Contoh Audit Atas Akun Persediaan Perusahaan

 AUDIT ATAS AKUN PERSEDIAAN PT. RIJAL WATER TAHUN 2019

Laporan ini membahas proses audit yang dilaksanakan oleh KAP HABIBULLOH terhadap akun persediaan PT. RIJAL WATER untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019. PT. RIJAL WATER adalah perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK). Fokus pembahasan adalah kebijakan akuntansi dan prosedur audit yang dilakukan oleh KAP HABIBULLOH atas akun persediaan, yang mencakup bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, dan persediaan lain. Berdasarkan hasil proses audit, saldo akun persediaan PT. RIJAL WATER sudah disajikan dengan wajar dan salah saji yang ada tidak bersifat material. Prosedur audit yang dijalankan tim audit KAP HABIBULLOH sudah sesuai dengan teori dan standar yang berlaku.

Gambaran Umum PT. RIJAL WATER

1.     Profil PT. RIJAL WATER

PT. RIJAL WATER bergerak di industri manufaktur dan dikenal sebagai salah satu produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) utama di Indonesia. PT. RIJAL WATER telah berdiri selama lebih dari 40 tahun di Indonesia, awalnya sebagai sebuah perusahaan keluarga. PT. RIJAL WATER kemudian bergabung dengan DEF Group, salah satu grup yang bergerak di industri fast moving consumer goods (FMCG) terbesar di dunia saat ini. Oleh karena itu, untuk keperluan pelaporan untuk konsolidasi (group reporting), kebijakan akuntansi PT. RIJAL WATER mengikuti pedoman yang telah ditetapkan oleh DEF Group .

Saham PT. RIJAL WATER tidak diperjualbelikan secara publik. Struktur kepemilikan PT. RIJAL WATER dapat dilihat pada Gambar

Struktur Kepemilikan PT. RIJAL WATER

Sumber: PT. RIJAL WATER (telah diolah kembali)

 PT. RIJAL WATER merupakan induk perusahaan dari PT B dan PT C. Bersama-sama, ketiga perusahaan disebut sebagai Grup ABC. Audit atas laporan keuangan Grup ABC dilakukan oleh KAP HABIBULLOH dan ditangani oleh tim perikatan audit yang sama. Dalam hal ini, PT. RIJAL WATER, PT B, dan PT C memiliki peran yang sama yaitu sebagai produsen AMDK. PT. RIJAL WATER juga membeli barang jadi hasil produksi dari PT B dan PT C, karena PT B adalah pemegang merek “A” dan hak penjualan ke pihak ketiga hanya dimiliki oleh PT. RIJAL WATER.

Sejak tahun 2003, PT. RIJAL WATER mulai menggunakan sistem SAP untuk operasi bisnisnya sehari-hari. Sistem SAP diterapkan di semua tingkat, yaitu di kantor (head office/HO), pabrik, dan depot. Depot adalah pusat distribusi (disribution center) persediaan PT. RIJAL WATER. Grup ABC sendiri memiliki 19 pabrik dan 16 depot yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra. Sebagian besar dari pabrik dan depot milik Grup ABC merupakan milik PT. RIJAL WATER, dan sisanya adalah milik PT B dan PT C.

 

2.     Jenis-jenis Persediaan PT. RIJAL WATER

PT. RIJAL WATER memiliki enam jenis persediaan utama, yaitu:

1.       Bahan baku (raw materials)

Bahan baku utama yang dimiliki PT. RIJAL WATER adalah resin yang digunakan untuk membuat kemasan produk PT. RIJAL WATER. Resin adalah zat hidrokarbon yang merupakan bahan utama dalam pembuatan plastik. Perusahaan menggunakan empat jenis resin dengan spesifikasi berbeda untuk memproduksi berbagai jenis kemasan produknya. Resin awalnya merupakan zat cair, namun biasanya dijual ke perusahaan-perusahaan manufaktur dalam bentuk butiran (resin pellets).

2.       Kemasan (packaging)

Yang dimaksud dengan kemasan di sini adalah karton kardus yang digunakan untuk membungkus dan mendistribusikan botol-botol plastik yang sudah diisi.

3.       Barang setengah jadi (semi-finished goods)

Di PT. RIJAL WATER, yang termasuk kategori barang setengah jadi adalah botol preforms dan label untuk setiap produk. Preforms adalah resin yang sudah diolah menjadi botol plastik, namun masih berbentuk tabung standar. Preforms nantinya akan diproses lebih lanjut menjadi botol plastik dengan bentuk tertentu dengan cara dipanaskan dan ditiupkan ke dalam cetakan.

4.       Perlengkapan (supplies)

Perlengkapan yang dimiliki PT. RIJAL WATER terutama adalah perlengkapan pendukung mesin, seperti bahan bakar dan tinta untuk mencetak label, serta tisu yang diberikan dengan penjualan air minum dalam galon.

5.       Barang jadi (finished goods)

Barang jadi dalam persediaan PT. RIJAL WATER berupa botol plastik yang sudah diisi dengan produk air minum.

6.       Suku cadang (spare parts)

PT. RIJAL WATER juga memiliki persediaan berupa suku cadang untuk mesin-mesin yang dimiliki perusahaan.

Selain keenam jenis persediaan utama di atas, PT. RIJAL WATER juga memiliki persediaan lain yaitu trading product berupa AMDK dengan merek E. Produk E ini juga merupakan salah satu produk dari DEF Group. PT. RIJAL WATER tidak memproduksi produk ini, namun bertindak sebagai distributor saja.

Selain itu, meskipun memproduksi air minum dalam kemasan galon (jugs), PT. RIJAL WATER tidak mengklasifikasi produk ini sebagai persediaan ketika telah selesai diproduksi, namun sebagai aset tetap. Hal ini dilakukan oleh PT. RIJAL WATER karena galon merupakan returnable container atau barang kemasan yang dapat dikembalikan. Menurut kebijakan akuntansi DEF Group terkait persediaan, yang dapat dicatat atau diklasifikasikan sebagai persediaan adalah barang kemasan yang tidak dapat dikembalikan (“non-returnable containers”). Jika terjadi penjualan atas produk AMDK galon ini, PT. RIJAL WATER akan mengakui adanya deposit oleh konsumen dan mencatat liabilitas atau kewajiban kepada konsumen, atau disebut sebagai jugs deposit.

Sub-akun di bawah akun persediaan PT. RIJAL WATER terdiri dari setiap jenis persediaan di atas, sub-akun penyesuaian (adjustments) untuk masing-masing jenis persediaan, serta dua sub-akun provisi penurunan nilai untuk dua jenis persediaan, yaitu suku cadang dan barang jadi.

Gambaran Umum Proses Audit KAP HABIBULLOH

Akun persediaan merupakan salah satu akun yang cukup kompleks untuk diaudit. Di KAP HABIBULLOH, audit atas akun persediaan biasanya dilakukan oleh auditor yang memiliki pengalaman, yaitu minimal tingkat Senior Associate, seperti halnya dalam proses audit pada PT. RIJAL WATER ini.

Dalam melakukan proses audit, KAP HABIBULLOH menggunakan sebuah software yang didesain khusus oleh XYZ Global, yaitu XYZ Software. Software ini sudah dirancang berdasarkan metodologi audit yang dianut XYZ Global, yaitu XYZ Audit. Metodologi ini dirancang berdasarkan ISA dan ditambah dengan ketentuan dan pedoman dari XYZ Global. XYZ Software membantu auditor KAP HABIBULLOH dalam melakukan proses audit sesuai dengan tahapan-tahapannya, serta mendokumentasikan kegiatan-kegiatan selama proses audit berlangsung.

Untuk PT. RIJAL WATER, tim perikatan audit telah memulai proses audit sejak pertengahan tahun 2019, karena berdasarkan perjanjian, KAP HABIBULLOH akan melakukan audit atas laporan keuangan interim dan laporan keuangan tahunan. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh DEF Group serta tim audit DEF Group di Eropa.

Secara garis besar, proses audit yang diterapkan oleh KAP HABIBULLOH dilakukan dalam tiga tahapan utama, yaitu:

a.     Perencanaan (Planning)

b.     Audit lapangan (Audit fieldwork)

c.     Penyelesaian dan pelaporan audit (Completion and reporting) Tahapan-tahapan ini akan dibahas pada bagian berikutnya.

1.     Perencanaan Audit

Proses perencanaan hampir seluruhnya telah dilakukan saat proses audit atas laporan keuangan interim, sehingga tahap perencanaan untuk audit atas laporan keuangan tahunan ini biasanya merupakan revisi atau tambahan dari tahap perencanaan audit interim. Informasi yang digunakan untuk pembahasan tahapan ini didapat dari hasil diskusi dengan tim perikatan audit PT. RIJAL WATER dan juga dari dokumentasi audit yang ada. Berikut adalah kegiatan-kegiatan perencanaan pada awal proses audit di KAP HABIBULLOH

a.     Persiapan Perencanaan

Di KAP HABIBULLOH, proses penerimaan perikatan audit dimulai dengan tahap penerimaan klien baru atau pelanjutan klien lama (acceptance and continuance). PT. RIJAL WATER merupakan salah satu klien lama dari KAP HABIBULLOH. Penugasan audit untuk laporan keuangan PT. RIJAL WATER tahun 2019 ini merupakan penugasan tahun keempat sejak tahun 2011. Pada tahap ini, pihak KAP dan klien menentukan perwakilan dari pihak klien yang dapat dihubungi oleh KAP selama proses audit berlangsung. Dalam hal ini, PT. RIJAL WATER menunjuk Board of Directors (BoD) dan manajemen PT. RIJAL WATER.

