Makalah Sinopsis, Ikhtisar, Ringkasan dan Resensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki berbagai macam bahasa dan sastra yang sangat beraneka ragam. Dalam pengkajian bahasa dan sastra Indonesia, salah satu karyanya adalah karya ilmiah. Karya ilmiah merupakan bentuk karya tulis yang disusun atas dasar pengetahuan ilmiah yang ada. Dalam mengkaji karya ilmiah, perlu adanya pembahasan mengenai reproduksi dari karya ilmiah itu sendiri yakni dalam bentuk synopsis, ikhtisar, ringkasan dan resensi.


B. Rumusan Masalah
pengertian dari synopsis, ikhtisar, ringkasan dan resensi.
cara penyusunan synopsis, ikhtisar, ringkasan dan resensi.
membedakan antara synopsis, ikhtisar, ringkasan dan resensi.
menulis synopsis, ikhtisar, ringkasan, dan resensi.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini;
Mengetahui pengertian dari synopsis, ikhtisar, ringkasan dan resensi.
Mengetahui cara penyusunan synopsis, ikhtisar, ringkasan dan resensi.
Mampu membedakan antara synopsis, ikhtisar, ringkasan dan resensi.
Mampu menulis synopsis, ikhtisar, ringkasan, dan resensi.

BAB II

PEMBAHASAN



A. SINOPSIS

Menurut Moeliono (dalam Ahmad Syaeful Rahman, 2018:225), Sinopsis adalah ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli. Yang menjadi dasar sinopsis itu adalah ringkasan dan abstrak.

Menurut Ahmad Syaeful Rahman (2018:225) Cara membuat sinopsis adalah sebagai berikut;

1. Membaca naskah asli terlebih dahulu untuk mengetahui kesan umum penulis

2. Mencatat gagasan utama dengan menggaris bawahi gagasan yang penting

3. Menulis ringkasan berdasarkan gagasan utama sebagimana dicatat pada langkah kedua

4. Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis isi atau garis besarnya aja

5. Sinopsis tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi keseluruhan karya yang asli.



B. IKHTISAR

Menurut Juhara (dalam Ahmad Sysaeful Rahman, 2018:226), Ikhtisar adalah penulisan pokok-pokok masalah yang penulisannya tidak harus berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat. Ikhtisar tidak mengubah tema sebuah wacana. Ikhtisar berfungsi sebagai garis-garis besar masalah dalam sebuah wacana yang berukuran pendek atau sedang.



Menurut Ahmad Syaeful Rahman (2018:226) Cara membuat ikhtisar adalah sebagai berikut;

1. Membaca naskah asli beberapa kali (setidak-tidaknya 2kali)

2. Membuat kerangka bacaan dengan menuliskan pikiran utama atau pikiran pokok yang terdapat dalam naskah

3. Menuliskan ikhtisar





C. RINGKASAN

Menurut Asmi (dalam Ahmad Syaeful Rahman, 2018:226), Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat.

Menurut Sahara (dalam Ahmad Syaeful Rahman, 2018:227-229) beberapa pegangan yang digunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur adalah sebagai berikut;
Membaca naskah asli

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis ringkasan adalah membaca naskah asli satu atau duakali, kalau perlu diulang beberapa kali, untuk mengetahui kesan umum tentang karangan itu secara menyeluruh. Penulis perlu juga mengetahui maksud pengarang dan sudut pandang pengarang.

Untuk membantu penulis mencappai hal tersebut, maka judul dan daftar isi karangan itu dapat dijadikan pegangan. Perincian daftar isi karangan mempunyai pertalian dengan judul karangan itu. Sebaliknya, alinea-alinea dalam karangan itu menunjang pokok-pokok yang tercantum dalam daftar isi. Oleh kaarena itu, pada waktu membaca karangan asli penulis hendaknya memperhatikan daftar isi karangan itu (kalau ada) sehingga lebih mudah ia mendapat kesan umum, maksud pengarang asli sudut pandang pengarang yang tersirat dalam karangan itu.




