MAKALAH PENTINGNYA DISKUSI, PIDATO, DAN CERAMAH SECARA BAIK DAN BENAR

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Mahasiswa dituntut untuk dapat berdiskusi, pidato, dan ceramah dalam mendukung jalannya studi dengan baik sehinga dapat menyelesaikan perkuliahan dan mengaplikasikannya dalam masyarakat.

Diskusi, pidato, dan ceramah merupakan hal yang tidak asing di kalangan akademisi khususnya dalam ranah universitas, umumnya dalam masyarakat. Metode yang baik dan benar dalam berdiskusi, pidato, dan ceramah sangat diperlukan setiap orang. Maka dari itu, untuk bisa melakukannya secara baik dan benar diperlukan ilmu dan pengetahuan khusus.

           

B.      Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini disajikan dalam diagram berikut ini.

    

INPUT

1. Tugas makalah

2. Buku referensi

OUTPUT

Mahasiswa mampu berdiskusi, pidato, dan ceramah dengan baik dan benar.

PROSES

1. Membaca

2. Makalah

3. Presentasi

 

C.     Tujuan

a.  Mengetahui  definisi, tujuan, dan jenis diskusi, serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam diskusi.

b.  Memahami metode diskusi, pidato dan ceramah secara baik dan benar

c. Dapat mengaplikasikan diskusi, pidato, dan ceramah dalam kehidupan bermasyarakat.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Diskusi

Diskusi berasal dari kata Latin discutere, yang berarti ‘bertukar pikiran’. Akan tetapi, belum tentu setiap kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Diskusi pada dasarnya adalah suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Diskusi menurut Sahara dalam Ahmad (2018: 197), diskusi adalah satu dari proses pemberian jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan yang serius tentang suatu masalah.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa diskusi adalah kegiatan yang dilakukan sekelompok orang yang berbincang dengan seorang narasumber, untuk mendiskusikan topik yang merupakan minat bersama, sehingga tiap anggota dari peserta menyampaikan pendapatnya baik tertulis maupun lisan tentang suatu masalah atau topik. Kemudian pendapat tersebut dibahas bersama dengan anggota lainnya, sehingga diperoleh pendapat bersama.

 

1.       Tujuan Diskusi

Tujuan diskusi menurut Sahara dalam Ahmad (2018 : 198) adalah untuk menyampaikan informasi tentang suatu objek kepada suatu kelompok dan mendiskusikan tanggapan terhadap informasi tersebut sehingga tercapailah keinginan untuk memperkaya, menyempurnakan, atau mengubah pendapat perorangan tentang suatu masalah atau topik menjadi pendapat kelompok yang lebih lengkap dan sempurna.

 

 

Langkah yang dilakukan oleh para pemimpin diskusi ketika diskusi diselenggarakan menurut Ahmad (2018: 198) adalah :

a. Memilih dan menentukan topik atau makalah yang menarik bagi banyak orang.

b. Mendorong anggota kelompok untuk mempelajari secara mendalam topik yang dipilih sebelum pertemuan diselenggarakan.

c. Menyiapkan ruangan, kursi ditempatkan di sekeliling meja sehingga para anggota saling berhadapan.

d. Mengenalkan atau menjelaaskan masalah topik yang akan dibahas serta prosedur yang ditempuh dalam pertemuan ini.

e. Menyarankan mengajukan tujuan diskusi.

f. Menyodorkan outline tentative untuk diskusi kelompok.

g. Menyilakan kelompok atau peserta bereaksi kepada diskusi kelompok.

h. Menyilakan anggota kelompok mengajukan pendapat tentang yang didiskusikan.

i. Menjaga agar diskusi itu  lancar dan tetap sesuai dengan outline, kecuali apabila mayoritas peserta mengajukan kehendak untuk menyimpang dari outline.

j. Mengusahakan agar partisipasi atau keterlibatan anggota diskusi merata dan seimbang.

k. Menahan diri untuk tidak  berpidato.

l. Menyampaikan rangkuman bila diperlukan selama diskusi berlangsung dan juga pada saat penutupannya.

m. Mengususlkan studi lanjut.

 

 

 

 

Langkah yang harus diperhatikan oleh peserta atau kelompok diskusi menurut Ahmad (2018: 199) adalah :

a.   Membantu menemukan topik untuk disajikan.

b.   Mempelajari bahan yang tepat sebelum diskusi dilaksanakan.

c.   Membantu merumuskan tujuan dan prosedur diskusi.

d.   Memikirkan dalam-dalam tentang topic yang akan didiskudikan.

e.   Mendengarkan dengan baik pendapat peserta lain.

f.    Menghubungkan pengertian dari pengalaman sebelumnya.

g.   Mengembangkan pendapat atas orang lain.

h.   Menerima dan menolong anggotalain sebagai individu yang berharga

i.    Menolong anggota lain untuk memahami apa yang sedang dibicarakan.

j.    Memelihara keikutsertaan yang merata/seimbang bagi setiap anggota.

k.   Menyumbangkan informasi atau pendapat yang selaras dan relevan dengan topik.

l.    Mengidentifikasi gagasan baru dan mengintegrasikannya keadalam pikiran.

m. Merangkum hal-hal yang dianggap penting.

n.   Menentukan bagaimana informasi itu dimanfaatkan untuk studi selanjutnya.