KAP HABIBULLOH kemudian melakukan evaluasi awal atas risiko finansial dari PT. RIJAL WATER menggunakan Financial Risk Assessment System (FRISK). Sistem ini berisi pertanyaan-pertanyaan terkait isu bisnis perusahaan, tata kelola perusahaan, etika dan integritas, praktek akuntansi dan pengendalian, keberlangsungan (going concern) perusahaan, serta isu-isu audit lainnya.

Setelah itu, tim audit dari KAP HABIBULLOH melakukan pertemuan pertama dengan pihak PT. RIJAL WATER untuk membahas rencana audit. Isu-isu yang dibahas antara lain adalah perkenalan dengan tim audit, kondisi lingkungan bisnis perusahaan, gambaran umum kinerja perusahaan, peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi selama tahun buku yang diaudit, serta permintaan khusus dari pihak klien untuk memberikan perhatian lebih kepada area-area tertentu yang dinilai pihak klien memiliki risiko tinggi.

KAP HABIBULLOH juga kemudian menentukan benchmark yang akan digunakan untuk menentukan tingkat materialitas, menentukan kebutuhan akan Quality Review Partner (QRP), dan menentukan keperluan prosedur tambahan untuk fase identifikasi risiko pada tahap perencanaan. Dalam hal ini, QRP tidak diperlukan karena PT. RIJAL WATER bukan merupakan klien high-profile maupun entitas publik, dan ada penambahan prosedur yaitu pemahaman atas pengendalian internal, karena PT. RIJAL WATER memiliki prosedur pengendalian internal.

b.     Prosedur Awal Perencanaan

KAP HABIBULLOH kemudian melakukan pemeriksaan independensi, untuk memastikan tidak ada konflik kepentingan selama proses audit atas PT. RIJAL WATER berlangsung. Setiap anggota tim audit diminta menandatangani surat pernyataan independensi yang menyatakan bahwa anggota tim tidak memiliki kepentingan bisnis, keluarga, atau keuangan terhadap perusahaan klien, sedang menjabat sebagai karyawan PT. RIJAL WATER, atau pernah menjabat sebagai karyawan PT. RIJAL WATER selama periode audit.

KAP HABIBULLOH juga memeriksa apabila ada anggota tim audit di penugasan sebelumnya yang saat ini menjadi pegawai di perusahaan klien dan memiliki kewenangan atas pencatatan akuntansi atau pelaporan keuangan di perusahaan tersebut. Dalam audit atas PT. RIJAL WATER kali ini, memang ada seorang manajer tim audit atas PT. RIJAL WATER di penugasan sebelumnya yang saat ini menjadi Accounting Director di PT. RIJAL WATER sejak Agustus 2019. Namun meskipun adanya kondisi ini, KAP HABIBULLOH dapat memastikan independensi tim audit dan KAP HABIBULLOH dengan pertimbangan tidak ada lagi hubungan signifikan antara KAP dengan orang tersebut, KAP tidak lagi memiliki kewajiban pembayaran atau tunjangan kepada orang tersebut, dan orang tersebut tidak lagi berpartisipasi dalam kegiatan bisnis KAP.

Selain itu, biaya audit atas PT. RIJAL WATER juga bukan merupakan sumber pendapatan dengan porsi yang besar bagi KAP HABIBULLOH, tidak ada biaya audit yang masih menjadi kewajiban PT. RIJAL WATER ke KAP HABIBULLOH dari penugasan audit sebelumnya, dan tidak ada jasa selain audit (non-audit services) yang diberikan XYZ Indonesia kepada PT. RIJAL WATER.

Kemudian, KAP HABIBULLOH menyiapkan surat perikatan audit (engagement letter) untuk mendokumentasikan syarat-syarat dan kondisi perikatan audit ini. Engagement letter yang dibuat menjelaskan lingkup audit, tanggung jawab serta hak pihak manajemen dan auditor, akses informasi bagi auditor, biaya audit yang sudah disepakati termasuk jadwal pembayarannya, tanggal efektif berlakunya perjanjian, kerahasiaan, dan hal lainnya terkait perikatan audit ini. Surat ini kemudian disetujui dan ditandatangani oleh kedua pihak, dalam hal ini oleh Partner-in-charge KAP HABIBULLOH untuk audit atas PT. RIJAL WATER dan Presiden Direktur PT. RIJAL WATER.

c.     Identifikasi Risiko

Tahap berikutnya dalam proses perencanaan audit adalah identifikasi risiko bisnis klien. Untuk membantu identifikasi risiko, tim audit kemudian melakukan pemahaman atas bisnis dan lingkungan bisnis PT. RIJAL WATER untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang berpotensi memiliki dampak pada laporan keuangan perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain industri dan kompetitor, regulasi relevan yang berlaku atas perusahaan, tingkat inflasi, suku bunga, struktur tata kelola dan kepemilikan perusahaan, operasi bisnis perusahaan, kegiatan investasi, kegiatan pendanaan, pedoman pelaporan keuangan, standar akuntansi, dan kinerja keuangan perusahaan. Tim audit kemudian mengidentifikasi kemungkinan dampaknya pada laporan keuangan perusahaan.

Tim audit kemudian melakukan pemahaman dan evaluasi atas pengendalian internal PT. RIJAL WATER, yang dilakukan berdasarkan lima komponen pengendalian internal yang diterbitkan oleh Committee of Sponsoring Organization (COSO) atau sering disebut sebagai COSO Framework. Kelima komponen tersebut adalah:

a.       Control Environment

b.       Risk Assessment

c.       Control Activities

d.       Information and Communication

e.       Monitoring

 

Pemahaman atas internal kontrol dilakukan dengan mewawancarai kepala divisi Fraud and Risk Investigation, kepala divisi Internal Audit, tim Risk, Control, and Audit (RCA), serta Accounting Director PT. RIJAL WATER. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, tim audit menemukan tidak ada perubahan pada pengendalian maupun personil yang bertanggung jawab atas pengendalian berdasarkan proses bisnis sesuai COSO Framework PT. RIJAL WATER pada bulan Oktober sampai Desember 2019. Oleh karena itu, hasil evaluasi masih sama dengan evaluasi pengendalian internal pada saat audit interim, yaitu bahwa pengendalian internal perusahaan sudah cukup memadai.

 

Tim audit kemudian melakukan prosedur analitis awal untuk menilai risiko. Dalam hal ini, tim audit PT. RIJAL WATER membandingkan kinerja keuangan PT. RIJAL WATER pada 31 Desember 2019 dengan kinerja 31 Agustus 2019 (tanggal laporan keuangan interim), kinerja industri dan kondisi eksternal lainnya, ekspektasi klien berdasarkan strategi bisnis klien untuk tahun 2019, serta ekspektasi auditor berdasarkan informasi-informasi yang ada. Berdasarkan analisis tersebut, tim audit kemudian merencanakan prosedur substantif yang akan perlu dilakukan pada tahap audit lapangan untuk masing-masing komponen laporan keuangan atau financial statement line item (FSLI).

Menurut hasil analisis, fluktuasi persediaan dari pertengahan ke akhir tahun 2019 sebesar 6% bukan merupakan perubahan yang tidak lazim maupun tidak diantisipasi (unusual or unexpected). Fluktuasi ini sejalan dengan kenaikan COGS sebesar 10% dan pendapatan sebesar 10% yang disebabkan oleh kenaikan volume penjualan serta kenaikan harga jual beberapa lini produk sebesar hampir 4%. Selain itu, nilai fluktuasi juga berada jauh di bawah batasan materialitas yang digunakan, yaitu performance materiality (PM). Dengan pertimbangan tersebut, tim audit memutuskan untuk selanjutnya melakukan prosedur substantif berikut ini untuk akun persediaan:

a.       Melakukan observasi fisik persediaan

b.       Menguji cutoff persediaan

c.       Menguji provisi atas persediaan

d.       Menguji nilai realisasi neto atau NRV

Sebagian kertas kerja untuk prosedur analitis ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Selain itu, tim audit juga mengidentifikasi risiko kecurangan atau fraud di PT. RIJAL WATER, yaitu kondisi-kondisi PT. RIJAL WATER yang memungkinkan terjadinya fraud serta kasus-kasus fraud yang terjadi pada tahun buku 2019, terutama yang terjadi setelah pertengahan tahun 2019 (akhir periode interim). Tim audit menemukan adanya beberapa kasus fraud yang dikategorikan sebagai significant fraud, dan pelakunya sudah diberikan sanksi yang sesuai.

d.     Penyusunan Strategi, Pendekatan, dan Rencana Audit

Setelah mengidentifikasi risiko klien, tim audit kemudian melakukan evaluasi dan penilaian atas risiko-risiko yang ada, untuk kemudian memutuskan prosedur audit yang perlu dilakukan terkait adanya risiko-risiko tersebut. Tabel 4.1 memaparkan risiko-risiko yang dinilai signifikan dan tinggi oleh tim audit PT. RIJAL WATER.

