar-besaran, sehingga.
Umar dikenal sebagai
sahabat Nabi, ijtihad Umar di kalangan ahli fiqih, misalnya, mengusulkan penyelenggaraan salat
tarawih berjamaah, penambahan kalimat as-salâtu khairun minan-naum (salat lebih
baik dari pada tidur) dalamazan subuh, ide tentang perlunya pengumpulan
ayat-ayat Alquran, dan penentuan kalender Hijrah .Dalam hal pendidikan Umar
membangun tempattempat pendidikan (sekolah), juga menggaji guru-guru, imam,
muazzin dari dana baitul mal.
Panglima dan gubernur yang diangkat Umar adalah para
sahabat Rasul yang telah memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas, mereka juga
adalah ulama. Seperti Abu Musa Al-Asy’ari gubernur Basrah adalah seorang ahli
fiqh, ahli hadits dan ahli Qur’an. Ibnu Mas’ud
dikirim oleh Umar sebagai guru, ia adalah seorang ahli dalam tafsir dan
fiqh, juga ia meriwayatkan hadits. Muaz bin Jabal, ‘Ubadah, dan Abu Darda’
dikirim ke Damsyik untuk mengajarkan ilmu agama dan Alquran. Muaz bin Jabal
mengajar di Palestina, Ubadah di Hims dan Abu Darda di Damsyik, Amru Ibnu
Al-Ash seorang panglima dari khalifah Umar berhasil mengalahkan Mesir. Ia
adalah seorang yang memiliki keahlian dalam hadis, terkenal sebagai pencatat
hadis Nabi. Sedang di Madinah gudangnya ulama, seperti Umar sendiri seorang
ahli hukum dan pemerintahan, memiliki keberanian dan kecakapan dalam melakukan
ijtihad. Abdullah bin Umar adalah pengumpul hadis. Ibnu Abbas ahli tafsir
Alquran dan ilmu faraid, Ibnu Mas’ud
ahli Alquran dan hadis. Ali ahli hukum juga tafsir.
Berkaitan dengan
masalah pendidikan, khalifah Umar ibnu Khatab merupakan seorang pendidik yang melakukan
penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di
masjid-masjid dan pasar pasar, serta mengangkat guru-guru untuk tiap-tiap
daerah yang ditaklukkan.Mereka bertugas mengajarkan isi Alquran, fiqih, dan
ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Dari pokok-pokok di
atas dapat kita simpulkan bahwa, mata pelajaran agama Islam pada masa khalifah
Umar lebih maju dan lebih luas, serta lebih lengkap. Karena masa Umar bin
Khattab negara dalam keadaan stabil dan aman, menjadikan masjid sebagai pusat
pendidikan, telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan di setiap kota. Ini
berarti betapa pentingnya ilmu sesuai dengan Alquran : perintah ‘membaca’ QS.96
Al-‘Alaq : 1-3; tidak sama yang berilmu dengan yang tidak berilmu QS. 58
Az-Zumar : 9; Allah meninggikan
yang beriman dan berilmu QS. 58
Al-Mujadalah : 11; HR. Tirmidzi no. 2570 ‘barang siapa menuntut ilmu maka Allah
akan mempermudah masuk ke surga’; dan betapa pentingnya ‘ikhlas’ sebagai
motivasi dalam segala perbuatan termasuk yang ‘belajar’ dan ‘mengajar’, HR. Bukhari no.1 (hadits ini diterima Umar
bin Khattab secara langsung dari Rasulullah SAW.).Dalam hal ini terjadi proses
interaksi langsung antara Umar (murid) dan Rasul (pendidik) yaitu ‘proses
belajar mmengajar’
Di akhir hayatnya ia
berkata, “kematian akan sangat buruk bagiku, seandainya aku tidak menjadi
seorang muslim”. Umar meninggal pada 23 H/644 M terbunuh oleh Abu Lu’luah
Firoz, seorang budak Persia, menikamnya ketika Umar sedang shalat subuh di
Masjid. Pada akhir hayatnya menunjuk majlis syura’ (lembaga permusyawaratan)
untuk menyelenggarakan pemilihan khalifah baru.