 

2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Diskusi

 Hal yang harus diperhatikan dalam diskusi agar berjalan dengan baik, yaitu makalah. Narasumber harus menyiapkan makalah yang dapat dikembangkan karena makalah yang disampaikan merupakan hal yang terpenting. Makalah dapat membawa langkah tindakan kedalam proses diskusi, menarik atau tidaknya dalam pandangan para peserta terhadap diskusi. Tanpa adanya makalah, proses diskusi tidak lebih dari sekedar bicara.

Dalam diskusi, biasanya menghasilkan keputusan-keputusan, walaupun diskusi tidak mewajibkan ada keputrusan yang dijatikan patokan pokok, sehingga tidak diperlukan solusi lain. Akan tetapi, diskusi dapat menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh para peserta diskusi jika ada seorang ahli di bidangnya dalam membimbing jalannya diskusi. Menurut Sahara dalam Ahmad  (2018:  201), dalam mengambil keputusan, antara lain sebagai berikut.

a.     Mempelajari masalah atau topik secara mendalam sebelum pertemuan dilaksanakan.

b.     berusaha untuk bertindak seobjektif mungkin.

c.     Bertemu dengan lara pakar / ahli dibidangnya untuk memperoleh petunjuk atau penjelasan tentang tugasnya.

d.     Mndengarkan dengan baik pernyataan atau pendapat orang lain.

e.     Membahas pendapat, pertimbangan, dan menyususn keputusan serta alasan atau argumentasinya.

f.      Mempublikasikan keputusan beserta alasannya, kepada peserta.

g.     Mengidentifikasi pendapat atau informasi baru serta mengintegrasikannya dalam fikiran.

h.     Menentukan rencana tindak lanjut untuk mendapatkan informasi.

 

3. Jenis diskusi

            Diskusi memiliki beberapa bentuk atau tipe. Bentuk-bentuk tersebut menggambarkan bermacam pola yang berbeda untuk melaksanakan diskusi umum di depan audience . Di bawah adalah beberapa bentuk atau tipe diskusi menurut Sahara dalam Ahmad (2018 : 201-205).

a. Diskusi Panel

          Diskusi ini melibatkan sekelompok kecil peserta yang melakukan pembicaraan secara informal tentang suatu topic tertentu yang sebelumnya telah diselidiki dengan teliti oleh para peserta diskusi. Sebuah panel biasanyadipimpin oleh seorang moderator, dan interaksinya bersifat spontan, tetapi sebelumnya telah direncanakan. Para penelis dapat memotong pembicaraan dan kelompok bebas untuk mengadakan penyimpangan dari topik dan pola yang telah ditetapkan. Namun, karena perencanaan yang sedemikian rupa, hadirin maupun peserta diharapkan tetap akan memperolah suatu pengalaman yang hidup dan bermanfaat.

b. Simposium

Simposium terdiri atas serangkaian presentasi yang disampaikan secara singkat, tetapi formal berkaitan tentang suatu tema dan topik.  Sesudah presentasi formal para anggota symposium diperkenankan menjawab pertanyaan yang diajukan para peserta yangmengadakan suatu panel diskusi di antara mereka sendiri. Masalah yang dibahas dalam simposium mempunyai ruang lingkup yang luas. Sehingga dapat ditinjau dari berbagai sudut aspek ilmu untuk mendapatkan perbandingan. Pada symposium, diadakan sanggahan untuk umum terhadap suatu prasaran dan sanggahan itu disusun secara tertulis.

c. Forum

Forum biasanya menyediakan suatu jangka waktu bagi keikutsertaan hadirin. Hadirin diperkenankan menyampaikan pandangan mereka, saling mengajukan pertanyaan seperti8 halanya dalam panel diskusi umum. Forum sering merupakan bagian dari suatu diskusi atau symposium dan biasanya dipimpin oleh seorang moderator.

d. Komite

Istilah komite biasanya digunakan untuk kelompok diskusi yang telah diberi tugas atau tanggung jawab khusus oleh suatu organisasi yang lebih besar atau pejabat yang berwenang.

e. Konferensi

Konferensi adalah berkumpulnya wakil-wakil dari berbagai organisasi untuk membicarakan masalah-masalah tertentu, Konferensi juga dapat diartikan sebagai pertemuan antara dua individu yang membahas beberapa masalah penting.