Tabel 4.1 Risiko Bisnis PT. RIJAL WATER yang Signifikan dan Tinggi

 

FSLI

Relevant Assertions

Risk Description

Level of Risk

All accounts

All assertions

Management override of controls

Significant

Revenue

Existence,

Accuracy

Risk     of     fraud            in     revenue

recognition

Significant

Accrued

trade promo

Existence,

Valuation

Risk of overstatement of accrued

trade promo

Elevated

Provision

jugs

Valuation

Accounting estimates for jugs

deposit

Elevated

Sumber: Kertas Kerja KAP HABIBULLOH (telah diolah kembali)

Penjelasan terkait risiko-risiko di atas adalah sebagai berikut:

a.       Management override of controls

Risiko ini dianggap signifikan karena pihak manajemen memiliki kekuasaan yang cukup untuk dapat melakukan kecurangan dengan memanipulasi catatan akuntansi dan menyiapkan laporan keuangan yang mengandung salah saji.

b.       Risk of fraud in revenue recognition

Risiko ini dianggap signifikan karena adanya cukup tekanan atau pressure untuk melakukan kecurangan demi meningkatkan pengakuan pendapatan. Tekanan ini berasal dari target yang ditetapkan oleh perusahaan.

c.       Risk of overstatement of accrued trade promo

Akrual untuk promosi di PT. RIJAL WATER disiapkan oleh manajemen berdasarkan budget yang disiapkan oleh perusahaan, dan menggunakan cukup banyak asumsi dan pertimbangan yang dibuat oleh manajemen sendiri. Oleh karena itu, tim audit menilai bahwa ada risiko yang cukup tinggi atas akrual ini.

d.       Accounting estimates for jugs deposit

Untuk mengukur nilai derecognition atas jugs deposit ke laba-rugi, PT. RIJAL WATER menggunakan dua metode yang berbeda. Untuk keperluan pelaporan ke DEF Group, PT. RIJAL WATER memakai estimasi tingkat jugs refund berdasarkan jugs study yang dilakukan oleh suatu KAP lain, sedangkan untuk pelaporan di Indonesia (local statutory reporting), PT. RIJAL WATER menggunakan estimasi tingkat kerusakan (breakage rate). Perlakuan ini berpotensi memunculkan masalah jika dipertanyakan oleh pihak eksternal seperti Direktorat Jenderal Pajak (DJP), karena perbedaan hasil perhitungan dengan kedua metode semakin berbeda dari tahun ke tahun. Selain itu, saldo akun jugs deposit juga sangat tinggi, sehingga tim audit menilai ada risiko yang cukup tinggi atas pengukuran nilai jugs deposit ini.

Berdasarkan penilaian atas risiko-risiko yang ada, tim audit PT. RIJAL WATER kemudian menentukan tingkat materialitas yang sesuai untuk dipakai sebagai benchmark dalam melakukan prosedur audit atas PT. RIJAL WATER. KAP HABIBULLOH menggunakan tiga tingkat materialitas sebagai benchmark, yaitu:

a.       Overall Materiality (OM)

Menurut XYZ Audit Guide, overall materiality adalah tingkat materialitas yang digunakan untuk menilai laporan keuangan secara keseluruhan. OM ditentukan berdasarkan hasil penilaian risiko pada tahap prosedur analitis


 

 

serta pemahaman akan entitas dan lingkungan bisnisnya. OM biasanya merupakan persentase (rule-of-thumb) dari tolak ukur tertentu yang dianggap relevan, misalnya laba sebelum pajak. Rule-of-thumb yang digunakan biasanya berdasarkan pengalaman dan professional judgment auditor.

Tolak ukur yang digunakan untuk menghitung OM dalam audit atas PT. RIJAL WATER adalah laba sebelum pajak pada 31 Desember 2019, sedangkan rule-of- thumb yang digunakan adalah 10%, dengan pertimbangan:

-                              Klien bukan merupakan entitas publik

-                              Klien dinilai memiliki risiko yang rendah

-                              Klien tidak memiliki banyak kewajiban pelaporan kepada pihak ketiga, karena hanya perlu melapor kepada induk perusahaan (DEF Group), beberapa pemegang saham minoritas lainnya, dan DJP

Perhitungan OM untuk audit atas PT. RIJAL WATER adalah sebagai berikut: OM = 10% × Laba sebelum pajak 31 Desember 2019

= 10% × Rp44.454.000.000

= Rp4.445.400.000

b.       Performance Materiality (PM)

Perfomance materiality ditetapkan untuk memastikan bahwa total salah saji dari masing-masing kelas transaksi, saldo akun, maupun pengungkapan laporan keuangan tidak akan melebihi materialitas laporan keuangan secara keseluruhan atau OM. Menurut XYZ Audit Guide, saldo akun yang nilainya lebih besar daripada PM akan diuji, namun bukan berarti saldo akun yang berada di bawah PM akan dikecualikan dari prosedur audit. PM hanya berfungsi sebagai pedoman saja dan auditor tetap harus menggunakan professional judgment.

KAP HABIBULLOH biasanya menggunakan tingkat PM sebesar 50%, 75%, atau 90% dari OM. Artinya, pengurangan (haircut) yang diaplikasikan pada OM adalah sebesar 10%, 25%, atau 50%. Pemilihan tingkat haircut didasarkan pada sejarah adanya salah saji pada laporan keuangan klien, penilaian risiko atas klien, dan penilaian atas efektivitas dari pengendalian internal perusahaan. Tim audit PT. RIJAL WATER memutuskan untuk menggunakan tingkat haircut sebesar 25% dari OM dengan pertimbangan:

-                              Klien merupakan klien audit lama dan pada penugasan audit sebelumnya terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan atas laporan keuangan klien

-                              Risiko audit secara keseluruhan dinilai rendah, karena klien tidak beroperasi di industri yang berisiko tinggi dan biasanya tidak menghadapi tekanan yang tinggi dari pasar

-                               

Perhitungan PM untuk audit atas PT. RIJAL WATER adalah sebagai berikut: PM = (100% – 25%) × OM

= 75% × Rp4.445.400.000

= Rp3.334.050.000

c.       De Minimis Summary of Uncorrected Misstatement (SUM)

Sebagai tingkatan materialitas paling rendah, de minimis SUM, atau yang lebih sering disebut sebagai SUM saja, biasanya diterapkan pada tingkat saldo sub-akun. Salah saji yang nilainya berada di bawah SUM dianggap memiliki dampak sangat kecil dan dapat diabaikan (clearly trivial), sehingga tidak perlu diakumulasikan dan dicatat pada SUM.

Pada KAP HABIBULLOH, tingkat SUM biasanya adalah sebesar 0%, 3%, 5%, atau 10% dari OM, dan dipilih berdasarkan professional judgment serta kondisi penugasan audit, misalnya ekspektasi dari pihak manajemen dan komite audit klien. Tim audit PT. RIJAL WATER menetapkan SUM sebesar 10% dengan pertimbangan:

-   berdasarkan pengalaman audit tahun-tahun sebelumnya, penyesuaian audit hampir tidak ada dan biasanya merupakan penyesuaian yang wajar terjadi

-   hasil penilaian atas risiko klien mengindikasikan risiko salah saji yang kecil dengan adanya pengendalian internal yang efektif

-   pihak manajemen hanya meminta auditor untuk mengkomunikasikan salah saji yang nilainya besar saja, baik salah saji secara individual maupun agregat

Perhitungan SUM untuk audit atas PT. RIJAL WATER adalah sebagai berikut: SUM = 10% × OM

= 10% × Rp4.445.400.000

= Rp444.540.000

Setelah menentukan tingkat materialitas, tim audit juga menentukan rencana penggunaan konfirmasi eksternal untuk membantu prosedur substantif audit. Dalam hal ini, tim audit berencana meminta konfirmasi dari bank yang memiliki hubungan dengan klien untuk konfirmasi saldo kas di bank dan fasilitas yang dimiliki perusahaan dari bank tersebut, konfirmasi dari pihak eksternal atas accounts receivable perusahaan, serta konfirmasi dari pihak eksternal terkait litigasi, transaksi pihak berelasi, dan kepemilikan saham perusahaan.

Tim audit juga perlu mengidentifikasi jika ada bukti audit yang akan digunakan dalam proses audit, yang disiapkan oleh jasa profesional (expert work), untuk kemudian melakukan prosedur substantif yang akan memastikan bahwa informasi yang disiapkan memang akurat. PT. RIJAL WATER menggunakan jasa aktuaria eksternal yang diberikan oleh PT M Indonesia Consulting untuk mengukur kewajiban tunjangan karyawan atau employee benefit obligation PT. RIJAL WATER berdasarkan PSAK 24 dan Undang-undang No. 13 Tahun 2003. Selain itu, tim audit juga menetapkan penggunaan jasa auditor expert untuk audit atas laporan keuangan tahunan PT. RIJAL WATER, yaitu tim Risk & Control Solutions (RCS) dari KAP HABIBULLOH untuk mengevaluasi Information Technology General Control (ITGC) perusahaan, karena penggunaan sistem SAP oleh perusahaan.

Atas PT. RIJAL WATER, tim audit dalam waktu yang bersamaan melakukan dua jenis audit, yaitu component audit dan local statutory audit. Component audit dilakukan atas klien sebagai entitas komponen dari suatu grup atau induk perusahaan tertentu, dalam hal ini DEF Group, yang bertujuan melaporkan temuan-temuan audit kepada auditor grup tersebut untuk keperluan konsolidasi grup. Local statutory audit dilakukan atas klien sebagai entitas yang berdiri sendiri dengan tujuan memberikan opini atas penyajian laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu dalam tahap penyusunan rencana audit, tim audit PT. RIJAL WATER sebagai component auditor perlu melakukan komunikasi dengan group auditor untuk mendapatkan instruksi dari group auditor tentang hal-hal tertentu yang perlu dilakukan oleh tim audit PT. RIJAL WATER untuk keperluan group auditor. Dalam hal ini, group auditor sebenarnya sudah menetapkan tingkat materialitas untuk digunakan dalam audit atas PT. RIJAL WATER sebagai audit komponen. Namun, karena nilainya tidak jauh lebih tinggi daripada materialitas yang sudah ditetapkan tim audit PT. RIJAL WATER untuk keperluan local statutory audit, tim audit PT. RIJAL WATER memutuskan untuk tetap menggunakan materialitas yang sudah dihitung.