2.2
Masa Usman Ibnu Affan (23-35 H/644-656 M).
Khalifah ketiga periode
khulafaur rasyidin, ia dipilih sebagai khalifah oleh sebuah dewan pemilihan yang disebut syura. Sahabat yang sangat
berjasa pada periode-periode awal pengembang Islam, baik pada saat Islam
dikembangkan secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Ia dijuluki Zu
al-Nurain (memiliki dua cahaya) karena
ia menikahi dua putri Nabi Muhammad SAW. bernama Ruqayyah dan Ummu Kulsum.
Selanjutnya Wa hijratain (turut hijrah dua kali ke Habsyi dan Yasrib
(Madinah).
Azyumardi Azra,
mengatakan setidaknya sampai abad ke-15
Mekah dan Medinah hanya sebagai ‘pusat ibadah dan keagamaan’, khususnya ibadah
haji, tidak menjadi pusat keilmuan. Hal ini karena pusat-pusat keilmuan Islam
justru tumbuh di tempat lain, seperti Baghdad, Kordova, dan Kairo. Pada
akhirnya, pertumbuhan dan intelektualisme Islam sangat berkait dengan dukungan
dari penguasa dan kekuasaan politik. Begitupun tidak bisa diberikan oleh para
penguasa Mekah dan Madinah, karena mereka, yang biasa dikenal dengan ‘syarif”
(asyraf) justru tergantung pada kekuasaan politik lain. Hal ini terlihat jelas
pada masa-masa Mekah dan Madinah dalam kekuasaan Dinasti Usman.Karena pada masa
ini lebih banyak konflik kepentingan diantara penguasa. Pemerintahan Usman ibnu
Affan berlangsung dalam dua periode, periode 6 tahun pertama ditandai oleh
keberhasilan dan kejayaan, periode 6 tahun kedua ditandai oleh perpecahan
tergambar dalam pergolakan dan pemberontakan dalam negeri.
Khalifah Usman meminta
mengumpulkan naskah Alquran yang disimpan Hafsah binti Umar, naskah ini
merupakan kumpulan tulisan Alquran yang berserakan pada masa pemerintahan Abu
Bakar. Khalifah Usman kemudian membentuk suatu badan atau panitia pembukuan
Alquran, yang anggotanya terdiri dari: Zaid bin Sabit sebagai ketua panitia dan
Abdullah bin Zubair serta Abdurrahman bin Haris sebagai anggota. Tugas yang
harus dilaksanakan adalah mengumpulkan lembaran-lembaran lepas dengan cara
menyalin ulang ayat-ayat Alquran ke dalam sebuah buku yang disebut mushaf.
Usman menginstruksikan
agar penyalinan berpedoman kepada bacaan mereka yang menghafal Alquran,
seandainya terjadi perbedaan dalam pembacaan, maka yang ditulis adalah yang
berdialek Quraisy (Arab). Salinan Alquran dengan nama al-Mushaf, oleh panitia
diperbanyak menjadi lima buah. Sebuah
tetap berada di Madinah, dan empat lainnya dikirimkan ke Mekah, Suriah,
Basrah, dan Kufah. Naskah salinan yang tetap di Madinah disebut Mushaf al-Imâm.
Pada saat ini umat
Islam sudah tersebar luas, mereka memerlukan pemahaman Alquran yang mudah
dimegerti dan mudah dijangkau oleh alam pikirannya. Peranan hadis atau
sunnahRasul sangat penting untuk membantu dan menjelaskan Alquran. Lambat laun
timbullah bermacam-macam cabang ilmu hadis.Tempat belajar masih di kuttab, di
masjid atau rumah-rumah. Pada masa ini tidak hanya Alquran yang dipelajari
tetapi Ilmu Hadis dipelajari langsung dari para sahabat Rasul.