Mencatat gagasan utama

Bila penilis sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandang pengarang asli, maka sekarang ia harus memperdalam dan mengongkritkan semua hal itu. Tindakan atau langkah yang harus dikerjakan adalah membaca kembali karangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea, sambal mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pencatatan itu dilakukan untuk membuat tujuan. Pertama, untuk membuat pengamanan agar memudahkan penulis pada waktu meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting atau tidak. Kedua, catatan ini juga akan menjadi dasar bagi pengolahan selanjutnya.tujuan terpenting dari pencatatan ini adalah agar tanpa ikatan teks asli, penulis mulai menulis kembali untuk menyusun sebuah ringkasan dengan mempergunakan pokok-pokok yang telah dicatat. Untuk mengadakan pencatatan gagasan utama judul-judul bab, judul subbab dan alinea yang harus dijadikan sasaran pencatatan, kalau perlu gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk memperjelas gagasan utama tadi juga dicatat. Dalam hal ini harus diperhatikan pula ada alinea yang dapat dihilangkan atau diabaikan sama sekali, karena sifatnya hanya sebagai ilustrasi atau deskripsi untuk menjelaskan gagasan utama yang terdapat dalam alinea sebeumnya.
Mengadakan reproduksi

Kesan umum dan catatan yang diperoleh pada langkah pertama dan kedua, berarti sudah siap membuat sinopsis, ikhtisar, dan ringkasan yang dimaksud. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa dengan catatan tadi, harus menyusun kalimat-kalimat baru, merangkaikan semua gagasan tadi kedalam suatu wacana yang jelas dan dapat diterima akal sehat, dan sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya.
Ketentuan tambahan

Dengan membuat reproduksi, belum tentu penyusun mengerjakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.

a. Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dipergunakan kalimat tunggal daripada kalimat majemuk. Kalimat majemuk menunjukan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat pararel. Bila ada kallimat majemuk harus diteliti kembali apakah mungkin dijadikan kalimat tunggal.

b. Bila mungkin, ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Begitu pula rangkaian gagasan yang panjang hendaknya diganti dengan suatu gagasan sentral saja.

c. Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama yang akan dimasukan dalam ringkasan. Alinea yang mengandung ilustrasi, contoh deskripsi, dan sebagainya dapat dihilangkan,kecuali yang dianggap penting.

d. Bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dibuang. Kadang-kadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan,atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.

Menurut Ahmad Syaeful Rahman (2018:230) terdapat beberapa persamaan antara ringkasan,ikhtisar,dan sinopsis yaitu membuat cerita atau bacaan yang dibaca menjadi lebih singkat, jelas, dan padat, ringkas, dimengerti, dan dipahami oleh pembacanya, dan mencari topik atau kalimat utama atau gagasan-gagasan utama dari suatu bacaan atau karangan pada suatu buku. pada prinsipnya synopsis, ringkasan dan ikhtisar, sama-sama meringkas suatu cerita atau bacaan yang kita baca dengan mengambil intisari atau ide pokok dari suatu karangan menyampaikan keindahan gaya bahasa, ilustrasi serta penjelasan-penjelasan yang terperinci.



Menurut Ahmad Syaeful Rahman (2018:231) adapun perbedaan ringkasan, ikhtisar, dan sinopsis adalah sebagai berikut;
Sinopsis adalah ringkasan pendek dari suatu cerita (cerita pendek, novel, roman, dan karya-karya sastra lainnya) atau karangan.
Ikhtisar adalah bagian yang sangat penting setelah membuat kesimpulan dan rekomendasi. Ikhtisar mengandung dan tujuan yang dicapai melalui topik tersebut, ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli, tidak perlu memberi sisi secara menyeluruh dari sebuah karangan yang proposional dan kepadatan ciri dari sebuah ikhtisar yang dibuat dengan meninggalkan pendahuluan, perincian, contoh ilustrasi dan lain-lain, kecuali gagasan-gagasan utama
Ringkasan adalah keterampilan memproduksi suatu buku teks atau karangan. Jika ingin membuat reproduksi yang baik, harus bener-benar mengetahui dan memahami isi sebuah buku atau karangan. Berukut syarat-syarat dimaksud. Dalam ringkasan keindahan gaya Bahasa, ilustrasi, serta penjelasan-penjelasan yang terperinci dihilangkan, sedangkan sari atau ide pokok suatu karangannya dibiarkan tanpa hiasan.