Tim audit juga kemudian menentukan jadwal serta pertimbangan perencanaan lainnya seperti budget dan alokasi pekerjaan anggota tim audit. Jadwal yang ditentukan misalnya jadwal rapat dengan klien, jadwal review oleh ketua tim perikatan audit (engagement leader), dan jadwal inspeksi fisik persediaan. Tim audit juga menyiapkan Client Assistant Schedule (CAS) yaitu jadwal pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang perlu melibatkan pihak klien serta kebutuhan dokumen pendukung.

e.       Penyelesaian Rencana Audit

Pada tahap terakhir, engagement leader dan manager-in-charge melakukan review atas rencana audit yang sudah dibuat untuk memastikan semua tahapan dan pertimbangan sudah dilakukan. Proses ini dibantu dengan checklist yang diisi oleh engagement leader dan manager-in-charge. Setelah itu, auditor perlu melakukan komunikasi dengan pihak manajemen klien mengenai rencana audit yang akan dijalankan, termasuk tanggung jawab masing-masing pihak, lingkup audit, dan jadwal audit.

2.     Audit Lapangan (Pelaksanaan)

Setelah rencana audit dibuat dan disetujui oleh kedua pihak, tim audit kemudian dapat mulai melakukan audit lapangan (audit fieldwork) sesuai jadwal dan ketentuan yang telah ditetapkan. Prosedur yang dilakukan untuk setiap komponen laporan keuangan atau FSLI adalah sebagai berikut:

1.          Melakukan pemahaman dan evaluasi atas proses bisnis dan kegiatan pengendalian yang relevan

2.          Menyiapkan lead schedule

3.          Melakukan pengujian pengendalian (tests of controls)

4.          Melakukan pengujian detail saldo (tests of details)

 

 

Atas saldo akun persediaan PT. RIJAL WATER pada tanggal 31 Desember 2019, tim audit PT. RIJAL WATER juga melakukan prosedur-prosedur di atas. Pemahaman atas proses bisnis dan kegiatan pengendalian terkait persediaan perusahaan sudah dilakukan pada saat audit interim. Tests of controls juga sebagian besar telah dilakukan pada audit interim, dan kemudian diperbarui (update) dengan melakukan pemeriksaan atas sampel tambahan untuk menguji periode yang belum diuji (intervening period), yaitu sejak tanggal laporan keuangan interim hingga tanggal 31 Desember 2019. Lead schedule untuk saldo persediaan pada tanggal 31 Desember 2019 juga disiapkan. Kemudian, tim audit melakukan tests of details.

a.     Pemahaman dan Evaluasi atas Proses Bisnis dan Kegiatan Pengendalian terkait Siklus Persediaan PT. RIJAL WATER

Sebelum memulai prosedur audit lapangan berikutnya, auditor tentu harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai proses bisnis kliennya untuk membantu auditor mengumpulkan bukti yang cukup, sesuai, dan layak, sehingga pada akhirnya dapat membuat kesimpulan opini atas penyajian laporan keuangan klien. Pemahaman dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak manajemen, terutama pihak-pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab atas proses bisnis yang relevan, dalam hal ini proses-proses terkait persediaan. Pihak-pihak yang diwawancarai oleh tim audit PT. RIJAL WATER untuk melakukan pemahaman ini antara lain:

a.       National Plant Controller

b.       Regional Plant Controller

c.       Assistant Plant Controller

d.       Direct SSD Purchasing Manager

e.       Cost Master Data Maintenance Administrator

f.        Master Data Staffs

g.       Tim Business Planning Analysis (BPA) dari divisi keuangan

 

Selain wawancara, tim audit juga melakukan observasi atas pelaksanaan kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan, misalnya dengan mengobservasi proses pencatatan atau penggunaan sistem SAP. Tim audit juga melakukan inspeksi atas dokumen-dokumen pendukung, misalnya Nota Penyerahan Hasil Produksi (NPHP) ketika proses produksi sudah selesai.

Setelah memahami proses bisnis dalam siklus persediaan PT. RIJAL WATER, tim audit kemudian melakukan evaluasi atas kegiatan pengendalian yang diaplikasikan PT. RIJAL WATER untuk proses-proses terkait persediaan untuk kemudian menentukan prosedur pengujian pengendalian atau tests of controls yang perlu dilakukan.

Tim audit mendokumentasikan hasil pemahaman ini pada kertas kerja yang disediakan. Namun, masih ada beberapa detil pemahaman proses bisnis yang sebenarnya telah dipahami dan diketahui oleh tim audit tetapi belum didokumentasikan secara lengkap pada kertas kerja.

b.     Menyiapkan Lead Schedule

Auditor perlu mendapatkan atau menyiapkan listing dari akun-akun pada buku besar serta nominal saldo akhir tahunnya, karena ini merupakan dasar yang digunakan perusahaan untuk menyiapkan laporan keuangan. Listing ini sering disebut sebagai trial balance. Untuk melakukan prosedur audit atas komponen laporan keuangan, misalnya dalam kasus ini pada akun persediaan, auditor perlu terlebih dahulu menyiapkan rincian akun atau sub-akun dari komponen yang akan diuji. Rincian-rincian ini dirangkum pada lead schedule. Di KAP HABIBULLOH, kertas kerja lead schedule biasanya berisi sub-akun dari komponen yang diuji, saldo akhir tahun masing-masing sub-akun, saldo akhir tahun sebelumnya, dan penjelasan untuk setiap akun yang menerangkan sifat dari tiap sub-akun. Rincian saldo tiap sub-akun persediaan pada 31 Desember 2019 dapat dilihat pada

Saldo Sub-Akun Persediaan PT. RIJAL WATER pada 31 Desember 2019

 

Sub-akun Persediaan

Saldo 31 Desember 2019 (dalam Rp)

Raw materials

121.390.624

Supplies

223.128.813

Spare Parts Inventory

1.312.364.018

Packaging

1.485.478.596

Semi-finished Goods

387.344.141

Finished Goods

735.221.473

Miscellaneous non core products

3.022.288

Trading products

88.368.986

Packaging value adjustment

(20.856.994)

Finished products value adjustment

(753.007)

Supplies value adjustment

-

Raw materials value adjustment

-

Semi-finished products value adjustment

-

Trading products value adjustment

112.248.816

Miscellaneous non core products value adjustment

-

Spare parts value adjustment

-

Spare parts - Provisions for Obsolescence

(449.390.027)

Finished Goods - Provision for Obsolescence

(1.780.583)

Total - Inventory

3.995.787.145

Sumber: Kertas Kerja KAP HABIBULLOH (telah diolah kembali)

c.     Tests of Controls

Setelah mengevaluasi pengendalian terkait persediaan, tim audit kemudian memutuskan pengendalian mana yang akan diuji, serta prosedur pengujiannya, test of control. Tabel merangkum pengendalian terkait persediaan yang akan diuji oleh tim audit, serta tujuan audit yang akan dicapai melalui proses audit. Sebagian besar dilakukan oleh auditor ahli (auditor’s expert) yaitu perwakilan dari tim RCS dari KAP HABIBULLOH, karena sistem pencatatan PT. RIJAL WATER menggunakan SAP, sehingga membutuhkan kemampuan khusus dalam teknologi informasi untuk dapat melakukan pengujian pengendalian di sistem SAP ini. Tim RCS biasanya melakukan prosedur audit untuk menguji pengendalian yang terkait dengan informasi teknologi, atau disebut sebagai ITGC. Tim audit laporan keuangan kemudian melakukan evaluasi atas pekerjaan dan kesimpulan yang diambil oleh tim RCS.

Pengendalian yang Diuji serta Tujuan Audit yang Dicapai

 

Pengendalian yang Diuji

C

A

CO

E/O

R&O

P&D

V

Rekonsiliasi     perpindahan                          barang                          sudah

dilakukan dengan benar

a

a

 

a

a

 

 

Barang     yang     rusak     atau                usang   sudah

diidentifikasi*

 

a

 

a

 

 

a

Produksi barang jadi yang dicatat di sistem

sudah sesuai dengan dokumen pendukung

a

a

 

a

 

a

 

Suku cadang dihitung secara berkala dan

nilainya diukur dengan benar

 

a

 

a

a

 

 

Perubahan biaya standar di sistem sudah sesuai

dengan dokumen yang disetujui

 

a

 

a

 

 

 

Sistem    mencatat    varians               atas            persediaan

berdasarkan akun-akun yang telah ditentukan*

 

a

 

a

 

 

 

Barang yang diterima dicocokkan dengan

dokumen penerimaan yang sudah terotorisasi

 

a

 

a

 

 

 

Keterangan:

C: Completeness; A: Accuracy; CO: Cutoff; E/O: Existence/Occurence; R&O: Rights & Obligations; P&D: Presentation & Disclosure; V: Valuation

*: merupakan ITGC

Sumber: Hasil olahan penulis berdasarkan kertas kerja KAP HABIBULLOH

Selanjutnya akan dibahas masing-masing pengujian pengendalian di atas. Untuk pengendalian yang merupakan ITGC, tidak akan dibahas secara detail teknis dari prosedur pengujian, hanya garis besar prosedur serta kesimpulannya saja.