 

f. Diskusi Khusus

Diskusi khusus biasanya diadakan untuk tujuan pengajaran, yaitu diskusi suatu kasus yang disampaikan secara tertulis atau lisan. Kasus yang dibahas biasanya mengenai suatu keadaan nyata atau hipotesis yang dalam beberapa hal berhubungan dengan materi yang akan dipelajari kelompok.

g. Kelompok Pembahas

Apabila hadirin dipecah dalam kelompok-kelompok tatap muka yang kecil dan diminta untuk membahas suatu topic, maka kelompok-kelompok kecil ini disebut buzz group. Tiap-tiap kelompok kemudian menunjuk salah satu anggota sebagai juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan-kesimpulan yang dicapai.

h. Dialog

Apabila dua orang diminta untuuk mendiskusikan suatu topik di depan hadirin, interaksinya disebut dialog.

i. Meja-Bundar

Istilah meja bundar diberikan untuk suatu diskusi di antara individu-individu yang diundang berkumpul melingkari suatu meja yang berbentuk bundar untuk membicarakan atau memecahkan massalah selama waktu tertentu. Sementara itu, orang-orang yang bukan peserta duduk di luar lingkaran meja bundar mengamati.

j. Seminar

Seminar terdiri dari sekelompok ahli yang bertumpu menjawab pertanyaan-pertanyaan hadirin atau pers. Para ahli tersebut sebelumnya tidak diberitahukan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, tetapi biasanya mereka menguasai topik-topik yang dibicarakan. Seminar merupakan salah-satu bentuk diskusi ilmiah yang membahas suatu masalah.

          Masalah dalam seminar mempunyai ruang lingkup yang terbatas dan tertentu. Pembahasan masalah tersebut biasanya disampaikan oleh beberapa ahli. Sementara itu, peserta berperan untuk menyampaikan pertanyaan, ulasan dan pembahasan sehingga menghasilkan pemahaman tentang suatu masalah. Seminar pada dasarnya sama dengan diskusi, tetapi seminar lebih bersifat formas, menghadirkan seorang pembicara, serta mendiskusikan masalah yang lebih umum.

          Dalam seminar terdapat pesertaseminar, peserta seminar terdiri dari orang-orang yang berkecimpung dalam masalah tersebut, sehingga dapat memberikan pandangan dan pendapat yang tepat dalam pemecahan masalah. Tujuan utama seminar adalah untuk mencari jalan pemecahan dari suatu masalah. Oleh sebab itu, seminar harus diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan, baik berupa usul, saran, resolusi, maupun rekomendasi. Agar mencapai hasil yang efektif, seminar perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya. Sebagai pedoman, dapat diikuti mekanisme berikut.

1)   Penentuan topik dan tujuan.

2)   Penentuan waktu dan tempat.

3)   Persiapan fasilitas.

Penyelenggaraan seminar sebaiknya diinformasikan kepada masyarakat atau peserta, terutama mengenai hal-hal berikut ini.

1)          Tujuan seminar diselenggarakan.

2)          Tema atau topik yang akan dibahas.

3)          Persyaratan para peserta.

4)          Waktu pendaftaran peserta.

5)          Peserta yang bersedia menjadi narasumber.

Berdasarkan informasi tersebut, para peserta harus mempersiapkan diri untuk mengikuti seminar dalam rangka partisipasi dan menyukseskan seminar tersebut.

4. Pelaksanaan Seminar

            Dalam pelaksanaan seminar, hendaknya dibentuk panitia khusus yang bertugas untuk menyelenggarakan seminar. Panitia seminar terdiri dari tiga tim penyaji. Tim ini bertugas menyampaikan pikiran-pikiran yang dituangkan dalam bentukmakalah kerja. Penyaji atau pembicara biasanya didampingi oleh moderator notulis.

            Peran fingsionaris panitia seminar menurut Ahmad (2018: 206) .

a. Peran Pemimpin Seminar

            Pimpinan seminar mempunyai peran dan tugas sebagai berikut.

1)  Menjelaskan maksud dan tujuan seminar.

2)  Menjamin seminar berlangsung secara teratur dan tertib.

3)  Memberikan stimulasi, anjuran ajakan, agar setiap peserta berperan serta dalam diskusi tersebut.

4)  Menyimpulkan dan merimuskan setiap pembicaraan dan kemudian membuat kesimpulan atas persetujuan dan kesepakatan bersama.

5)  Menyiapkan laporan.

Untuk dapat mel;akukan tugas-tugas tersebut, pemimpin seminar harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1)      Mampu berpikir sepat, jelas, dan logis.

2)      Bersikap tidak kaku (luwes).

3)      Berpandangan objektif.

4)      Tidak boleh berprasangka.

5)      Memiliki kemampuan menganalisis.