D. CONTOH PENULISAN RINGKASAN, IKHTISAR DAN SINOPSIS



1. Ringkasan

a. Sekitar 30.000 hingga 50.000 orang yang berkumpul di kota untuk mengenang peristiwa mengerikan ketika amerika serikat menjatuhkan bom atom di kota itu tanggal 6 agustus 1945.

b. Orang orang yang hadir di peac memorial park Hiroshima itu mengenakan ikat kepala untuk mengenang tewasnya sekitar 14.000 orang akibat serangan bom.

c. Menurut tadatohshi akibat, walikota Hiroshima akhir perang dunia II tidak secara otomatis mengantarkan jepang ke abad perdamaian dan kemanusiaan. Masih banyak bentuk kekerasan lain.

d. Pelepasan burung dara putih dan paduan suara anak yang menyanyikan lagu perdamaian turut menyemarakan upacara peringantan itu.

e. Jepang menyerah pada perang dunia II, tanggal 15 agustus 1945

2. Ikhtisar

Kasus tindak plagiat akhir-akhir ini mengemuka. Pelakunya didorong oleh berbagai motivasi dan sebab. Penanganan kasusnya pun beragam, dari duduk bersama dalam satu meja perundingan, sanksi akademik, sanksi social, hingga diselesaikan dimeja hijau.

Jika ditelusuri, banyak alas an orang melakukan tindak plagiat. Akan tetapi, biasanya disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena sengaja melakukan,. Kedua, melakukannya karena tidak tahu. Kedua tindakan ini sama-sama tidak dapat dibenarkan baik ditilik dari sisi akademik maupun sisi hukum.

Menghundari tindak plagiat dan tetap produktif menulis seharusnya mudah saja asalkan tahu trik dan langkah-langkahnya. Fua sikap ekstrim, yaitu terlalu bersemangat dan takut menulis, perlu dihindari. Karena itu perlu terus-menerus dilakukan invensi sambil tetap kreatif melakukan modifikasi, menambah, mengurangi, memberikan penjelasan, serta menjelaskan dengan contoh. Bagaimana cara agar tetap produktif menulis tanpa terjerat tindak plagiat? Buku ini mengupas tuntas dengan menyertakan contoh kkonkret yang dapat langsung diterapkan. (Sri Hapsari Wijayanti 2013: 177)



3. Sinopsis

Berikut ini adalah contoh synopsis novel “Alazhi Perawan Xinjiang”.

Sebagai minoritas di negara raksasa, suku Muslim Uyghur hidup dalam bayang-bayang terror yang dilakukan pemerintah Cina. Alazhi, putri damullah Musha, pemuka agama di kashgar, Xinjiang sejak kecil melihat betapa tak adilnya kehidupan yang dialami sukunya. Tekanan dari pemerintah membuat kaum Uyghur apalagi yang perempuan tak bisa berkiprah bebas.

Ingin berkiprah lebih bebas, Alazhi menolak lamaran Mammet Hassan dan lari ke Guang Zhou. Dia menentang perintah sang ayah yang tak mengizinkan putrinya bekerja di kota lain, mengabaikna kesedihan ibunya. Pilihan Alazhi menimbulkan dendam dihati Yasen, sang adik bungsu yang terpaksa mengorbankan masa depannya demi menjaga orangtua mereka.

Karir dan gemerlap Guang Zhou ternyata tak memuaskan hati Alazhi. Meski kini dia menjelma sebagai gadis modern, jiwanya sebagai gadis muslim Uyghur tetap tertinggal. Ketika Xinjiang bergolak oleh demonstrasi, Alazhi kian resah, mencemaskan keluarganya. Dia terperangkap antara keinginan untuk kembali bersama keluarganya, atau terus mengejar karirnya. Sangguplah dia terus menggenggam bara, sementara di kampung, keluarganya tengah bertahan dari pembantaian.