1.  Rekonsiliasi Perpindahan Barang Sudah Dilakukan dengan Benar

Setiap bulan, Plant Controller akan memeriksa Laporan Bulanan Resin dari Kepala Gudang Material. Laporan tersebut mencakup rekonsiliasi saldo resin pada laporan dari co-packer dan saldo yang tercatat pada sistem SAP PT. RIJAL WATER. Jika ada perbedaan antara kedua saldo, Kepala Gudang Material harus memberikan penjelasan, termasuk penyebab perbedaan saldo, langkah tindak lanjut yang akan diambil, serta klarifikasi dari pihak co-packer. Tim audit kemudian menguji kegiatan pengendalian ini untuk memastikan tercapainya asersi completeness, accuracy, existence, dan rights & obligations untuk akun persediaan PT. RIJAL WATER.

Tim audit melakukan pengujian atas sampel, yaitu rekonsiliasi bulanan pada tiap pabrik untuk tiap co-packer, dengan memastikan tercapainya atribut-atribut berikut:

a.     Adanya konfirmasi saldo resin oleh co-packer untuk pabrik dan bulan tersebut

b.     Rekonsiliasi antara saldo co-packer dengan angka SAP disetujui/ditandatangani oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini Logistic Manager dan Plant Controller

c.     Jika ada perbedaan saldo persediaan antara SAP dan laporan co-packer, perbedaan ini sudah diinvestigasi dan dicari tahu penyebabnya

Penentuan jumlah sampel yang diperlukan untuk pengujian pengendalian akan tergantung pada beberapa faktor, antara lain:

a.     Frekuensi kegiatan pengendalian

b.     Ekspektasi deviasi dari pengendalian

c.     Tingkat relevansi dan keandalan bukti audit

d.     Seberapa besar bukti audit yang diambil pada pengujian pengendalian lain untuk menguji asersi yang sama

e.     Sifat pengendalian yang diuji (apakah terotomatisasi atau manual, apakah pengendalian kunci lainnya bergantung pada pengendalian yang diuji, apakah pengendalian membutuhkan banyak pertimbangan manual, apakah prosedur pengendalian bersifat kompleks, dan apakah ada risiko besar bahwa manajemen dapat mengesampingkan pengendalian/override controls)

f.      Apakah ada perubahan desain atau pengoperasian dari pengendalian tersebut

Berdasarkan XYZ Audit Guide, untuk pengendalian yang sudah terotomatisasi, ukuran sampel yang diperlukan biasanya sedikit. Untuk pengendalian yang bersifat manual, pedoman penentuan jumlah sampel sesuai dengan frekuensi pengendalian, jumlah populasi, dan tingkat keyakinan yang diinginkan  dapat  dilihat  pada Tabel berikut.

Penentuan Jumlah Sampel untuk Pengujian Pengendalian

 

 

Frekuensi Pengendalian

Jumlah Populasi (berapa kali kegiatan

pengendalian dilakukan)

Jumlah Sampel

Tingkat Keyakinan yang Tinggi

Tingkat Keyakinan yang sedang

Tahunan

1

1

1

Triwulanan

4

2

1

Bulanan

12

2

2

Mingguan

52

5

4

Harian

250

20

10

Beberapa kali sehari

Lebih dari 250

25

15

Sumber: XYZ Audit Guide

Berdasarkan pedoman tersebut, dengan jumlah populasi sebesar 1.404, jumlah sampel yang diambil adalah 25 sampel. Dari seluruh sampel yang diinspeksi, sebagian besar menunjukkan adanya perbedaan saldo antara SAP dan laporan co-packer, namun seluruh perbedaan sudah diinvestigasi dan alasannya dapat diterima. Oleh karena itu, tim audit menilai bahwa pengawasan manajemen atas persediaan PT. RIJAL WATER yang ada di pihak ketiga yaitu co-packer sudah cukup memadai.

Karena pengujian ini sudah dilaksanakan pada saat audit interim, tim audit tidak melakukan pengujian ulang keseluruhan karena pengendalian masih sama, namun hanya menambah jumlah sampel saja yaitu sebanyak tiga sampel untuk menguji intervening period. Kesimpulan dari tambahan pengujian tetap sama dengan kesimpulan sebelumnya.

2.  Barang yang Rusak atau Usang Sudah Diidentifikasi

Untuk memastikan accuracy, existence, dan valuation dari persediaan, tim audit kemudian menguji apakah barang yang rusak dan rusak sudah diidentifikasi dan dicatat dengan benar. Pengujian dilakukan oleh tim RCS dengan menguji atribut- atribut berikut untuk pabrik tertentu pada bulan tertentu. Atribut tersebut adalah:

1.          Adanya penyesuaian untuk allowance dan write-off persediaan untuk prosedur tutup buku akhir bulan (di SAP)

2.          Adanya inspeksi fisik persediaan (stock take) untuk memeriksa barang usang atau rusak minimal satu kali setiap enam bulan)

Dengan jumlah populasi sebesar 228, yaitu perkalian dari jumlah pabrik (19 pabrik) dan frekuensi penyesuaian (12 kali dalam satu tahun), jumlah sampel yang digunakan adalah 10 sampel. Hasil pengujian menemukan ada satu pabrik yang tidak mengidentifikasi barang yang usang atau rusak. Tim RCS kemudian melakukan diskusi dengan tim RCA dari PT. RIJAL WATER untuk menilai dampak dari kegagalan ini. Menurut diskusi, kelemahan ini kemungkinan tidak akan berdampak material pada laporan keuangan karena inventory turnover sangat tinggi dan persediaan memiliki risiko yang cukup kecil untuk menjadi usang.

Tim RCS juga melakukan pengujian tambahan untuk intervening period dengan menambah tiga sampel, dan menemukan ada dua pabrik yang tidak melakukan inspeksi barang usang dan rusak. Kesimpulan yang diambil masih sama dengan hasil pengujian pada audit interim.

3.     Produksi Barang Jadi yang Dicatat di Sistem Sudah Sesuai dengan Dokumen Pendukung

Staf gudang penyimpanan barang jadi (Finished Goods Warehouse/FGWH) memeriksa jumlah barang jadi yang diterima dari divisi Produksi dan mencatat penerimaan tiap palet, yaitu lapisan kayu yang digunakan sebagai alas muatan agar dapat ditumpuk dan diangkat dengan mudah, dengan membuat Bukti Penerimaan Hasil Produksi (BPHP). Pada akhir tiap shift, Supervisor FGWH dan Supervisor Produksi membandingkan angka pada SAP dengan Nota Penerimaan Hasil Produksi (NPHP) dan BPHP. Jika sesuai, Supervisor Produksi akan menandatangani NPHP. Jika tidak, perbedaan yang ada akan diinvestigasi dan diselesaikan pada saat itu juga.

Untuk menguji pengendalian ini, melakukan prosedur sebagai berikut:

a.     Meminta sampel (per pabrik dan per produksi barang jadi)

b.     Meminta BPHP dan NPHP dari sampel yang diambil berdasarkan listing Goods Issue (GI) untuk semua pabrik

c.     Melakukan vouching dokumen untuk menguji atribut berikut:

                                              i.  Total kuantitas per material di GI sesuai dengan kuantitas di NPHP dan BPHP

                                        ii.       NPHP dan BPHP ditandatangani oleh pihak yang diotorisasi

 

Pengujian ini sudah dilakukan pada tahun sebelumnya, yaitu pada audit atas laporan keuangan 2013, dan hasilnya memuaskan. Karena siklus persediaan bukan merupakan risiko signifikan bagi perusahaan dan proses pengendalian ini masih sama dengan tahun sebelumnya, tim audit memutuskan untuk menggunakan bukti audit tahun lalu (Prior Audit Evidence/PAE), dan hanya menambah satu sampel untuk diuji untuk tahun 2019, atau disebut sebagai Test of One. Kesimpulannya masih sama, yaitu pengendalian berjalan dengan efektif.

4.       Suku Cadang Dihitung Secara Berkala dan Nilainya Diukur dengan Benar

Gudang di setiap pabrik melakukan penghitungan bulanan persediaan (Monthly Cycle Count) dengan menggunakan metode ABC, dengan sampel yang sudah ditentukan dari Kantor Pusat. Metode ABC maksudnya adalah klasifikasi persediaan PT. RIJAL WATER berdasarkan pengendalian dan nilainya, yaitu:

a.  Persediaan tipe A: pengendalian sangat ketat, nilai persediaan tinggi, seperti motor untuk mesin produksi

b.  Persediaan tipe B: pengendalian normal, nilai persediaan sedang, seperti filter atau penyaring untuk mesin pompa air

c.  Persediaan tipe C: pengendalian sederhana, nilai persediaan rendah, seperti baut dan kabel

Warehouse Manager melakukan review dan memeriksa hasil penghitungan persediaan. Setelah itu, mereka mempersiapkan Berita Acara Perhitungan Fisik (Stock Take Memorandum) yang harus disetujui oleh Plant Manager dan Plant Controller. Setiap perbedaan harus diselidiki dan diselesaikan dalam waktu maksimum 5 hari setelah tanggal penghitungan persediaan. Setelah disetujui, Warehouse Admin akan memasukkan kuantitas hasil penghitungan persediaan ke SAP. Laporan Penghitungan Persediaan (Stock Take Report) yang disetujui harus dikirim ke bagian BPA di divisi Keuangan di Kantor Pusat. BPA kemudian akan mencatat penyesuaian di SAP. Hasil input disebut "Post Clear Adjustment".