6)      Bersikap sabar.

7)      Cerdik dalam menangani masalah yang timbul dari peserta.

8)      Mempunyai rasa humor (sense of humor).

Pemimpin seminar memainkan peran penting dalam proses suatu seminar. Di sinilah akan tampak dengan jelas gaya kepemimpinan seseorang dalam memimpin suatu seminar. Contohnya :

1)      Otoriter: Pemimpin seminar mendominasi seluruh proses diskusi.

2)      Liberal: Pemimpin seminar membiarkan para peserta mengeluarkan pendapat sebebas-bebasnya.

3)      Demokratis: Pemimpin seminar memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada para peserta untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya dalam batas-batas tertentu.

4)      Manipulasi diplomatis: Pemimpin diskusi memaksakan secara halus pendapat-pendapatnya untuk disetujui para peserta.

b. Peran Sekretaris Seminar

Sekretaris seminar mempunyai tugas dan peran sebagai berikut.

a)   Membantu pemimpin seminar.

b)  Mencatat proses atau prosedur seminar.

c)   Mencatat hasil-hasil seminar.

d)  Menyimpulkan dan merumuskan hasil seminar.

c. Peran Peserta Seminar

            Menurut Sahara dalam Ahmad (2018: 208) peserta seminar mempunyai peran dan tugas sebagai berikut.

1)      Menguasai masalah yang diseminarkan.

2)      Menentukan rasa solidaritas dan partisipasi.

3)      Dapat menangkap gagasan utama dan memahami gagasan penunjang pembicaraan seseorang.

4)      Dapat membuat ususl dan sugesti.

5)      Dapat meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin.

6)      Ikut menyimpulkan hasil seminar.

5. Struktur Penyusunan Makalah Seminar

Menurut Ahmad (2018: 208) dalam mengusun sebuah makalah ada beberapa aspek yang harus di perhatikan diantaranya:

a. Pembicara merumuskan pendapatnya berdasarkan pokok masalah atau topik yang diajukan penyelenggara.

b. Pembicara menentukan tujuan pembicaraan yang telah ditentukan apakah meyakunkan, memengaruhi, mengimbau, membuktikan, mendeskripsikan, atau memperluas wawasan.

c. Pembicara mengumpulkan data, fakta, referensi ataupun pandangan para ahli yang mendukung pembuatan makalah tersebut.

d. Mengklarifikasi bahan yang telah dikumpulkan.

e. Menyusun rancangan makalah berdasarkan klarifikasi data, fakta, referensi, dan tujuan yang di sampaikan pembicara.

f. Menguraikan rancangan tersebut memjadi karya tulis yang sistematis dan terperinci.

6. Tujuan Seminar

Seminar bertujuan untuk mengadakan intensifikasi, integrasi, aplikasi pengetahuan, pengertian, dan keterampilan para anggota dalam suatu latihan yang intensif. Seminar juga di manfaatkan dengan sebaik - baiknya untuk produktivitas berpikir secara kelompok dengan bertukar pengalaman dan saling mengoreksi.

 

 

 

 

7. Penyusunan Laporan Hasil Seminar

Laporan hasil seminar terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

a. Hal-hal yang diamati oleh peserta seminar;

b. Hasil pengamatan mereka (secara singkat);

c. Lampiran seperti ringkasan masalah, notulen, tanya jawab, susunan acara, daftar hadir peserta, dan pembagian kelompok.

 

8. Syarat Umum Pembuatan Makalah Seminar

Makalah seminar harus memenuhi beberaoa syarat untuk menjadi sebuah karya ilmiah, yaitu:

a. Faktual

b. Logis

c. Sistematis

d. Metode ilmiah yang benar

e. Menggunakan bahasa baku

f. Objektif

Langkah-langkah penyusunan makalah, yaitu:

a. Menentukan dan menyempitkan tema

b. Merumuskan tujuan

c. Mengumpulkan bahan

d. Menyusun kerangka

e. Mengembangkan kerangka menjadi karangan

Pola kerangka makalah umumnya mencerminkan adanya:

Bab I pendahuluan

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan

D. Metode penulisan yang di pakai

Bab II pembahasan

A. Hakikat masalah

B. Sebab akibat

C. Pemecahan

 

Bab III penutup

A. Simpulan

B. Saran

 

Dalam penyusunan makalah, bahan yang diambil atau di kutip perlu dicantumkan dalam daftar pusaka. Makalah juga biasanya disertai dengan lampiran, seperti foto, data statistik, dan lain-lain.

9. Format Susunan Laporan Hasil Seminar

Format susunan laporan seminar adalah sebagai berikut.

a. Judul seminar

b. Tema seminar

c. Tujuan seminar

d. Topik atau pokok pembahasan

e. (sebutkan juga judul dan nama pembawa makalah)

f. Waktu penyelenggara

g. Penyelenggara

h. Jumlah peserta dan asal lembaga

i Jadwal acara (terlampir)

j. Sumber biaya

k. Hasil kesimpulan dan rekomendasi.

