Makalah Tauhid Rububiyah
Table of Contents
TAUHID
RUBUBIYYAH
21.Pengertian Tauhid
Di dalam bahasa
arab, tauhid adalah mashdar dari kata وَحَّدَ – يُوَحِّدُ – تَوْحِيْدًا yang
berarti mengesakan. Adapun menurut istilah, tauhid adalah “meyakini akan
ke-esa-an Allah -subhanahu wa ta’ala- dalam rububiyah (penciptaan,
pemeliharaan, pemilikan), uluhiyyah (ikhlas beribadah kepadaNya) dan dalam
Al-Asmaa wash-shifaat (nama-nama dan sifat)-Nya“. Dan tauhid apabila
dimutlakkan, maka maknanya adalah memurnikan seluruh peribadatan hanya untuk
Allah ta’ala.
Seorang muslim wajib mengimani akan
keesaaan Allah ta’ala dan bahwasannya tidak ada tuhan yang berhak disembah
melainkan Allah ta’ala, adapun kalimat Tauhid itu sendiri maka yang dimaksud
ialah La ilaha illah yang berarti tidak ada yang berhak disembah selain Allah,
di dalam al-Quran Allah ta’ala berfirman :
“Dan tuhan kamu
adalah tuhan yang Maha Esa, tidak ada tuhan selai Dia, yang Maha pengasih, Maha
penyayang”. (QS. Al-Baqarah: 163)
Dari pengertian
Tauhid menurut istilah yang telah kita ketahui bersama, maka kita telah
mengetahui bahwa Tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Tauhid Rububiyyah
2. Tauhid Uluhiyyah
3. Tauhid Asma’ wa Shifat
2.2
Pengertian Tauhid Rububiyyah
Rububiyah Allah
adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya,
dan pengaturan-Nya. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Allah Pencipta sesuatu dan Dia Maha
Pemelihara atas segala sesuatu ” (Az-Zumar: 62)
Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki
bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya. Dan bahwasanya Dia adalah
Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia
yang memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi
siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan.
Allah yang
merencanakan penciptaan, kekuasaan, pengaturan suatu kejadian atau penciptaan
sebut saja proses seekor nyamuk dari sebelum ada, akan menjadi ada, setelah ada
Allah mengatur kehidupan, habitat nyamuk apa yang akan dimakannya, kemana ia
akan terbang berapa jumlah jatah makanan detik ini, dengan nyamuk mana ia akan
kawin, Allah yang memberi tahukan atau memberi petunjuk ke mana ia akan mencari
makanan, bagaimana bentuk, rupa warna, bau makanannya dan berapa jumlah makanan
yang akan di dapatnya Allah yang memaklumkan yang memberitahukan, mengajar,
mendidik nyamuk tersebut, dan menentukan berapa telur yang akan dihasilkannya,
mengatur keturunannya seterusnya-seterusnya. Allah Subhannahu wa Ta’ala
berfirman:
“Dan tidak satu pun makhluk bergerak
(bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui
tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuz)” (Hud: 6)
Allah Maha
Pencipta segala sesuatu, Mencipta segala sesuatu menjadi nyata, segala sesuatu
menjadi berbeda, segala sesuatu menjadi berupa-rupa, segala sesuatu menjadi
nyata warna-warninya, terang, gelap, kabur, samar-samar dan sampai tak terlihat
sama sekali, karena Allah menciptakan sesuatu menjadi nyata, maka Allah itu
secara hakikat sebenarnya atau sesungguhnya lebih nyata dari segala sesuatu.
2.3
Dalil Tauhid Rububiyyah
Tauhid
Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dilakukan Allah Subhanahu wa
Ta’ala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, serta
bahwasanya Dia adalah Raja, Penguasa, dan Yang mengatur segala sesuatu.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ
اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Ingatlah, menciptakan dan
memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.”
[Al-A’raaf: 54]
Dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ
لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
“…Yang (berbuat) demikian itu
adalah Allah Rabb-mu, milik- Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru
(sembah) selain Allah, tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.”
[Faathir: 13]
Allah
Ta’ala berfirman:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
“Allah yang menciptakan segala
sesuatu.” [Az-Zumar: 62]
Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki
bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya.
Allah
Ta’ala berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا
عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya.” [Huud: 6]
Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa
alam dan Pengatur semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia yang
memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu, Pengatur adanya
siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan.
Allah menyatakan pula tentang
keesaan-Nya dalam Rububiyyah-Nya atas segala alam semesta. Firman Allah Ta’ala:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji bagi Allah Rabb
(Penguasa) semesta alam.” [Al-Faatihah :2]
Allah menciptakan seluruh
makhluk-Nya di atas fitrah pengakuan terhadap Rububiyyah-Nya. Bahkan
orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah pun mengakui keesaan
dan sifat Rububiyyah-Nya.
Sebagaimana
firman Allah Ta’ala:
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ
وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ قُلْ
مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ
“Katakanlah, ‘Siapakah Rabb langit
yang tujuh dan Rabb ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’
Katakanlah , ‘Maka mengapa kamu tidak bertaqwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di
tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi dan tidak
ada yang dapat dilindungi dari-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka menjawab,
‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian) maka dari jalan manakah kamu
ditipu?” [Al-Mu’-minun: 86-89].
2.4Sikap
Jahiliah Dalam Tauhid Rububiyyah
Sikap Jahiliyah
dalam Tauhid Rububiyah,Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir
jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu
melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang
selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu.
