MERINTIS USAHA DAN KOMUNIKASI BISNIS

 MERINTIS USAHA DAN KOMUNIKASI BISNIS

Merintis Usaha

Paradigma pembangunan yang berorientasi pada kewirausahaan adalah suatu keniscayaan yang harus menjadi dasar dalam pengembangan program dan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dengan demikian kegiatan pembangunan mulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi harus diwarnai oleh karakter kewirausahaan.

Demikian besar peran yang dapat disumbangkan oleh wirausaha terhadap pembangunan bangsa,  namun masih saja orang kurang berminat menekuni profesi tersebut.  Hal ini dikarenakan latar belakang pandangan yang negatif dalam masyarakat terhadap profesi wirausaha.   Wirausaha ini kegiatannya banyak bergerak dalam bidang bisnis.  Dalam kegiatan bisnis termasuk kegiatan perdagangan. Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain bersaing, egois, tidak jujur, sumber penghasilan tidak stabil, pekerjaan rendah, kurang terhormat dan sebagainya.   Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik  Mereka tidak menginginkan anak-anaknya  menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri, apalagi bila anaknya sudah bertitel  lulus perguruan tinggi.

Landasan filosofis inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke dunia bisnis, sehingga tertinggal jauh  dari negara tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi dalam profesi bisnis.  Di negara tetangga, mereka dapat mengembangkan  bisnis besar-besaran mulai dari industri hulu sampai ke industri hilir, meliputi usaha jasa, perbankan, perdagangan besar (grosir), perdagangan eceran besar (departemen store, swalayan), eceran kecil (retail), eksportir, importir dan berbagai bentuk usaha lainnya dalam berbagai jenis komoditi.

Hal inilah yang merupakan salah satu ketertinggalan kita dalam mengarungi kancah bisnis, yang harus kita kejar, mengingat potensi  baik alam maupun sumberdaya manusia amat berlimpah di negeri ini.  Berawal dari pemikiran ini, perlulah kita menggali potensi  yang ada, yang akan menghidupkan dunia kewirausahaan kita, sebagai negeri pemberi kerja bukan pencari kerja bagi masyarakatnya. Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri.   Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausaha Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa optimal,  sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.

Ide Dan Peluang Usaha

Berawal dari ide-ide yang masih potensial, maka agar menjadi peluang bisnis yang riil, sosok wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus menerus. Ide dan peluang merupakan dua unsur penting dalam kewirausahaan.  Agar ide menjadi peluang, maka harus dievaluasi dengan cara screening (penjaringan), yaitu :

1.     Ide harus dimunculkan dalam bentuk yang riil (barang dan jasa baru) yang berbeda di pasar.  Barang dan jasa yang berbeda itu  harus menciptakan nilai efisiensi baik bagi konsumen maupun pembeli potensial;

2.     Mengamati pintu (asal-usul) peluang;

3.     Menjamin jumlah dan kualitas produk  yang dihasilkan;

4.     Menaksir biaya awal;

5.     Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi.

Dijelaskan oleh  Zimmemer yang dikutip dari Suryana, 2001, ada beberapa keadaan yang menciptakan peluang, yaitu:

1.     Produk baru harus segera dipasarkan;

2.     Kerugian teknik harus rendah;

3.     Ketika pesaing tidak agresif tidak agresif mengembangkan strategi produk;

4.     Pesaing tidak memiliki teknologi canggih;

5.     Pesaing tidak memiliki strategi dalam memperbaiki posisinya;

6.     Perusahaan yang baru dirintis memiliki sumber-sumber dan kemampuan dalam menghasilkan produknya.

Memasuki  Dunia Usaha

Untuk memasuki dunia usaha ( bisnis) seseorang harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah seorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi risiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha atau pelaksana usaha kecil, ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja, mampu mengorganisir, kreatif, serta menyukai tantangan. Menurut Suryana (2001) ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memasuki dunia usaha, yaitu:

1.     Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dirintis, yaitu:

a.     Perusahaan milik sendiri  (proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang;

b.     Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerjasama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama, dan

c.     Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal saham-saham.

2.     Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir  oleh orang lain dengan nama dan organisasi usaha yang sudah ada.

3.     Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara entrepreneur (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha.  Kerja sama ini biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, advertensi, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, standar, promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber permodalan.