Tim audit menguji pengendalian berdasarkan dua atribut, yaitu:

a.       Kuantitas suku cadang di SAP (berdasarkan Post Clear Adjustment) sesuai dengan hasil penghitungan persediaan pada Berita Acara Perhitungan Fisik

b.       Berita Acara Perhitungan Fisik disetujui oleh pihak yang diotorisasi

Dengan jumlah populasi 228 (19 pabrik dikalikan dengan 12 bulan), tim audit mengambil 10 sampel untuk diuji dengan menginspeksi dokumen-dokumen pendukung. Dari 10 sampel, seluruhnya memenuhi kedua atribut pengujian. Tim audit menilai pengendalian ini berjalan dengan efektif pada saat audit interim dilakukan.

Untuk memperbarui kesimpulannya dan meningkatkan keyakinan, tim audit melakukan pengujian tambahan atas intervening period, yaitu dengan melakukan observasi langsung dengan menghadiri proses penghitungan persediaan di tiga pabrik. Dari pengujian tersebut, tim audit menilai pengendalian sudah berjalan efektif dengan tidak adanya perbedaan antara angka di SAP dengan hasil penghitungan fisik.

5.     Perubahan Biaya Standar di Sistem Sudah Sesuai dengan Dokumen yang Disetujui

Menurut pemahaman tim audit, setiap perubahan biaya standar harus disetujui oleh pihak yang memiliki kewenangan sebelum perubahan tersebut diimplementasikan di SAP. Tim audit kemudian menguji pengendalian ini dengan meminta Standard Raw & Packs Price Maintenance Form untuk tahun 2019 dan memastikan dua atribut, yaitu:

1.                     Standard Raw & Packs Price Maintenance Form sudah disetujui oleh pihak yang diotorisasi, dalam hal ini Vice President Purchasing, Plant Controller, dan Finance Controller

2.                     Biaya standar yang baru sudah dimasukkan ke sistem SAP dengan benar

Pada audit tahun 2013, tim audit sudah menguji pengendalian ini dan menemukan bahwa hasilnya memuaskan. Dengan pertimbangan pengendalian tidak mengalami perubahan dan risiko kecil pada siklus persediaan, tim audit memutuskan untuk menggunakan PAE. Jumlah sampel yang digunakan pada tahun 2013 adalah 25 dari jumlah populasi lebih dari 250. Besarnya jumlah populasi disebabkan adanya perubahan biaya standar untuk hampir seluruh komponen di listing persediaan. Untuk audit tahun 2019, tim audit hanya menambah satu sampel untuk diuji, dan sampel tersebut memenuhi kedua atribut di atas. Oleh karena itu, tim audit mengambil kesimpulan bahwa pengendalian sudah berjalan dengan efektif.

6.     Sistem Mencatat Varians atas Persediaan Berdasarkan Akun-Akun yang Telah Ditentukan

Karena PT. RIJAL WATER menggunakan metode biaya standar untuk pencatatan nilai persediaannya, akan ada varians-varians yang muncul karena perbedaan antara biaya standar yang digunakan PT. RIJAL WATER dengan biaya aktual. Sistem pencatatan varians dilakukan secara otomatis di SAP, karena pada SAP sudah ada modul biaya standar yang menjadi pembanding setiap ada input di sistem SAP, misalnya ketika melakukan pembelian resin. Dalam pembukuan PT. RIJAL WATER, varians dicatat sesuai dengan asal munculnya varians tersebut. Misalnya, saldo Material Price Variance merepresentasikan perbedaan antara biaya standar dengan harga beli barang. Untuk itu, tim audit perlu memastikan varians yang dicatat di SAP sudah tercatat dengan benar sesuai dengan klasifikasinya. Prosedur ini dilakukan oleh tim RCS dengan cara mengunduh filter yang digunakan mengklasifikasikan varians, lalu membandingkannya dengan listing akun varians dari divisi Keuangan. Tim RCS juga menguji ketepatan perhitungan matematis dari varians. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengendalian sudah berlangsung dengan efektif dan dapat diandalkan.

7.     Barang yang Diterima Dicocokkan dengan Dokumen Penerimaan yang Sudah Terotorisasi

Ketika perusahaan  membeli lalu kemudian  menerima barang,  Warehouse Admin akan membuat Goods Receipt (GR) di SAP dengan menggunakan nomor referensi pada Purchase Order (PO), lalu mencetak GR untuk kemudian ditandatangani oleh Warehouse Supervisor. Untuk menguji pengendalian ini, tim audit melakukan pencocokan tiga arah atau yang disebut sebagai three-way matching, yaitu dengan mencocokkan informasi jumlah barang, deskripsi barang, dan nilai barang antara PO, faktur, dan GR. Tim audit juga mencocokkan penerimaan barang dengan listing pembelian material perusahaan. Pengujian ini juga merupakan bagian dari pengujian atas pengendalian siklus pembelian yang melibatkan komponen laporan keuangan Persediaan, Property, Plants, and Equipments (PPE), Operating Expense, dan COGS.

Dengan jumlah populasi lebih dari 250, tim audit mengambil 25 sampel penerimaan barang untuk diuji. Atribut-atribut yang diuji adalah:

1.          PO diotorisasi oleh pihak yang memiliki kewenangan

2.          Kuantitas dan deskripsi barang di Delivery Order (DO) atau Bill of Lading (BL) sesuai dengan PO, dan GR sudah disisipkan dengan DO oleh staf gudang

3.          Harga per unit dan deskripsi barang di faktur sesuai dengan PO

4.          Nilai barang pada dokumen sesuai dengan SAP/listing pembelian barang

Dari hasil pengujian atribut-atribut tersebut, tim audit tidak menemukan adanya kejanggalan, dan menilai bahwa pengendalian sudah berjalan dengan efektif. Kemudian, untuk memeriksa intervening period, tim audit menambah jumlah sampel sebanyak 5 sampel dan melakukan pengujian. Kesimpulan yang diambil tetap sama dengan saat audit interim, yaitu pengendalian berjalan efektif.

d.     Tests of Details

Saat melakukan prosedur analitis awal pada tahap perencanaan audit, tim audit sudah menetapkan beberapa pengujian substantif yaitu pengujian detail saldo yang akan dilakukan atas akun persediaan (subbab 4.2.3). Selain itu, pada tahap awal audit lapangan, auditor juga telah menentukan beberapa tests of details yang perlu dilakukan untuk pengendalian tertentu. Auditor juga perlu menggunakan professional judgment untuk menentukan tests of details lainnya yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti yang cukup yang dapat membantu auditor dalam menarik kesimpulan tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan. Untuk akun persediaan, tim audit PT. RIJAL WATER melakukan beberapa pengujian-pengujian detail saldo yang akan dibahas pada bagian berikutnya.

a.     Pengujian Rekonsiliasi Persediaan

Prosedur ini adalah pengujian standar untuk detail saldo persediaan. Tim audit melakukan pengujian untuk memastikan:

1.          Penjumlahan atau total pada detailed listing persediaan sesuai dengan saldo akhir tahun pada buku besar

2.          Penjumlahan detailed listing sudah akurat secara matematis

3.          Tidak ada saldo yang tidak wajar, misalnya saldo subakun persediaan yang negatif (kredit), persediaan yang berada di lokasi pemasok atau pelanggan namun dimasukkan dalam saldo persediaan, atau yang berada di lokasi perusahaan pada lokasi tersebut sebenarnya tidak dimiliki oleh perusahaan.

Hasil pengujian prosedur ini biasanya tercatat bersamaan di kertas kerja lead schedule untuk persediaan. Prosedur yang dilakukan tim audit adalah meminta detailed listing persediaan dan provisi atas persediaan, lalu menjumlahkan sendiri total untuk tiap sub-akun persediaan untuk kemudian dibandingkan dengan saldo pada trial balance di lead schedule.

Tabel menunjukkan hasil perbandingan antara saldo akun persediaan dengan hasil penjumlahan listing. Tim audit menemukan ada perbedaan untuk akun provisi atas suku cadang, namun karena nilainya masih di bawah SUM, tim audit tidak melakukan prosedur tambahan untuk mengujinya. Selain itu, besar saldo provisi atas barang jadi juga tidak material dan berada di bawah SUM, sehingga tim audit tidak melakukan pemeriksaan. Untuk seluruh sub-akun penyesuaian seperti yang tertera pada Tabel 4.2, tidak tersedia listing untuk masing-masing sub-akun karena sifatnya yang merupakan akun penyesuaian atas varians pada persediaan yang belum terjual.

Tabel Perbandingan Saldo Trial Balance dengan Listing

 

 

FSLI / Accounts

Current Period 31/12/2019 (Rp)

 

Balance per listing

 

Difference

Raw materials

121.390.624

121.390.624

0

Supplies

223.128.813

223.128.813

0

Spare Parts Inventory

1.312.364.018

1.312.364.018

0

Packaging

1.485.478.596

1.485.478.596

0

Semi-finished Goods

387.344.141

387.344.141

0

Finished Goods

735.221.473

735.221.473

0

Miscellaneous non core products

3.022.288

3.022.288

0

Trading products

88.368.986

88.368.986

0

Spare parts - Provisions for Obsolescence

(449.390.027)

(445.359.251)

(4.030.776)

Finished Goods - Provision for

Obsolescence

(1.780.583)

 

-

Sumber: Kertas Kerja KAP HABIBULLOH (telah diolah kembali)

Tabel menunjukkan hasil perbandingan antara saldo akun persediaan dengan hasil penjumlahan listing. Tim audit menemukan ada perbedaan untuk akun provisi atas suku cadang sebesar Rp4,03 juta, namun karena nilainya masih di bawah SUM, tim audit tidak melakukan prosedur tambahan untuk mengujinya. Selain itu, besar saldo provisi atas barang jadi juga tidak material dan berada di bawah SUM, sehingga tim audit tidak melakukan pemeriksaan. Untuk seluruh sub-akun penyesuaian seperti yang tertera, tidak tersedia listing untuk masing- masing sub-akun karena sifatnya yang merupakan akun penyesuaian atas varians pada persediaan yang belum terjual.