2.5 Hukum Mempelajari Tauhid
Rububiyyah
Mempelajari ilmu
tauhid rubbubiyah biasanya didorong oleh keinginan untuk mempelajari lebih
banyak dan lebih dalam pengertian tentang Tuhan dan apa – apa yang diciptakan
Tuhan. Kalau tauhid sudah masuk dan meresap kedalam jiwa seseorang maka didalam
jiwanya akan tumbuh perasaan:
a) Rela atas pemberian Allah atas dirinya
mengenai rizki, kedudukan, dan lain-lain.
Dengan demikian maka hidupnya menjadi tertib sebab dia yakin atas
pengawasan Allah terhadap segala perilakunya.
b. Rasa saling menghargai, sebab orang yang
bertauhid memandang semua manusia sama derajatnya, berasal dari satu keturunan
dan tidak ada yang berhak diperhamba. Semua manusia hanya didikuti amal
kebijakannya disisi Allah SWT, dan bertanggung jawab kepada-Nya.
c. Rasa kasih sayang terhadap sesama manusia.
Orang bertauhid memandang semua manusia saudara, tidak bertindak aniaya
terhadap semua mahluk Tuhan. Ummat bertauhid hidup berdasar peri kemanusiaan
dan persaudaraan, selalu bersikap terbuka, kerja sama, dan bergotong royong.
Jadi jelas, Jika
kita mempelajari secara mendalam arti dari Tauhid Rububiyah dan kemudian tumbuh
dalam jiwa kita, maka akan keluarlah dari benih-benih tauhid itu pohon yang
rindang yang dapat digunakan untuk berlindung diwaktu panas dan hujan, serta
buahnya juga sedap dimakan (Risalah Tauhid, 1963).
2.6Perbedaan Tauhid Rububiyyah dan
Tauhid Uluhiyah
1.Perbedaan akar kata
Kata rububiyah
diambil dari salah satu nama Allah, yaitu Rabb, sedang kata uluhiyah diambil
dari akar kata Ilah.
2.Terkait dengan masalah-masalah kauniyah (alam) seperti:
Dalam Tauhid
Rububiyyah menjelaskan bahwa Allah SWT lah yang menciptakan, memberi rezeki,
menghidupkan, mematikan dan semacamnya. Sedang tauhid uluhiyah terkait dengan
perintah dan larangan, seperti: wajib, haram, makruh dan lain-lain.
3.
Kaum Musyrikin meyakini kebenaran tauhid rububiyah tetapi menolak mengakui
tauhid uluhiyah. Allah SWT dalam firman-Nya surat az-Zumar ayat 3 :
“ Ingatlah, hanya kepunyaan
Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih
padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan
sangat ingkar. (Qs az-Zumar: 3)
4. Substansi tauhid rububiyah bersifat
ilmiah (pengetahuan) sedang substansi
tauhid uluhiyah bersifat amaliah (aplikatif)
5. Tauhid
uluhiyah adalah konsekuensi pengakuan terhadap tauhid rububiyah. Maksudnya,
tauhid uluhiyah itu berada di luar
tauhid rububiyah, tetapi tauhid rububiyah tidak dianggap teraplikasi dengan
benar kecuali bila ditidaklanjuti dengan tauhid uluhiyah. Dan bahwa tauhid
uluhiyah sekaligus mengandung pengakuan atas tauhid rububiyah dalam artian
bahwa tauhid rububiyah merupakan bagian dari tauhid uluhiyah.
6. Tidak
semua yang beriman pada tauhid rububiyah secara otomatis menjadi Muslim, tetapi
semua yang beriman pada tauhid uluhiyah otomatis menjadi Muslim.
7. Tauhid
rububiyah adalah pengesaan Allah SWT dengan perbuatan-perbuatan-Nya sendiri,
seperti mengesakan Dia sebagai Pencipta dan semacamnya. Sedang tauhid uluhiyah
adalah pengesaan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba-Nya, seperti shalat,
puasa, zakat, haji, cinta, benci, rasa harap, rasa takut, rasa cemas dan
semacamnya. Karenanya tauhid uluhiyah
sering pula disebut tauhid iradah dan thalab (kemauan dan permohonan). (Ibrahim
Muhammad, Pengantar Studi Aqidah Islam hal: 152-160).
2.7
Makna Tauhid Rububiyyah
Maknanya, menyakini
bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi
rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang
mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu
yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus
meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini.
Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang
Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia
tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)
Jadi, tauhid rububiyah adalah
bukti wajibnya tauhid uluhiyah. Allah memerintahkan mereka bertauhid uluhiyah,
yaitu menyembahNya dan beribadah kepadaNya. Dia menunjukkan dalil kepada mereka
dengan tauhid rububiyah, yaitu penciptaanNya terhadap manusia dari yang pertama
hingga yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, penurunan
hujan, penumbuhan tumbuh-tumbuhan, pengeluaran buah-buahan yang menjadi rizki
bagi para hamba.
Maka sangat tidak pantas bagi mereka jika
menyekutukan Allah dengan yang lainNya; dari benda-benda atau pun orang-orang
yang mereka sendiri mengetahui bahwa ia tidak bisa berbuat sesuatu pun dari
hal-hal tersebut di atas dan lainnya. Maka jalan fitri untuk menetapkan tauhid
uluhiyah adalah berdasarkan tauhid rububiya.
Demikianlah yang telah saya sampaikan mengenai makalah tauhid rububiyah semoga bermanfaat.