Menurut Lambing, keunggulan dari datangnya perusahaan baru ke pasar, adalah dapat mengidentifikasi “kebutuhan pelanggan” dan “kemampuan pesaing”.  Untuk memulai usaha, seorang calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha, yang meliputi:

1.     Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta cara menyajikannya.

2.     Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.

3.     Kemampuan finasial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber dana dan cara menggunakannya.

4.     Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara dan mengembangkan relasi, dan kemampuan komunikasi serta negosiasi.

Upaya Merintis Usaha Baru

Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan baru, di antaranya:

1.      Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki

Pemilihan jenis usaha tergantung pada kebutuhan pasar dan sumber-sumber yang tersedia. Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:

a.      Bidang Usaha Pertanian (Agriculture), meliputi usaha pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan;

b.      Bidang usaha pertambangan (Mining), meliputi usaha galian pasir, galian tanah, batu dan bata;

c.      Bidang Usaha Pabrikasi (Manufacturing), meliputi usaha industri, assemblasi dan sintesis;

d.      Bidang Usaha Konstruksi (Construction), meliputi usaha konstruksi bangunan, jembatan, pengairan dan jalan raya;

e.      Bidang Usaha Perdagangan (Trade),  meliputi usaha  perdagangan kecil,  grosir, agen,  dan ekspor-impor;

f.       Bidang Usaha Jasa Keuangan (Financial Service), meliputi usaha perbankan, asuransi dan koperasi;

g.      Bidang Usaha Jasa Perorangan (Personal Service), meliputi usaha potong rambut, salon, laundry dan catering;

h.      Bidang Jasa-jasa Umum (Public Service), meliputi usaha pengangkutan, pergudangan, wartel dan distribusi;

i.       Bidang Jasa Wisata (Tourism), meliputi berbagai kelompok.  Berdasarkan UU No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan

            Ada 86 jenis usaha yang bisa dirintis, yang terbagi kedalam tiga kelompok usaha wisata, yaitu:

a.     Kelompok Usaha Jasa Pariwisata (meliputi: Jasa Biro Perjalanan; Jasa Agen Perjalanan Wisata; Jasa Pramuwisata;  Jasa Konvensi Perjalanan Wisata Intensif dan Pameran;  Jasa Impresriat;  Jasa Konsultan Pariwisata; dan Jasa Informasi Pariwisata).

b.     Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata,  (meliputi: Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam;  Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya;  Pengusahaan objek daya tarik wisata minat khusus)

c.     Usaha Sarana Wisata, (meliputi: Penyediaan akomodasi; Penyediaan makanan dan minuman; Penyediaan angkutan wisata;  Penyediaan sarana wisata dan sebagainya)

2.      Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan Perusahaan

            Pemilihan bentuk kepemilikan badan usaha ditentukan oleh besar kecilnya skala usaha dan sumber daya yang dimiliki.  Beberapa bentuk kepemilikan usaha yang bisa dipilih, diantaranya:

1.     Perusahaan Perorangan (soleproprietorship), yaitu suatu perusahan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang;

2.     Persekutuan (partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan

3.     Perseroan (Corporation),  yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para pemegang saham (pesero/stockholder), yang mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal yang disetor.

4.     Firma, suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama bersama. Apabila untung, maka keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi ditanggung bersama. 

3.      Tempat Usaha yang Akan Dipilih

             Pemilihan tempat usaha harus mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektifitas, dengan mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini:

a.     Apakah tempat usaha tersenut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan atau pasar?  Bagaimana akses pasarnya?

b.     Apakah tempat usaha dekat ke sumber tenaga?

c.     Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat angkut dan jalan raya?

     Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha, ada beberapa alternatif yang bisa dipilih , yaitu:

a.     Membangun bila ada tempat yang strategis;

b.     Membeli atau menyewa bila lebih strategis dan menguntungkan;

c.     Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan.

4.      Organisasi Usaha yang Akan Digunakan

            kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha, semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks organisasinya. Sebaliknya, semakin kecil lingkup usaha, maka semakin sederhana organisasinya.

5.      Lingkungan Usaha

Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan.  Lingkungan mikro dan lingkungan makro berpengaruh terhadap kegagalan dan keberhasilan usaha.  Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitannya dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen dan lainnya. Sedangkan lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi:

a.     lingkungnan ekonomi; 

b.     lingkungan teknologi;

c.     lingkungan sosiopolitik;  dan 

d.     lingkungan demografi serta gaya hidup.