 

 

 

 

B.  PIDATO DAN CERAMAH

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1996) pidato dimaknai pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan pada orang banyak; atau wawancara yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak’.

Dengan kata lain, pidato adalah berbicara di muka umum atau penyampaian gagasan secara lisan di depan khalayak.

Sebagai suatu bentuk penyampaian lisan yang ditujukan kepada khalayak, pidato biasanya memberikan semacam informasi, ide, atau menanamkan suatu pola pemikiran tertentu kapada khalayak. Hal yang perlu Anda ketahui ialah bahwa pada saat Anda akan berpidato, hendaknya Anda menguasai masalah yang akan Anda pidatokan atau bicarakan. Dengan penguasaan  itu, Anda yang akan berpidato dapat meyakinkan khalayak untuk menerima pemikiran , ide, atau pesan yang anda sampaikan. Hal ini menunjukan bahwa ada beberapa tujuan umum yang ingin dicapai suatu pidato, yaitu (cf. Rachmadi, 1996);

1.     Menarik perhatian dan menyenangkan khalayak.

2.     Memberikan informasi atau mendidik khalayak.

3.     Merangsang atau memberi kesan khalayak.

4.     Membujuk atau meyakinkan khalayak.

            Ceramah adalah keterampilan berbicara di depan khalayak mengenai suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya. Ceramah ditujukan untuk mengarahkan audien untuk sungguh-sungguh memahami masalah yang disampaikan.

Pidato dan ceramah merupakan satu sarana komunikasi yang berfungsi menyampaikan suatu informasi secara langsung, tetapi antara pidato dan ceramah memiliki beberapa perbedaan. Pertama, pidato disampaikan untuk suatu tujuan yang penting, sedangkan ceramah disampaikan sebagai pengajaran. Kedua, pidato mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, sedangkan ceramah membicarakan suatu pengetahuan di depan khalayak. Ketiga, pada pidato termasuk dalam kelompok pembicaraan yang hanya menyampaikan pesan tanpa diikuti oleh tanggapan langsung dari pendengarnya, sedangkan pada ceramah pembicara menyampaikan pesan serta mendapatkan tanggapan langsung dari pendengarnya.

Pengertian ceramah hampir sama dengan pengertian pidato, akan tetapi yang menyampaikannya seorang yang ahli dalam agama (pemuka agama) atau orang yang memiliki pengetahuan lebih (pendidik).

Pidato dan ceramah biasanya disampaikan secara lisan. Jadi, untuk pembicara harus menguasai isi pidato atau ceramah. Sementara itu, dalam penyampainnya tatapan pembicara harus menghadap ke arah pendengar. Dalam berpidato dan berceramah, ada tiga metode penyajian yang biasa digunakan. Pertama, membuat naskah secara lengkap sebagai sebuah komposisi tertulis, kemudian naskah tersebut dibacakan pada kesempatan pidato  atau ceramah. Kedua, cukup menuliskan ide atau beberapa catatan penting yang kemudian di kembangkan sendiri pada saat berpidato atau berceramah. Ketiga, menyampaikan pidato atau ceramah secara lisan tanpa mempersiapkan materinya secara tertulis.

Tujuan pidato dan ceramah adalah untuk menambah wawasan serta menambah pengetahuan masyarakat. Selain itu pidato atau ceramah menghimbau kepada pendengarnya agar mengikuti apa saja yang dijelaskan dalam pidato atau ceramah.

Dalam berpidato atau berceramah, ketika pembicara dapat menarik perhatian pendengar, merupakan suatu kesuksesan yang besar. Untuk menarik perhatian pendengar, materi yang disampaikan harus disesuaikan dengan usia para pendengar. Selain itu, penyampaiannya pun harus menarik sehingga pidato dan ceramah tersebut tidak pasif atau membosankan.


 

Ada faktor yang harus diperhatikan dalam berpidato atau ceramah, antara lain sebagai berikut.

1.     Mempunyai tekad dan keyakinan bahwa si pembicara mampu meyakinkan pendengar.

2.     Memiliki pengetahuan yang luas, sehinggga si pembicara dapat menguasai materi dengan baik.

3.     Memiliki pembendaharaan kata yang cukup, sehingga si pembicara mampu mengungkapkan pidato dengan lancar dan meyakinkan.