E. RESENSI

Kata resensi berasal dari bahasa belanda yaitu resensi, dalam bahasa igngris disebut review, sedangkan dalam bahasa latin disebut redevire. Menurut Rohmadi dan Yulu K (Dalam Cecep Wahyu Hoerudin 2018:127), Dalam pemakaian bahasa Indonesia, resensi merupakan timbangan sebuah buku, pembicaraan buku, ulasan buku, tinjauan buku, atau sekarang ini sering dikenal dengan istilah bedah buku. Tindakan meresensi buku dapat berarti memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi buku, membahas atau mengkritik isi buku. Menurut Keraf, (dalam Cecep Wahyu Hoerudin 2018:127), resensi adalah suatu tullisan atau ulasan mengenai nilai sebuah karya atau buku. Resensi bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca apaakah sebuah buku atau hasil karya itu mempunyai nilai-nilai kebermanfaatan yang berguna bagi pembaca atau masyarakat.

Menurut Cecep Wahyu Hoerudin (2018:127), Resensi buku berisi identitas buku, pokok-pokok isi buku, dan penilaian tentang kelebihan dan kekurangan buku. Secara rinci, resensi berisi ha-hal berikut ini:

a) Judul resensi,

b) Data buku,meliputi judul buku,pengarang atau penulis dan penerjemah(jika buu terjemahan),nama penerbit,tahun terbit,tebal buku,dan harga buku,

c) Jenis buku(keagamaan,tarikh,fiksi,dan sebagainya),

d) Pokok pembicaraan(topic umum),

e) Aspek khusus yang dibahas dan tujuan pengarang,

f) Tema atau tesis buku (pendirian atau tafsiran pokok pengarang tentang aspek khusus yang dibahas),

g) Teknik dan struktur penyajian tulisan,

h) Gaya menulis,

i) Hal ihwal pengarang atau penulis:asal-usul,reputasi,pendidikan,latat belakang penulis buku,karya-karyanya,dan sebagainya,

j) Sasaran buku atau pembac abbuku yang dituju,

k) Ringkasan isi buku atau synopsis buku,

l) Ulasan singkat buku dibandingkan dengan buku atau karya lain yang sejenis,dengan kutipan yang secukupnya,disertai dengan argument-argumen utama,alas an-alasan utama,dan sebagainya,yang mendukung pendirian atau pendapat penulis resensi dalam memberikan penilaian atau pertimbangan buku,

m) Keunggulan dan kelemahan buku,

n) Penutup resensi,berisi penegasan kembali terhadap isi buku,penting tidaknya buku tersebut bagi pembaca,dan hal-hal penting lainnya yang harus mendapat perhatian penulisan maupun pembaca terhadap buku tersebut,dan

o) Fakta-fakta tersebut harus dikemukakan secaa jujur dan lugas.

Selain penulis resensi melaporkan dan menanggapi isi buku kemudian dilanjutkan dengan memberikan penilaian terhadap manfaat buku bagi pembaca atau masyarakat secara umum yang dituju oleh buku tersebut.untuk itu, penulis resensi pun perlu memilih buku sebagai bahan untuk diresensi. Penulis resensi hendaknya jeli dalam mengetahui kebutuhan masyarakat terhadap buku-buku.

Dalam Ahmad Syaeful Rahman: Bahasa Indonesia Akademik 2018: 238, penulis resensi harus memperhatikan tujuan pembuatan resensi sebagai berikut.

a) Menyampaikan informasi kepada pembaca apakah sebuah karya patut mendapat sambutan atau tidak.

b) Menunjukan kepada pembaca layak tidaknya sebuah buku dibaca.

c) Memberitahukan kepada pembaca perihal buku-bku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut.