Dengan banyaknya pilihan ide dan peluang usaha baru, diharapkan bermunculan sosok wirausaha yang dapat menyediakan sebanyak-banyaknya lapangan kerja bagi tenaga kerja yang ada, dengan demikian pembangunan di negeri ini dapat berlangsung dengan cepat, serta dapat bersaing dengan negara lain yang selama ini memberikan lapangan kerja

Komunikasi Bisnis

Pengertian Komunikasi Bisnis

Wikipedia bahasa Indonesia menjelaskan bahwa Komunikasi Bisnis adalah pertukaran gagasan, pendapat, informasi, instruksi yang memeiliki tujuan tertentu yang disajikan personal maupun impersonal melalui symbol-simbol atau sinyal. Referensi dari Rosenblatt, S. Bernard.Communication in Business. Prentice Hall, Inc. Engelwood Cliffs, NJ (1985)

Katz (1994:4) yaitu Komunikasi Bisnis adalah adanya pertukaran ide, pesan, dan konsep yang berkaitan dengan pencapaian serangkaian tujuan komersil.

Persing (1981:108) yaitu Komunikasi Bisnis adalah proses penyampaian arti melalui lambing – lambang yang meliputi keseluruhan unsur-unsur yang berhubungan dengan proses penyampaian dan Penerimaan pesan, baik itu dalam bentuk tulisan, lisan, maupun nonverbal yang dilakukan di dalam suatu organisasi yang membayar orang yang secara bersama-sama memproduksi dan memasarkan barang-barang dan jasa guna memperoleh keuntungan.

Rosenbalt (1982:7) yaitu Komunikasi Bisnis adalah pertukaran ide-ide opini, informasi, instruksi dan sejenisnya, yang dikemukakan baik secara personal ataupun nonpersonal melalui simbol atau tanda, untuk mencapai tujuan- tujuan perusahaan.

“Business Communication are purposive interchange of ideas, opinions, information, instructions, and the like, presented personally or impersonally by symbols or signal as attain the goals of the organizations”

Unsur- Unsur Komunikasi Bisnis

Dalam komunikasi bisnis terdapat enam pokok, yaitu:

 

1.     Memiliki tujuan yang berarti komunikasi bisnis juga harus memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sejalan dengan suatu tujuan organisasi.

2.     Pertukaran ialah dalam hal  melibatkan paling tidak dua orang atau bahkan lebih yakni komunikator serta komunikan.

3.     Gagasan, opini, informasi, instruksi ialah isi dari pesan yang bentuknya beragam tergantung dari tujuannya, situasi, serta kondisinya.

4.     Menggunakan saluran personal ataupun impersonal  ialah yang mungkin bersifat tatap muka, menggunakan media ataupun melalui media yang menjangkau jutaan orang secara bersama-sama.

5.     Meggunakan simbol ataupun sinyal ialah alat atau metode yang dapat dimengerti atau[un dipahami oleh penerima untuk menyampaikan suatu pesan.

6.     Pencapaian tujuan organisasi ialah salah satu karakteristik yang dapat membedakan organisasi ataupun lembaga formal dari informasi ialah adanya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajemen.

Tujuan Komunikasi Bisnis

Secara umum, ada tiga tujuan komunikasi bisnis, yaiitu member informasi (informing), melakukan persuasi (persuading), dan melakukan kolaborasi (collaborating) dengan audiens.

a.     Memberi informasi (informing)

Tujuan pertama dalam komunikasi bisnis adalah memberikan informasi yang berkaitan dengan dunia bisnis kepada pihak lain. Sebagai contoh, seorang pimpinan suatu perusahaan membutuhkan beberapa pegawai baru yang akan ditempatkan sebagai staf administrasi di kantor-kantor cabang yang ada.

Untuk memperoleh pegawai yang diharapkan, ia dapat memasang iklan lowongan kerja melalui media surat kabar, majalah, radio, dan internet. Masing-masing media informasi tersebut tentu saja mempunyai kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Jadi tergantung manajer untuk memilih media mana yang akan dipilih dengan mempertimbangkan kemampuan internal yang dimiliki oleh perusahaan.

b. Melakukan persuasi (persuading)

Tujuan kedua dari sebuah komunikasi bisnis adalah melakukan persuasi kepada pihak lain agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh audiens dengan baik dan benar. Hal ini sering dilakukan terutama yang berkaitan dengan negoisasi antara seseorang dengan orang laian dalam bisnis. Untuk dapat memperoleh hasil yang optimal dalam bernegosiasi, setiap pihak perlu memahami prinsip win-win solution.

c. Melakukan kolaborasi (collaborating) dengan audiens

Tujuan ketiga dalam komunikasi bisnis adalah melakukan kolaborasi atau kerjasama bisnis antara seseorang dengan orang lain. Melalui jalinan komunikasi bisnis, seseorang dapat dengan mudah melakukan kerjasama bisnis baik antara perusahaan dosmetik maupun dengan perusahaan asing.