4.     Melakukan latihan yang intensif, karena akan sangat membantu kelancaran berpidato.

 

1. Metode Penyajian Pidato dan Ceramah

a.     Metode Improptu (Serta-Merta)

Metode impromptu adalah metode penyampaian berdasarkan kebutuhan sesaat. Tidak ada persiapan sama sekali, pembicara secara serta-merta berbicara berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya.

b.     Metode Menghafal (Memorize)

Metode ini merupakan kebalikan dari metode impromptu. Penyampaian pidato dengan metode ini dipersiapkan dan ditulis secara lengkap lebih dahulu, kemudian dihafal kata demi kata.

c.     Metode Naskah

Metode naskah adalah metode pidato yang benar-benar dipersiapkan lebih cermat. Pembicara menyusun naskah terlebih dahulu sebelum berpidato. Metode ini biasanya digunakan untuk acara-acara resmi.

d.     Metode Ekstemporan

Metode ekstemporan adalah metode berpidato dengan cara pembicara menulis pokok-pokok pikiran yang akan disampaikan. Dalam pelaksanaannya, pokok-pokok pikiran diungkapkan dengan kata-kata sendiri tanpa persiapan naskah. Pembicara hanya membawa kerangka acara (outline). Dengan demikian dimungkinkan adanya variasi dan banyak digunakan oleh pembicara (Sahara dalam Ahmad (2008: 216-217).

2.  Sistematika Naskah Pidato

       Dibawah ini, dipaparkan sistematika naskah pidato menurut Ahmad (2018: 217).

a.     Pembukaan, meliputi Salam pembuka Penghormatan kepada yang hadir dan ajakan bersyukur kepada Allah.

b.     Isi atau uraian pidato, menjelaskan inti persoalan yang akan disampaikan.

c.     Pentup, meliputi ucapan terima kasih; permitaan maaf; dan salam penutup.

3. Pendekatan Isi Pidato

Berpidato sebenarnya adalah berkomunikasi dengan pendengar. Agar komunikasi berjalan lancar dan efektif, pembicara harus mengenali pendengarnya. Mengenali pendengar sangat penting dalam pendekatan isi pidato. Agar pesan dapat diterima dengan mudah oleh pendengar, pembicara harus memilih pendekatan isi pidato yang tepat.

a.     Pendekatan Intelektual

Pendekatan ini digunakan jika pendengarnya berpendidikan. Dalam menghadapi orang-orang terpelajar ini, pembicara tidak boleh asal bicara, tetapi harus berbicara mengutamakan penalaran.

b.     Pendekatan Moral

Pendekatan ini digunakan jika pendengar pada umumnya orang-orang yang aktif dalam bidang moral, misalnya dalam lingkungan keagamaan dan kemanusiaan.

c.     Pendekatan Emosional

Pendekatan ini digunakan jika secara umum tingkat pendidikan pendengar umumnya tidak tinggi, sebaiknya pembicara menggunakan pendekatan emosional. Pendekatan ini terbukti sangat cocok untuk memperoleh simpati pendengar yang tidak terpelajar. Caranya pembicara terlebih dahulu mengajak pendengar untuk bersahabat. Setelah suasana persahabatan berhasil diciptakan, barulah pembicara menyampaikan informasi, pendapat, keinginan dan lain-lain.

4. Syarat-syarat Berpidato dan Ceramah

            Ada beberapa syarat pidato dan ceramah menurut Ahmad (2018: 218) yaitu sebagai berikut.

a.     Adanya pokok masalah (isi) yang diuraikan. Oleh karena itu, perlu diketahui oleh pembicara.

b.     Mempunyai kecakapan untuk menyampaikan isi tersebut.

c.     Uraiannya menganung pengetahuan.

d.     Ada tujuan yang ingin dibicarakan.

e.     Antara pembicara, topic, dan pendengar terjalin hubungan yang harmonis.

 

5. Kiat-kiat dalam Berpidato dan Ceramah

Cara untuk menarik perhatian pendengar dalam kegiatan berpidato, antara lain sebagai berikut.

a.     Menarik Perhatian Pendengar

1)    Memulai dengan fakta yang menghentak. Sebuah angka statistic juga sangat penting. Jika mungkin, sesuatu yang mengejutkan bisa menyergap perhatian pendeangar.

2)    Melontarkan sebuah atau serangkaian pertanyaan.

3)    Memulai dengan kutipan yang dapat diambil dimana dari mana saja.

4)    Memulai dengan kisah-kisah yang lucu atau disertai humor-humor segar yang membangkitkan semangat.

 

 

 

 

b.     Mengatasi Kegugupan

Terdapat beberapa cara untul mengatasi kegugupan pada saat menyampaikan pidato atau ceramah, antara lain sebagai berikut.

1.     Berlatih secara rutin.

2.     Beranikan diri untuk sering tampil di depan umum.

3.     Menyiapkan catatan kecil.

4.     Percaya diri.

6. Perbedaan Pidato dan Ceramah

Setelah penulis mengungkapkan pengertian ceramah diatas, dapat disimpulkan bahwa ceramah merupakan bagian dari pidato. Adapun perbedaan antara pidato dan ceramah sebagaimana dikutip dari pendapat Muflih (2004, hlm. 47) sebagai berikut.