Selain itu, tim audit menemukan adanya kejanggalan di detailed listing yaitu satu saldo kredit sebesar Rp17,9 juta pada detailed listing untuk akun Trading Products, namun karena nilainya berada di bawah SUM, auditor tidak melakukan prosedur pengujian tambahan.

b.                   Memahami dan Mengevaluasi Kebijakan Akuntansi untuk Persediaan Prosedur ini juga merupakan pengujian detail saldo yang standar dan selalu dilakukan untuk akun persediaan. Dari pemahaman yang dilakukan melalui diskusi dengan pihak manajemen, tim audit menemukan bahwa metode pengukuran biaya yang digunakan adalah metode biaya standar (standard cost) dan formula yang digunakan adalah moving average cost, dan bahwa metode pengukuran ini konsisten dengan metode di periode sebelumnya.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dengan menggunakan biaya standar akan muncul varians akibat perbandingan dengan biaya aktual. Varians ini langsung dialokasikan secara keseluruhan ke COGS meskipun barang belum terjual. Pada akhir tahun, perusahaan mengukur varians atas persediaan yang belum terjual untuk kemudian dimasukkan pada sub-akun penyesuaian untuk masing-masing jenis persediaan. Pengujian detail saldo ini menguji accuracy dan completeness alokasi varians ke sub-akun yang sesuai.

Dari diskusi dengan pihak manajemen, tim audit menemukan ada empat jenis varians terkait biaya material, yaitu:

1.          Material Price Variance (MPV): perbedaan dengan harga beli

2.          Material Quantity Variance (MQV): perbedaan dengan produksi

3.          Manufacture Subcontracting Variance (SCV): perbedaan untuk barang setengah jadi yang disubkontrakkan

4.          Manufacturing overhead material cost (SCV): perbedaan yang berasal dari perbedaan biaya material lainnya

Pengujian dilakukan dengan menjumlahkan kembali saldo varians sesuai dengan alokasinya, untuk menemukan jumlah varians pada tiap jenis persediaan. Kemudian, auditor menghitung days of inventory turnover untuk tiap jenis persediaan, dengan rumus:

𝑫𝒂𝒚𝒔 𝒐𝒇 𝒊𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒐𝒓𝒚 𝒕𝒖𝒓𝒏𝒐𝒗𝒆𝒓

2

 
(Saldo sub akun persediaan + saldo sub akun penyesuaian persediaan )

=                                                                                                                                                        × 360

COGS yang dialokasikan untuk jenis persediaan tersebut

Angka days of inventory turnover tiap jenis persediaan kecuali suku cadang kemudian dibagi 30 karena jumlah varians yang dipakai auditor adalah varians untuk persediaan bulan Desember 2019 dan dikalikan dengan jumlah varians jenis persediaan tersebut yang sudah dihitung sebelumnya. Khusus untuk suku cadang, angka pembaginya adalah 360, karena jumlah varians untuk suku cadang yang dipakai auditor adalah untuk persediaan selama tahun 2019. Proses ini dilakukan untuk mengukur perkiraan nilai varians yang seharusnya dialokasikan kembali ke persediaan berdasarkan rata-rat lamanya persediaan berada di tangan perusahaan sebelum akhirnya terjual. Hasil untuk setiap jenis persediaan kemudian dibandingkan dengan saldo pada sub-akun penyesuaian tiap jenis persediaan. Perbedaan varians setiap jenis persediaan kemudian dijumlah dan menghasilkan nilai over- atau understatement persediaan. Dalam hal ini, tim audit PT. RIJAL WATER menemukan adanya kelebihan pengakuan persediaan sebesar Rp23,7 juta, yang juga merupakan kekurangan pengakuan COGS. Karena nilainya di bawah SUM, tim audit tidak melakukan prosedur lebih lanjut.  Tiap akhir tahun, PT. RIJAL WATER melakukan revaluasi atas biaya standar persediaan. Jika ada perbedaan, kebijakan PT. RIJAL WATER adalah untuk langsung mengakui keuntungan atau kerugian dari revaluasi ke laporan laba rugi, dan bukan menyesuaikan nilai persediaan. Dengan sifat persediaan yang fast moving atau perputarannya cepat (kecuali suku cadang), efek dari kebijakan ini tidak material karena persediaan yang direvaluasi biasanya sudah terjual. Untuk suku cadang, tim audit menemukan bahwa turnover suku cadang sangat lambat, yaitu 109 hari, sehingga tim audit merekomendasikan agar tidak mengalokasikan untung/rugi revaluasi suku cadang ke laporan laba rugi, melainkan dicatat sebagai penyesuaian atas persediaan.

Berdasarkan pemahaman, PT. RIJAL WATER menggunakan metode biaya moving average untuk pencatatan persediaan suku cadang, yaitu perusahaan menghitung nilai rata-rata biaya setiap kali terjadi pembelian dan penerimaan suku cadang. Untuk menguji accuracy dan valuation dari pencatatan suku cadang, tim audit melakukan pengujian detail atas empat sampel, yaitu dengan membandingkan harga berjalan (moving price) untuk empat barang tersebut yang tercatat di SAP, dengan harga per unit yang tercatat di faktur pembelian. Tim audit menemukan satu perbedaan harga, namun nilainya sangat kecil dan, setelah didiskusikan dengan manajemen, terjadi karena translasi mata uang asing. Oleh karena itu, tim audit berkesimpulan bahwa perhitungan moving average price sudah disajikan dengan wajar. Kebijakan akuntansi perusahaan juga sesuai dengan pedoman akuntansi dari DEF Group.

c.                   Observasi Fisik Persediaan

Pengujian ini juga merupakan pengujian yang standar dan harus selalu dilakukan untuk akun persediaan, mengingat persediaan adalah aset yang tidak hanya memiliki nilai moneter namun juga memiliki bentuk fisik. Untuk melakukan observasi fisik persediaan, tim audit terlebih dahulu membuat perencanaan pendekatan sebelum melakukan observasi. Hal-hal yang direncanakan antara lain:

1.          Pendekatan atau metode observasi yang akan dilakukan

2.          Lokasi yang akan diobservasi

3.          Jumlah pemeriksaan yang akan dilakukan

4.          Metode penghitungan yang akan digunakan

5.          Jadwal observasi

 

Tim audit PT. RIJAL WATER memutuskan untuk melakukan observasi dengan menghadiri penghitungan tahunan persediaan oleh PT. RIJAL WATER dan menggunakan metode penghitungan fisik atas barang sebagai metode penghitungan kuantitas persediaan. Tim audit kemudian meminta listing persediaan per pabrik, depot, maupun pihak ketiga untuk menentukan lokasi yang akan diobservasi penghitungannya. Hal yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi antara lain besar nilai persediaan di lokasi, lokasi baru, serta melihat sejarah observasi pada audit tahun-tahun sebelumnya. Tim audit PT. RIJAL WATER memutuskan untuk melakukan observasi ke enam lokasi, yang merupakan campuran antara pabrik, depot, dan pihak ketiga.

Menurut XYZ Audit Guide, secara umum, jumlah pengujian penghitungan yang dilakukan untuk persediaan adalah 60 hingga 120 pengujian untuk tiap lokasi, dengan asumsi populasi jumlah persediaan di atas 200. Tim audit memutuskan untuk melakukan 60 observasi yang dijadikan sampel. Dari 60 observasi tersebut, 30 merupakan floor-to-list dan 30 merupakan list-to-floor. Khusus untuk depot yang diobservasi, jika jumlah barang kurang dari 60, tim audit akan melakukan observasi atas seluruhnya dengan list-to-floor. Dari hasil diskusi, PT. RIJAL WATER melakukan penghitungan tahun secara serentak di semua lokasi sesuai dengan jenis lokasi.

Untuk pabrik, penghitungan dilakukan pada tanggal 14 Desember 2019. Untuk depot dan lokasi pihak ketiga, penghitungan dilakukan pada 28 Desember 2019.

Selain itu, tim audit juga perlu mengevaluasi rencana penghitungan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan, untuk memastikan kelayakan prosedur penghitungan dan pencatatan hasil penghitungan yang akan dilakukan oleh pihak manajemen. Tim audit mengevaluasi rencana tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada Physical Inventory Checklist.

Setelah melakukan perencanaan, tim audit kemudian menghadiri penghitungan fisik persediaan. Biasanya, satu anggota tim audit ditugaskan untuk satu lokasi. Pada saat mengobservasi penghitungan, auditor harus memperhatikan hal-hal penting seperti ada atau tidaknya barang rusak dan usang, cara penghitungan pihak perwakilan klien sudah benar, dan proses identifikasi, pengamanan, dan pemisahan persediaan di lokasi. Auditor juga kemudian menguji kesesuaian antara sampel yang sudah diambil dari listing persediaan dengan hasil penghitungan fisik. Auditor mendokumentasikan hal-hal ini pada checklist. Setelah melakukan observasi, auditor perlu membuat laporan hasil observasi atau Stock Take Observation Report.