F.CONTOH RESENSI

MEMBANGUN RELASI SESUAI PETUNJUK NABI



Judul : Belajar Bersahabat: Petunjuk Nabi Agar Menjadi Pribadi Menarik dan Menyenangkan

Penulis : Ahmad Mahmud Faraj

Penerjemah : Shofia Tidjani

Penerbit : Zaman, Jakarta

Cetakan : I, 2013

Tebal : 208 halaman

ISBN : 978-979-024-342-2

Harga : Rp. 25.000,-







Globalisasi memberikan dampak negatif, antara lain, saat ini orang cenderung pada individualistik dan komersil. Setiap yang kita lakukan untuk orang lain perlu ada timbal balik. Interaksi yang dibangun tidak berlandaskan hati nurani, melainkan atas materi duniawi semata.



Padahal, Islam tidak semata-mata berupa rutinitas ibadah formal seperti shalat, puasa, zakat, dan sebagainya. Islam juga menyerukan perihal ibadah sosial yang termanifesatasi dalam akhlaq al-karimah. Islam memberikan arahan kepada semua umatnya, agar setiap tindakan yang dilakukannya itu tidak hanya berlandaskan duniawi, tetapi juga ukhrawi dan keridhaan Allah swt.



Relasi Humanis dan Agamis

Suasana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, masalah hakikat manusia dan kehidupan semakin santer dibahas. M. Quraish shihab (2009) menyebutkan bahwa cita-cita sosial Islam dimulai dengan perjuangannya menumbuhkan aspek-aspek akidah dan etika dalam diri pemeluknya.

Melalui budi pekerti itu, seseorang akan meraih kesuksesan di mana pun, mulai dari keluarga sampai karier. Karena dengan kepribadian itu dapat membuat orang lain respek, nyaman, dan tertarik. Rasa cinta dan persaudaraan merupakan anugerah dan kasih sayang Allah terhadap orang mukmin.Kehadiran buku ini setidaknya hendak memberikan jawaban dan tuntunan atas fenomena tersebut. Ahmad Mahmud Faraj mendeskripsikan bagaimana Nabi Muhammad, para sahabat, dan ulama salafush shalih dalam membangun relasi yang humanis sekaligus agamis. Relasi yang tidak didasari dengan kepentingan pribadi dan duniawi semata. Nuansanya sangat kering dari nilai kemanusiaan, kasih sayang, cinta, kepercayaan, dan kejujuran.

Pada bagian pertama, menyuguhkan tabir rahasia pribadi menyenangkan, cara menjadi person yang ramah, kuat, rendah hati sekaligus diberikan rahmat oleh Allah. Paling dasar yang perlu dilakukan untuk membangun networking adalah memperbaiki diri dan membentuk kepribadian diri sendiri. Yakni dengan cara menaati segala perintah Allah, karena hal itu dapat memperbaiki dan menumbuhkan keseimbangan pada jiwa dan raga.

Penulis menghadirkan teladan-teladan Nabi, para Sahabat dan para salafush shalih dalam menjalin hubungan sosial. Yakni prinsip-prinsip etis sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad saw. Selain itu, Mahmud Faraj juga menyertakan kalimat-kalimat motivasi yang membangun semangat dan sangat menggugah jiwa.

Kutipan-kutipan kata-kata hikmah itu tidak sembarangan dimuat di dalam buku ini, tetapi disertakan rujukan kitab diambil dari kitab-kitab klasik. Misalnya, Mahmud Faraj mengutip dari kitab al-Akhlaq wa al-Siyar fi Mudawati al-Nufus karya Ibn Hazm al-Andalusi sekitar tiga belas kata mutiara, salah satunya yang berbunyi, “Jangan mengharapkan orang yang akan meninggalkan anda, karena bisa membuat anda kecewa. Jangan tinggalkan orang yang menginginkan anda karena itu kezaliman.” (halaman 37)

Dalam karya Ibn Maskawih, Tahdzib al-akhlaq wa Tathhir al-‘Araq, Mahmud Faraj mengutip, di antaranya yang berbunyi, “anda adalah bejana yang kedewasaannya ditentukan oleh kata-kata anda. Oleh karena itu, lihatlah diri sendiri, perbaiki kekurangan, dan menghiasi diri dengan perbuatan mulia. Lakukan itu hingga penampilan anda menjadi alami, tanpa pura-pura. Pada saatnya, anda berhak mendapatkan cinta yang abadi.” (halaman 42)