NO

PIDATO

CERAMAH

1

Menggunakan ragam bahasa ilmiah (bahasa yang baik dan benar)

Menggunakan ragam bahasa ilmiah popular dan diselingi bahasa sastra.

2

Membaca naskah maupun tanpa naskah.

Tanpa membaca naskah.

3

Disampaikan dalam situasi resmi.

Disampaikan dalam situasi resmi dan santai.

4

Tanpa diselingi interupsi.

Dengan interupsi dan tanya jawab (bukan keharusan)

5

Bersifat antara lain:

a. Instruktif

b. Deformatif

c. Deskriptif

Bersifat antara lain:

a. Informatif

b. Edukatif

c. Persuasif


5.      

7. Contoh Pidato dan Cermah

Contoh pidato dalam Ahmad (2018: 221-222)

Pengarahan pada Generasi Muda

Assalamu’laikum wr.wb.

Saudara-saudara, adik-adik pemuda harapan bangsa yang berbahagia.

Alhamdulillah, dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, bahwasanya kami saat ini merasa benar-benar bangga dan berbesar hati. Karena pada hari ini kami berkesempatan untuk bertemu muka dengan kalian pemuda-pemudi harapan bangsa. Mudah-mudahan pertemuan pada hari ini akan bermanfaat bagi kita sekalian, Aamiin.

Kami selaku orang tua  atau boleh dikatakan sebagai sesepuh merasa mempunyai kewajiban moral untuk selalu memberikan pengarahan-pengarahan yang perlu kepada saudara-saudara sekalian. Hal itu wajib kami lakukan, karena bagaimana pun juga kalian semua nantinya akan menggantikan kami-kami ini yang sudah tua. Siapa lagi kalau bukan kalian yang akan meneruskan tugas dan cita-cita bangsa. Itu yang seharusnya kalian hayati dalam-dalam mulai sekarang ini.

Saudara-saudara, adik-adik pemuda yang kami cintai.

Pepatah mengatakan, ‘Pemuda sekarang adalah orang tua besok’. Tegaknya negara kita karena kita. Sebaliknya, runtuhnya negara kita juga disebabkan oleh karena kita sendiri. Kalian semua besok pasti akan merasakan semuanya. Untuk itulah sebelum tua mendatangi kalian, bersiap-siap lah dan berjuanglah dengan penuh keihlasan demi tegaknya bangsa dan negara. Jangan mau dikatakan generasi santai. Sebab, memang sebetulnya kalian semua ini sudah tidak dapat santai lagi. Karena apa?

Karena seusia kalian ini yang merupakan masa-masa transisi, masa-masa peralihan generasi, yang harus diikuti dengan segala persiapan-persiapan baik fisik maupun mental. Sehingga pada saatnya nanti kalian telah benar-benar siap dan mampu memikul tanggung jawab dan beratnya beban kewajiban.

Saudara-saudara dan pemuda yang berbahagia.

Jika kita mau membuka lembaran sejarah, misalkan sejak Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, hingga Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tonggak-tonggak sejarah tersebut sebagian besar dipelopori oleh para pemuda. Hal itu meununjukkan betapa kaum muda kita memiliki tradisi sebagai penerus gagasan-gagasan besar dan pembuat sejarah besar pula. Kenyataan sejarah itulah yang membuat bangsa kita bangga akan kemampuan generasi mudanya. Lantas bagaimana dengan kalian semua?

Kami yakin kalian tidak akan berbeda jauh dengan para pemuda tempo dulu. Semangat juang para pemuda tempo dulu juga ada pada kalian. Persiapkan diri, sambutlah masa yang akan datang dengan penuh persiapan diri, agar kalian nanti mampu mandiri dalam sikap, pikiran, dan keputusan. Generasi muda tidak boleh terkecoh dengan mitos atau slogan yang meninabobokan, akan tetapi harus mampu berperan sebagai subjek pembangunan.

Demikian yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita. Aamiin.

Wassalamualaikum wr. wb.

 


 

Contoh ceramah dalam Ahmad (2018: 223-224)

 

Empat Sifat Keberhasilan Rasul dalam Memimpin Umat

Assalamualaikum wr. wb.

Kaum muslimin muslimat yang berbahagia.

Bulan ini adalah bulan Rajab, yaitu bulan yang mempunyai banyak keistimewaan. Di antara keistimewaan itu ialah karena pada bulan Rajab terdapat peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Peristiwa itu terjadi di kala beliau berumur lebih kurang 51 tahun. Jadi berselang 11 tahun setelah Rasulullah saw diangkat menjadi rasul lebih jelasnya pada tanggal 27 Rajab. Beliau berangkat dari Masjidil Haram di Mekkah menuju ke Baitul Maqdis di Palestina. Kemudian dari Baitul Maqdis beliau dinaikkan menuju ke Sidrattul Muntaha hingga ke Mustawa.