Saat ini kerjasama antar perusahaan di berbagai belahan dunia relative mudah dilakukan seiring dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dewasa ini. Seseorang dapat menggunakan beberapa media telekomunikasi yang ada seperti telepon biasa, faksmili, telepon genggam, internet, email dan telekomferensi. Teknologi komunikasi tersebut sangat penting artinya dalam memperat kerjasama dalam dunia bisnis.

Fungsi Komunikasi Bisnis

Berikut ini adalah fungsi dari komunikasi bisnis

1.     Membujuk konsumen membeli produk

2.     Menjelaskan produk atau layanan

3.     Mengklarifikasi spesifikasi yang dibutuhkan

4.     Mempromosikan image positif perusahaan

5.     Memberikan kredit dan menagih piutang

Perbedaan Komunikasi bisnis dengan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi lintas budaya.

Komunikasi antar pribadi ( interpersonal communications ) ialah bentuk dari komunikasi yang lazim dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari antara dua orang ataupun lebih untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan komunikasi lintas budaya ( intercultural / communication ) ialah bentuk dari komunikasi yang dilakukan antara dua orang ataupun lebih, yang masing – masing memiliki suatu budaya yang berbeda.

Unsur-Unsur Dalam Berkomunikasi

Komunikasi meliputi 5 unsur, yang dikenal dengan formula 5 W + 1 H, yaitu:

1.     Komunikator = who [communicator, source, sender]

2.     Pesan = says what [message]

3.     Media = in which channel [channel, media]

4.     Komunikan = to whom [communicant, communicatee, reciever, recipient]

5.     Efek [effect, impact, influence]

Hal yang pertama dilakukan ialah untukmemahami bentuk dasar komunikasi. Karena seorang komunikator yang baik ialah  harus memiliki beberapa alat komunikasi yang akan menunjang dalam menyampaikan suatu pesan. Seperti bagaimana cara menempatkan kata dalam suatu komunikasi sehingga memiliki arti yang baik serta bisa menarik minat dan simpati dari pendengarnya serta dapat mengajak peserta untuk ikut aktif dalam berkomunikasi seperti dalam kegiatan diskusi.

Teknik Komunikasi

1.     Komunikasi informatif [informative communication]

2.     Komunikasi persuasif [persuasive communication]

3.     Komunikasi instruktif atau koersif [instructive/ coersive communication]

4.     Hubungan manusiawi [human relation]

Tujuan Komunikasi

1.     Perubahan sikap [attitude change]

2.     Perubahan pendapat [opinion change]

3.     Perubahan perilaku [behaviour change]

4.     Perubahan sosial [social change]

Bentuk Komunikasi

Pada dasarnya terdapat dua bentuk komunikasi yang umum yang digunakan dalam dunia bisnis, ialah :

1.     Komunikasi verbal

Komunikasi verbal (verbal communication) ialah salah satu bentuk komunikasi yang dapat disampaikan kepada pihak lain dengan  melalui tulisan (written) serta lisan (oral). komunikasi verbal memilki tipe yang dibedakan menjadi dua ialah :

a.     berdasarkan aktif atau pasifnya peserta komunikasi dalam proses suatu komunikasi. Dimana komunikasi verbal dapat bertindak sebagai komunikator ataupun pengirim pesan serta dapat bertindak sebagai audience.

b.     Dalam berkomunikasi secara verbal, juga dibutuhkan pengungkapan kata-kata yang disusun dalam suatu pola yang berarti sangat baik dalam bentuk tulisan ataupun lisan, seperti :

1.     Berbicara serta Menulis. Suatu pesan yang sangat penting serta kompleks, baiknya disampaikan dengan menggunakan tulisan, seperti surat, memo serta laporan

2.     Mendengarkan serta Membaca, Untuk mencapai komunikasi yang efektif dan baik, maka diperlukan komunikasi dua arah, dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya harus memerlukan keterampilan mendengar (listening) serta membaca (reading).

