Makalah Rasm Al Quran
Table of Contents
Rasm
Al-Qur’an
2.1 Pengertian
Rasm
Al-Qur’an terdiri dari dua kata rasm dan Al-Qur’an. Rasm berasal dari kata
rasama-yarsamu yang artinya menggambar atau
melukis. Istilah rasm dalam ulumul Quran diartikan sebagai pola penulisan
yang digunakan oleh Usman Bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis
dan membukukan Al-Qur’an. Menurut
kamaluddin Marzuki dalam Siti Chodijah ( 2013:45 ) ilmu Rasmul Al-Qur’an yaitu
ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan
cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf
yang digunakannya.
Rasm
dapat dibagi kedalam 3 macam :
1.
Rasm
Imla, yaitu pola goresan atau penulisan yang digunakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan bahasa.
2.
Rasm
‘Arudli, yaitu pola goresan atau penulisan yang digunakan untuk menulis syair
dan semisalnya yang umumnya sesuai dengan bunyi yang diucapkan.
3.
Rasm
Al-Qur’an, yaitu pola goresan atau penulisan yang digunakan untuk menuliskan
ayat-ayat Al-Qur’an.
Dalam istilah
al-Shibaghi (1990:125), istilah lain yang digunakan untuk rasm Al-Qur’an adalah
al-Imla’i al-Utsmani, tetapi pola penulisan Al-Qur’an lebih dikenal dengan rasm
Utsmani.
2.1.Perdebatan
Ulama Tentang Rasm Utsmani
Pada
masa khalifah Utsman bin ‘Affan umat islam telah tersebar ke berbagai penjuru
dunia sehingga pemeluk agama islam bukan hanya orang-orang arab saja. Kemudian,
seorang sahabat bernama Khuzaifah mengajukan kepada khalifah Utsman bin ‘Affan
untuk menulis mushaf yang dapat diterima oleh semua pihak (seluruh umat
muslim). Maka dibentuklah tim khusus untuk menulis mushaf al-Qur’an sebagai
yang diharapkan. Tim itu diketuai oleh Zaid bin Tsabit dan para anggotanya,
Abdullah bin Zubair, Abdul Rohman bin Harits bin Hisyam dan Asy’at. Mereka
menulis al-Qur’an dengan berpedoman pada mushaf yang terdapat pada Khafsoh serta
hafalan para sahabat.
Dalam
bukunya al-Shibaghi (1990:132-136) perbedaan tersebut dapat dibagi dalam tiga
pendapat.
1.
Pendapat
pertama. Rasm Al-Qur’an bersifat tauqifi dam wajib diikuti oleh siapa saja yang
menulis Al-Quran, semisal yang dikemukakan oleh Ahmad ibn Hanbal. Pendapat ini
merujuk kepada QS. Yunus : 64, Allah SWT berfirman,
“ ... Tidak ada perubahan bagi kalimat – kalimat
Allah. Yang demikian itu adalalah kemenangan yang besar.”
2.
Pendapat
kedua. Rasm Al-Qur’an tidak bersifat tauqifi tetapi merupakan kesepakatan cara
penulisan yang disetujui utsman, disepakati para sahabat, dan diterima ummat,
tetapi wajib diikuti dan ditaati oleh siapa saja yang menulis Al-Qur’an,
semisal yang dikemukakan abu bakar al-baqilani. Pendapat ini beralasan:
a.
Ijma
sahabat. Diperkirakan bahwa penulisan ini disepakati sekitar 12 ribu sahabat (
Syarsyal, tt : 224 )
b.
Menyalahi
penulisan rasm Al-Qur’an berakibat pada hilangnya sejumlah qira’at mutawatir.
3.
Pendapat
ketiga. Rasm Al-qur’an tidak bersifat tauqifi dan tidak ada halangan untuk
menyalahinya tatkala suatu generasi sepakat untuk menggunakan cara tertentu
yang berlainan dengan rasm Al-Qur’an ( utsmani ), semisal yang dikemukakan
al-‘izz ibn abd-salam.
2.2.
Kaidah-kaidah Rasm al-Qur’an
Sebaiamna
dikemukakan diatas, bahwa ras, terbagi kedalam tiga macam, maka masing-masing
rasm memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya adapun untuk rasm
al-Qur’an beberapa perbedaan dapat
ditelusuri melalui rasm al-Qur’an, dalam bukunya al-shuyuti (2008 : 744-752), kaidah-kaidah tersebut
dibagi kedalam tujuh kaidah sebagai berikut :
1.
Adanya
penambahan huruf
Adanya penambahan huruf dibagi kedalam tiga macam
yaitu : alif, wau, dan ya. Contohnya penambahan alif terdapat
pada firman Allah Q.S. Al-Baqarah : 259 :
“...maka Allah mamtikan orang itu seratus tahun,
kemudian menghidupkannya kembali...”