Pada masa Usman ini
dalam politik pemerintahannya banyak sekali kepentingan pribadi dari
orang-orang terdekatnya (nepotisme), maka dalam hal ini penulis mengungkapkan
salah satu politik yang digariskan Allah dalam QS. 3: 159, Nabi Muhammad lemah
lembut (rahmat Allah), memaafkan, memohonkan ampun, dan bermusyawarah, dan
apabila sudah membulatkan tekad ‘azam’ maka bertawakal kepada Allah karena
‘Allah mencintai orang yang bertawakal’. Pada masa ini berhasil dibukukannnya
Alquran ini membuktikan QS. 15 Al-Hijr : 9 “Sesungguhnya Kamilah yang
menurunkan Alquran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”
2.3
Masa Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib (35-40 H/656-661 M )
Khalifah
keempat khulafaur rasyidin juga
sepupu dan sekaligus menantuNabi Muhammad SAW. adalah Ali ibnu Abi Thalib.
Keturunan Bani Hasyim ini lahir di Mekah tahun 603 M. Dari kalangan remaja, ia
adalah yang pertama masuk Islam. Nabi mengasuh Ali sejak usia 6 tahun dan
pernah menyebutnya “saudaraku” dan “ahli warisku”. Ali banyak mengetahui
tentang kehidupan Nabi, termasuk ilmu agama. Ali pernah menyelamatkan nyawa
nabi ketika diminta tidur di tempat tidur Nabi untuk mengecoh kaum Quraisy. Ia
selalu mendampingi Nabi SAW. hingga wafatnya dan mengurus pemakamannya.
Bagi
golongan syiah, kedudukan Ali sangat
istimewa. Dia merupakan cikal bakal dokrin syiah
yang mendasar. Ali juga imam pertama mereka. Ucapan dan pidato Ali dihimpun
dalam sebuah buku yang berjudul Nahj al-Balāgah(teknik berpidato). Buku ini
lama digunakan sebagai panduan pelajaran bahasa Arab, khususnya tata bahasa.
Dalam dokrin syiah, Ali dan para imam
yang berasal dari keturunan sendiri merupakan manusia-manusia yang
keberadaannya sangat luar biasa yang memiliki kemampuan yang aneh. Memiliki
kemampuan spiritual yang absolut, sekaligus otoritas keduniaan. Makam khalifah
Ali di Najraf, Iraq merupakan tempat
berziarah. Inilah cikal bakal syi’ah dimulai dari Ali ibnu Abi Thalib dan
sekarang pengikutnya tersebar di Iran dan Iraq.
Dasar pendidikan Islam yang tadinya
bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh di atas dasar motivasi, ambisius
kekuasaan dan kekuatan. Tetapi
sebagian
besar masih tetap berpegang kepada prinsip-prinsip pokok dan kemurnian yang
diajarkan Rasulullah SAW. Ahmad Syalabi
mengatakan: “Sebetulnya tidak seharipun, keadaan stabil pada pemerintahan Ali.
Tak ubahnya beliau sebagai seorang menambal kain usang, jangankan menjadi baik
malah bertambah sobek. Dapat diduga, bahwa kegiatan pendidikan pada saat itu
mengalami hambatan dengan adanya perang saudara. Ali sendiri saat itu tidak
sempat
memikirkan masalah pendidikan, karena ada yang lebih penting dan
mendesak
untuk memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan ketentramandalam segala
kegiatan kehidupan, yaitu mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak
berhasil.
Pada masa
khalifah yang keempat ini kegiatan pendidikan banyak mengalami hambatan dari
berbagai pihak yang berbeda-beda kepentingan. Maka yang terpenting adalah
kembali memurnikan ketaatan ‘ikhlas’
semata-mata karena menjalankan agama, sesuai dengan QS. 98 Al-Bayyinah : 5.
Semua peristiwa sejarah (termasuk pendidikan Islam) yang terjadi pada masa khulafaur rasyidin ini semoga menjadi
pelajaran ‘ibrah’ khususnya bagi umat
Islam, sesuai QS. 12 : 111 “
Sesungguhnya, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. (Alquran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam:
Lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang ada sebelum kebangkitan madrasah pada masa klasik adalah:
1. Shuffah, pada masa Rasulullah SAW.
suatu tempat untuk aktivitas pendidikan yang menyediakan pemondokan bagi yang
miskin, ada Sembilan shuffah diantanya di samping Masjid Nabawi;
2. Kuttab/Maktab, berarti tempat tulis
menulis;
3. Halaqah, artinya lingkaran,proses
belajar mengajar dimana murid melingkari muridnya, di masjid-masjid
3.atau di
rumah-rumah, mendiskusikan ilmu agama, ilmu pengetahuan , dan
3.filsafat;
4. Majlis, ada 7 macam majlis menurut
Muniruddin Ahmed:
a. Majlis
Al-Hadis;
b. Majlis
al-Tadris;
c. Majlis
al-Munazharah;
d. Majlis
Muzakarah;
e. Majlis
al-Syu’ara;
f. Majlis
al-Adab;
5. Masjid;
6. Khan, asrama murid-murid yang
dari luar kota untuk belajar Islam di suatu masjid;
7. Ribath, tempat kegiatan kaum sufi
yang dipimpin oleh Syaikh;
8.
Rumah-rumah
Ulama;
9.
Toko-toko
Buku dan Perpustakaan;
10. Rumah Sakit;
11. Badiah(Padang Pasir, Dusun Tempat
Tinggal Badwi).
Di zaman
khulafaur rasyidin, sahabat-sahabat
Nabi SAW. terus melanjutkan
peranannya
yang selama ini mereka pegang, tetapi zaman ini muncul kelompok tabi’in yang berguru kepada
lulusan-lulusan pertama. Diantaranya yang paling terkenal di Madinah adalah: Rabi’ah al-Raayi yang membuka pertemuan
ilmiah di Masjid Nabawi.
1. Al-Kuttab, didirikan pada masa Abu Bakar dan Umar yaitu sesudah
penaklukan-penaklukan dan sesudah mereka mempunyai hubungan
dengan bangsa-bangsa yang
telah maju. Utamanya mengajarkan Alquran
kepada anak-anak, selanjutnya
mengajarkan membaca, menulis dan
agama.Khuda Bakhsh: pendidikan di al-kuttab
berkembang tanpa
campur tangan pemerintah,
dalam mengajar menganut sistem demokrasi.
2. Mesjid dan Jami’. Mesjid mulai
berfungsi sebagai sekolah sejak
pemerintahan
khalifah kedua, Umar, yang mengangkat “penutur”, qashsh, untuk masjid di kota-kota, umpamanya Kufah, Basrah, dan
Yastrib guna membacakan Alquran dan Hadits (Sunnah Nabi). Mesjid lembaga ilmu
pengetahuan tertua dalam Islam. Mesjid terkenal tempat belajar adalah:
a. Jami’
Umaar bi ‘Ash (mulai tahun 36 H). Pelajaran agama dan budi pekerti. Imam
syafi’i datang ke Mesjid ini (182 H) untuk mengajar, sdh 8 halaqat (lingkaran)
yang penuh dengan para pelajar.
b. Jami’
Ahmad bin Thulun(didirikan 256 H). Pelajaran Fiqh, Hadis, Alquran dan Ilmu
kedokteran
c. Masjid
Al-Azharada di Universitas Al-Azhar
3. Duwarul Hikmah dan Duwarul Ilmi, muncul
pada masa Abbasiyah
(masa
bangkitnya intelektual), lahir pada masa Al-Rasyid.
4.
Madrasah, muncul
pada akhir abad ke IV H. Yang dikembangkan oleh
golongan-golongan Syi’ah (pengikut Ali) dengan tujuan mengendalikan
pemerintahan, gerakan ilmu pengetahuan dan
sejalan dengan pendapat-pendapat golongan mistik yang extreme. Di Mesir
didirikan sesudah hilangnya Fathimiyah.
5. Al-Khawanik, Azzawaya dan Arrabath, di
rumah-rumah orang sufi abad ke XIII M.
6. Al-Bimarista, sejenis rumah sakit pada
masa Al-Walid bin Abdul Malik tahun 88 H. memberikan pelajaran kedokteran.
7.
Halaqatud Dars dan Al-Ijtima’at Al-‘Ilmiyah, pada masa Ibnu Arabi pada abad
ke dua H.
8.
Duwarul Kutub, perpustakaan-perpustaan besar. Misalnya: Perpustakan
yang didirikan di samping madrasah al-Fadhiyah (buku 100.000 buku).
Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai perkembangan tauhid pada masa sahabat semoga bermanfaat.