2.     Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal ialah bentuk komunikasi yang sangat mendasar dalam hal komunikasi bisnis. Walaupun pada dasarnya komunikasi nonverbal ini memiliki sifat  yang kurang terstruktur sehingga sulit untuk dipelajari,contoh  seperti memahami dalam penggunaan bahasa isyarat , ekspresi wajah ,  gerakan tubuh, sandi, simbol-simbol, warna serta intonasi suara.

Dalam penyampaiannya juga, komunikasi verbal serta komunikasi nonverbal memilki arti yang berbeda-beda, seperti dalamhal  komunikasi nonverbal,  pesan yang akan disampaikan biasanya hanya dilakukan secara spontan atau tanpa memiliki rencana serta dilakukan secara tidak sadar serta bersifat alami

Adapun Komunikasi Nonverbal memilki beberapa tujuan , yaitu:

1.     Menyediakan serta memberikan informasi

2.     Mangatur alur suatu percakapan

3.     Mengekspresikan sebuah emosi

4.     Memberi sifat serta melengkapi, menentang ataupun mengembangkan pesan-pesan verbal

5.     Mengendalikan ataupun mempengaruhi orang lain

6.     Mempermudah tugas-tugas yang khusus, misalnya dalam memberikan pengajaran pada saat kuliah, Terkaadang dalam prakteknya, didalam suatu komunikasi bisnis akan terjadi penggabungan antara komunikasi verbal serta komunikasi nonverbal dalam suatu situasi ,  dikarena biasanya kata-kata yang disampaikan dalam suatu komunikasi ataupun percakapan kadang hanya membawa sebagian saja dari pesan.

7.     relevansinya dalam komunikasi bisnis, tipe komunikasi nonverbal juga dapat menentukan kredibilitas serta kepemimpinan seseorang, yang didapat secara dilihat dari karateristik suara, penampilan, sentuhan, gerakan serta posisi tubuh juga melalui ekspresi wajah serta mata.

Tahap – Tahap Dalam Proses Komunikasi

Tahapan Menurut Courtland L Bovee dan Jhon V. Thilt dalam Business Communication Today, proses komunikasi (Comunication Process ) terdiri atas 6 tahap, ialah:

1.     Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan.

2.     Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.

3.     Pengirim menyampaikan pesan.

4.     Penerima menerima pesan

5.     Penerima menafsirkan pesan

6.     Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim

Empat (4) Keterampilan Dasar Komunikasi

Untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam komunikasi secara efektif , baik itu  secara personal maupun professional paling tidak dapat harus menguasai empat jenis keterampilan dasar dalam berkomunikasi serta Persentase penggunaan saluran komunikasi adalah sebagai berikut : yaitu :

1.     menulis (writing): 9%

2.     membaca (listening): 45%

3.     berbicara (reading) : 16%

4.     mendengar(speaking) : 30%

Referensi

Parta Setiawan. Website. 2020. Definisi Komunikasi Bisnis – Unsur, Tujuan, Bentuk, Para Ahli. (https://www.gurupendidikan.co.id/definisi-komunikasi-bisnis/ diakses pada 1 Mei 2020)

Ermina Yogasuria. Website. 2014. Merintis Usaha Baru. (http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-manajemen/766-merintis-usaha-baru diakses pada 1 Mei 2020)

Achmad Kardimin, 2005.   Menumbuhkan Jiwa Wirausaha;  Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dalam Ermina Yogasuria (http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-manajemen/766-merintis-usaha-baru diakses pada 1 Mei 2020)

Buchari Alma, 2005.  Kewirausahaan;  Bandung: Alfabeta. Dalam Ermina Yogasuria (http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-manajemen/766-merintis-usaha-baru diakses pada 1 Mei 2020)

Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, 2004.  Kewirausahaan, Suatu Pendekatan Kontemporer.  Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Dalam Ermina Yogasuria (http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-manajemen/766-merintis-usaha-baru diakses pada 1 Mei 2020)

Suryana, 2001, Kewirausahaan, Jakarta: PT Salemba Empat. Dalam Ermina Yogasuria (http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-manajemen/766-merintis-usaha-baru diakses pada 1 Mei 2020)

Wasty Sumanto, 1984.   Pendidikan Wiraswasta, Jakarta: Bumi Aksara. Dalam Ermina Yogasuria (http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-manajemen/766-merintis-usaha-baru diakses pada 1 Mei 2020)