Penambahan wau
terdapat pada Firman Allah Q.S. Al-Baqarah : 16
“mereka itulah olah membeli kesestan dengan
petunjuk...”
Penambahan ya terdapat pada firman Allah Q.S. Al-
Dzariat : 47
“Dan langit itu kami bangun dengan tangan
(kekuasaan) kami”
2.
Adanya
pengurangan atau peniadaaan huruf
Adanya pengurangn huruf dibagi mejadi empat bagian
yaitu ; alif, waw, ya dan lam. Contoh pengurangan atau peniadaan alif terdapat
pada fiman Allah Q.S. Al-Fatihah : 1
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi
maha penyayang.”
Pengurangan atau peniadaan waw terdapat pada firman
Allah Q.s. At-Taubah : 19
“...mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim.”
Pengurangan atau peniadaan ya terdapat pada firman
Allah Q.S. Al-Baqarah : 173
“barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas maka tidak ada
dosa baginya.”
Pengurangan atau peniadaan lam terdapat pada firman
Allah Q.S. Al-Baqarah : 17
“ Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang
menyalakan api...”
3.
Adanya
penggantian huruf
Adanya penggatian huruf dibagi menjadi 4, yaitu :
a.
penggatian
Alif dengan Wau pada firman Allah Q.S. Al-Baqarah : 43
“Dan dirikanlah, tunaikanlah dan ruku’ lah beserta
dengan orang-orang yang ruku’.”
b.
Penggantian
Alif dengan Ya. Seperti dalam firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Baqarah : 28
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu
tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu...”
c.
Penggantian Nun taukiddengan Alif. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S. Al-‘Alaq : 15
“Ketahuilah,sungguh jika ia tidak berhenti (berbuat
demikian) niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya...”
d.
Penggantian
Ta Marbuthah dengan Ta Ta’nits. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S. Ali Imran :
35
“(Ingatlah), ketika istri Imran berkata : Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat...”
4.
Adanya
penggabungan kata. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Qiyamah : 3,
“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan
mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?”
5.
Adanya
pemisahan kata. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S. Luqman : 30,
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah
yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah
yang batil...”
6.
Penulisan
hamzah. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Nahl : 43,
“...Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”
7.
Penulisan
kata yang bisa dibaca dengan dua bacaan. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S.
Al-Baqarah : 9
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman...”
2.3.Kehebatan
Rasm Al-Qur’an
Istilah
Rasm Utsmani lahir bersama dengan
lahirnya mushaf Utsman. Mushaf yang ditulis oleh “panitia empat” yang terdiri
dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Alsh dan Abd al-Rahman
bin al-Harits. Cara-cara penulisan yang ditetapkan ke berbagai pelosok dunia
islam. Bahkan al-Qur’an yang diterbitkan secara resmi oleh Republik Islam Iran
yang bermadzhab Syi’ah pun menggunakan mushaf ini. Popularitas mushaf Utsmani
sampai pada tingkat melahirkan suatu keyakinan bahwa tata cara menulis mushaf
ini sebagai tauqifiy yang bukan
produk budaya manusia, melainkan sesuatu yang ditetapkan berdasarkan wahyu
Allah yang Nabi pun tak punya otoritas untuk menyayangkannya.
2.4.Peranan
Rasm Al-Qur’an dalam Memahami Al-Qur’an
Menulis al-Qur’an
dengan mengikuti kaidah rasm al-Qur’an (Utsmani) berperan penting dalam memahami
al-Qur’an. Karena rasm al-Qur’an dimungkinkan melahirkan berbagai pemahaman
tertentu, yang didasarkan pada dua alasan :
1.
Penulisan
kata yang tidak seperti biasanya, umumnya terjadi pada kata-kata khusus yang
mendiskusikan sesuatu yang khusus pula.dan ini bisa dimungkinkan penambahan
huruf bisa berarti penambahan makna dan penekanannya, pengurangan huruf bisa
berarti penyusutan makna dan penenkanannya, dan demikian juga dengan
penggantian huruf, penggabungan dan pemisahan kata, penulisan hamzah, dan penulisan kata yang bisa
dibaca dengna dua bacaan.
2.
Penulisan
kata yang tidak seperti biasanya, yang berarti keharusan ,mengikuti rasm karena
dalam penulisan tersebut terdapat rahasia qira’at yang berbeda yang tertampung
dalam satu kotak.
Sebagian ulama membedakan
kata bismillah dengan billah. Adanya kata ism dalam bismillah
adalah pembeda, bahwa yang dimaksud adalah keinginan untuk menambahkan berkah
dari Allah SWT. Sedangkan kata billah
menjadikan kata tersebut bisa dipahami dua : sebagai sumpah dan bisa juga
sebagai keinginan untuk mendapatkan berkah. (al-Shabuni dalam Heri Khoeruddin
(2016:107)).
Demikianlah yang saya bagikan mengenai rasm quran semoga bermanfaat.