Firman Allah dalam Surat Al-isra’ ayat: 1

Artinya: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatakan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kaum Muslimin-muslimat yang berbahagia.

Perlu diketahui bahwa sebelum berangkat, Rasulullah Saw terlebih dahulu dibersihkan hatinya. Malaikat Jibril dibantu malaikat Mikail mengoperasi hati beliau untuk dibersihkan dari berbagai penyakit hati, setelah itu kemudian diisi dengan sifat hilmu, ilmu, yakin, dan islam. Empat sifat inilah yang menyebabkan keberhasilan beliau di dalam memimpin umat, sehingga agama islam cepat berkembang, bukan saja di negeri-negeri Arab tetapi juga di negeri-negeri lain.  

Kaum Muslimin-muslimat yang berbahagia.

Hilmu artinya penyantun. Dengan sifat ini dalam memimpin umatnya Rasulullah Saw selalu berlaku bijaksana. Setiap menghadapi persoalan tidak pernah ditangani secara emosional. Sebaliknya, beliau hadapi dengan hati-hati dan penuh pengertian. Oleh sebab itu kepemimpinan beliau dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, baik dari kalangan orang kaya maupun kalangan orang miskin. Begitu pula terhadap musuh-musuhnya, beliau tidak pernah mendendam.

Ilmu adalah alat utama bagi setiap pemimpin dengan ilmu itu setiap persoaln dapat diselesaikan dengan baik. Itulah sebabnya Rasullah Saw dalam setiap kesempatan selalu menganjurkan umatnya supaya giat mencari ilmu. Sehubungan dengan itu Allah telah berfirman dalam Surat Az-Zumar ayat: 9

Artinya: “Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu). Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” Yakin artinya mantap dengan disertai pendirian yang kuat. Yakin inipun harus dimiliki oleh setiap pemimpin, karena tanpa adanya suatu keyakinan segala sesuatu yang diperjuangkan akan tidak menentu dan akan berhenti di tengah jalan.

Islam adalah risalah tama yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Maka, sebelum diberangkatkan, terlebih dahulu beliau diisi dengan pengetahuan Islam agar lebih jelas dan mantap bahwa agama Islam itulah yang diakui oleh Allah untuk disampaikan kepada umat manusia.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya. Aamiin.

Wassalamualaikum wr. wb.

 BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Untuk bisa berdiskusi, pidato, dan ceramah secara baik dan benar  maka kita perlu mengetahui metode ketiga hal tersebut. Hal yang harus diperhatikan dalam diskusi agar berjalan dengan baik, yaitu makalah. Narasumber harus menyiapkan makalah yang dapat dikembangkan karena makalah yang disampaikan merupakan hal yang terpenting.

Pada umumnya masyarakat mengenal pidato dan ceramah sebagai hal yang sama, yaitu merupakan satu sarana komunikasi yang berfungsi menyampaikan suatu informasi secara langsung, tetapi antara pidato dan ceramah memiliki beberapa perbedaan. Pertama, pidato disampaikan untuk suatu tujuan yang penting, sedangkan ceramah disampaikan sebagai pengajaran. Kedua, pidato mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, sedangkan ceramah membicarakan suatu pengetahuan di depan khalayak. Ketiga, pada pidato termasuk dalam kelompok pembicaraan yang hanya menyampaikan pesan tanpa diikuti oleh tanggapan langsung dari pendengarnya, sedangkan pada ceramah pembicara menyampaikan pesan serta mendapatkan tanggapan langsung dari pendengarnya.

B. Saran

            Menurut kami masih banyak hal-hal yang harus diperbaiki dalam penulisan maupun praktik diskusi, pidato, dan ceramah. Oleh karena itu bukan hanya teori yang harus kita pahami, melainka diperlukan banyak latihan untuk dapat berdiskusi, pidato dan ceramah dengan baik dan benar.

            Kesalahan dalam berdiskusi, pidato, dan cermah yang sudah membudaya seringkali dianggap sepele dalam kalangan masyarakat maupun akademisi. Oleh karena itu, kami berharap dengan adanya makalah ini pembaca dapat lebih memahami bahkan mampu memperbaiki kesalahan sebelumnya dalam diskusi, pidato, dan ceramah.

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Ahmad Syaeful. Bahasa Indonesia Akademik, Bandung: Manggu Makmur Tanjung Lestari, 2018

Tim Pusat Bahasa. Kaidah dan Pelatihan Bahasa Indonesia, Bandung: Pusat Bahasa UIN Sunun Gunung Djati Bandung, 2010