Mengutip dari Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din, Mahmud Faraj menyebutkan bahwa jalinan persahabatan dan persaudaraan yang mengikat di antara dua orang, sehingga memiliki sejumlah hak yang harus ditepati. Mahmud Faraj menyebutkan sekitar tujuh hak persahabatan dan persaudaraan yang harus dilaksanakan. Yakni hak dalam harta, membantu kebutuhannya, memilih diam atau bicara, hak untuk berbicara, memaafkan kekhilafan, hak kesetiaan dan keikhlasan, dan hak meringankan beban, tidak membebani. (halaman 63-72). Selain itu, dia juga menyisir etika dalam Islam yang terdiri dari etika bertamu, etika berkumpul, etika menjamu tamu, etika menikmati hidangan saat bertamu, dan etika berkunjung.

Bagian kedua dari buku ini menampilkan hal-hal yang harus dihindari dalam berinteraksi sosial. Hal-hal yang perlu dihindari dalam menjalin persahabatan di antaranya yaitu menggunjing, berbohong, dengki dan sombong. Disertakan juga kiat-kiat untuk menghadapi orang sombong dan sikap kita saat disakiti berdasarkan al-Qur’an dan hadis.

Adapun bagian ketiga, berisi tentang keteladanan Rasulallah saw, psikologi kenabian dan kalimat-kalimat yang tidak disukai Rasulallah saw dalam berinteraksi sosial. Misalnya, dalam kitab Zad al-Ma’ad dipaparkan beberapa ucapan yang sangat dibenci Rasulallah saw untuk diucapkan, di antaranya, adalah memanggil seorang muslim dengan ucapan, “wahai kafir.” (halaman 205-206).

Buku ini tak hanya membuka rahasia agar potensi itu terwujud dalam pergaulan nyata, tapi juga membimbing setiap muslim untuk membiasakan diri berhias dengan budi pekerti adiluhung. Di dalamnya disertakan kata-kata mutiara dari para sahabat dan ulama yang menggugah jiwa serta kesadaran kita dalam membangun interaksi sosial. Serta diselingi kisah menggugah dan kiat sederhana tapi mengena.

Karya berjudul asli Kayfa Taj’al al-Nas Yuhibbuna, kemudian diterjemahkan dan diterbitkan Penerbit Zaman ini patut untuk dibaca dan dimiliki setiap insane muslim maupun muslimah. Buku mungil tapi serat makna ini menuntun setiap insan tidak hanya menjadi pribadi memikat, tapi juga mulia dan bermartabat. Cara hidup yang diajarkan sungguh relevan bagi zaman modern yang serba materialistik dan individualistik seperti saat ini.

Dikutip dari:Bahasa Indonesia:Cecep Wahyu Hoerudin



BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Produksi ragam tulis terdiri dari synopsis, ikhtisar, ringkasan dan resensi. Synopsis adalah ikhtisar karya ilmiah yang diasanya diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli. Ikhtisar adalah penulisan pokok-pokok masalah yang penulisannya tidak harus berurutan boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat. Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai hasil sebuah karya atau buku.


B. SARAN

Saran dari kami untuk pembaca agar bisa memahami produksi ragam tulis yaitu synopsis, ikhtisar, ringkasan dan resensi dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Rahman Ahmad Syaeful. Bahasa Indonesia akademik, Bandung: Manggu Makmur Tanjung Lestari,2018

Hoerudin Cecep Wahyu.Bahasa Indonesia, Bandung: CV Semiotika, 2018

Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. Bahasa Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 2013

Sundari, Eka.(2013) Jurnal Kemahiran menulis synopsis cerita pendek tak melayu hilang di Jawa karya Fatih Mufti pada siswa kelas XI smpn 5 Tanjungpinang, Tanjungpinang