Setelah ditelaah, tim audit PT. RIJAL WATER menilai bahwa proses penghitungan fisik persediaan oleh pihak perusahaan sudah dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur. Selain itu, hasil penghitungan atas sampel menunjukkan adanya perbedaan sebesar Rp52,5 juta jika dibandingkan dengan saldo yang tercatat untuk sampel-sampel tersebut di detailed listing persediaan. Perbedaan ini dinilai tidak signifikan sehingga tidak diperlukan prosedur lanjutan selain melakukan penyesuaian pada pencatatan. Penyesuaian ini sudah dilakukan oleh PT. RIJAL WATER.

Untuk menguji eksistensi persediaan, pada saat melakukan observasi penghitungan fisik, auditor juga mengambil beberapa sampel dokumen penerimaan barang (Goods Received/GR) dan pengiriman barang (Delivery Note/DN) yang dibuat pada tanggal penghitungan fisik dan pada satu hari sebelum penghitungan fisik. Untuk penerimaan barang yang dokumen GR-nya tercatat pada hari penghitungan atau satu hari sebelumnya, barang tersebut seharusnya sudah ada di lokasi, dan untuk pengiriman barang yang DN-nya tercatat pada hari penghitungan atau sehari sebelumnya, barang tersebut seharusnya tidak ada lagi di lokasi. Dalam hal ini, tim audit PT. RIJAL WATER tidak menemukan kejanggalan atau kelemahan ini selama mengobservasi penghitungan fisik di lokasi penyimpanan persediaan PT. RIJAL WATER.

d.                   Menguji Cutoff Penerimaan Persediaan

Berdasarkan pemahaman tim audit, risiko kesalahan cutoff penerimaan persediaan terdapat pada tiga area yaitu:

1.          Impor resin

2.          Impor produk E

Untuk impor resin, tim audit memeriksa listing Purchase Order (PO) resin yang masih open atau belum selesai, yaitu PO yang barangnya belum diterima atau baru diterima sebagian oleh perusahaan. Berdasarkan listing, PO yang masih open hanya terdiri dari pembelian dari pemasok domestik dan tidak ada PO untuk pembelian secara impor langsung yang masih open. Jumlah nilai PO yang masih open adalah sebesar Rp1,24 miliar, dan nilai ini masih berada di bawah PM. Dengan keseluruhan PO yang masih open merupakan pembelian domestik dan waktu pengiriman yang cukup singkat yaitu sekitar satu atau dua hari saja, tim audit menilai tidak ada risiko cutoff karena transfer risiko dan manfaat dari barang tersebut terjadi ketika barang diterima oleh pabrik PT. RIJAL WATER. Untuk PO yang barangnya sudah diterima sebagian, tim audit kemudian melakukan pengecekan ke dokumen pendukung yaitu GR, untuk memastikan tanggal pencatatan penerimaan di SAP sama dengan tanggal yang tertera di GR.

Tim audit mewawancarai Plant Controller dan menemukan bahwa transaksi impor produk E dilakukan dengan FOB Shipping Point, sehingga seharusnya dicatat ketika barang diangkut ke kapal, sesuai dengan tanggal pada Bill of Lading (BL). Namun, sesuai prosedur untuk seluruh persediaan, PT. RIJAL WATER mencatat penerimaan produk E ketika barang sudah sampai di pabrik atau depot. Jangka waktu pengiriman dari negara asal ke Jakarta adalah empat sampai lima minggu, tidak termasuk satu sampai dua minggu waktu yang dibutuhkan untuk mengurus dan mengirimkan barang dari pelabuhan ke pabrik dan depot. Oleh karena itu, tim audit menemukan isu cutoff untuk penerimaan produk E yaitu selama dua bulan sebelum 31 Desember 2019. Namun, karena nilai pembeliaannya selama tahun 2019 hanya Rp400 juta dan nilai tersebut berada di bawah SUM, tim audit tidak melakukan pengujian lebih lanjut.

Tim audit tidak melakukan pemeriksaan atas dokumen penerimaan persediaan terakhir di tahun 2019 dan pertama di tahun 2015 dengan konsiderasi bahwa perusahaan mencatat penerimaan barang pada akun Goods Received-Invoice Received (GR/IR), yaitu akun kliring di SAP yang menjadi buffer untuk perbedaan jumlah barang yang diterima dengan jumlah barang yang tertera pada faktur, yang kemudian akan direkonsiliasi pada akhir tahun sebelum penyusunan laporan keuangan. Akun kliring ini diuji pada pengujian atas siklus penerimaan dan pembayaran, dan tidak ditemukan adanya kejanggalan.

e.                   Menguji Pengukuran Persediaan pada Nilai Realisasi Neto atau NRV

Tim audit perlu memastikan tercapainya asersi valuation atas persediaan PT. RIJAL WATER. Persediaan seharusnya dicatat sebesar nilai yang dapat diperoleh perusahaan jika persediaan tersebut terjual dalam kondisi penjualan yang normal. Oleh karena itu, nilai persediaan yang tercatat tidak boleh melebihi nilai realisasi neto.

Untuk itu, tim audit PT. RIJAL WATER melakukan uji nilai realisasi neto atas barang jadi PT. RIJAL WATER. Tim audit tidak melakukan pengujian untuk jenis persediaan lain dengan pertimbangan:

a.          Perhitungan biaya standar yang digunakan perusahaan untuk mencatat persediaan sudah mempertimbangkan proyeksi nilai pasar dari persediaan tersebut, sehingga seharusnya sudah mendekati atau lebih rendah daripada NRV

b.          Perusahaan tidak memiliki rencana untuk menjual persediaan selain barang jadi secara komersial, dan hanya berencana menggunakannya untuk proses produksi saja

Untuk menguji apakah persediaan sudah tercatat dengan metode LCNRV atau belum, tim audit meminta rincian biaya per unit untuk barang jadi, rincian harga jual dan biaya untuk menjual (cost to sell) barang jadi, lalu membandingkan biaya per unit dengan harga jual dikurangi biaya untuk menjual. Dalam hal ini, biaya untuk menjual yang dipakai adalah biaya freight-out. Tim audit melakukan pengujian atas 21 SKU, dan mendapati bahwa tidak ada isu terkait NRV karena seluruh SKU memiliki biaya per unit yang lebih rendah daripada NRV, sehingga auditor menilai penyajian nilai persediaan sudah wajar.

f.                    Menilai Kewajaran dari Provisi atas Persediaan

Berdasarkan diskusi dengan pihak manajemen, PT. RIJAL WATER hanya mencatat provisi untuk suku cadang dan barang jadi yaitu produk M. PT. RIJAL WATER tidak mencatat provisi untuk produk barang jadi lainnya karena perputarannya yang cepat sehingga hampir tidak mungkin kadaluwarsa sebelum terjual. Seperti sudah dibahas sebelumnya, perputaran persediaan suku cadang sangat lambat, dengan days of turnover selama 109 hari, sehingga tim audit menilai uji kewajaran perlu dilakukan untuk provisi persediaan suku cadang.

Tim audit menilai kewajaran provisi dengan menghitung rata-rata persentase provisi dibandingkan dengan saldo persediaan suku cadang pada tahun-tahun sebelumnya, Perhitungan Persentase Provisi terhadap Saldo Persediaan Suku Cadang

 

 

2013

2012

Spare Parts Inventory

1.223.110.356

1.080.308.054

Spare parts - Provisions for Obsolescence

386.140.017

329.193.306

Percentage

32%

30%

Average

31%

Sumber: Kertas Kerja KAP HABIBULLOH (telah diolah kembali)

Kemudian, berdasarkan rata-rata persentase tersebut, tim audit menghitung besar provisi yang sewajarnya, dengan cara mengalikan dengan saldo persediaan suku cadang tahun 2019, lalu membandingkannya dengan saldo provisi suku cadang perusahaan tahun 2019. Auditor menemukan bahwa perbedaannya hanya sebesar Rp42,3juta, yang besarnya berada di bawah SUM, sehingga auditor menilai nilai provisi yang dicatat PT. RIJAL WATER masih wajar.

g.                   Menguji Proses Rollforward Akhir Tahun untuk Persediaan

Proses penghitungan fisik persediaan akhir tahun oleh perusahaan dilakukan sebelum tanggal 31 Desember 2019, yaitu pada tanggal 14 dan 28 Desember 2019. Dengan adanya jeda waktu tersebut, auditor harus memastikan bahwa saldo persediaan pada 31 Desember 2019 masih wajar.

Prosedur yang dilakukan oleh tim audit adalah sebagai berikut:

1.          Meminta listing persediaan setelah penghitungan fisik

2.          Meminta listing perpindahan (movement) persediaan, baik penerimaan maupun pengiriman persediaan untuk periode sejak tanggal penghitungan fisik hingga tanggal 31 Desember 2019

3.          Menghitung jumlah akhir persediaan pada tanggal 31 Desember 2019 dengan menjumlahkan persediaan pada tanggal penghitungan fisik dengan jumlah perpindahan persediaan

4.          Membandingkan saldo akhir persediaan dari hasil perhitungan auditor dengan saldo akhir klien

5.          Menginvestigasi jika ada perbedaan

 

Tim audit PT. RIJAL WATER melakukan pengujian ini untuk dua pabrik yang sebelumnya telah diobservasi penghitungan fisik persediaannya. Untuk kedua pabrik ini, dari hasil kalkulasi auditor, ada perbedaan dengan saldo persediaan menurut PT. RIJAL WATER, yaitu sebesar Rp85,8 juta. Auditor kemudian menanyakan tentang perbedaan ini kepada pihak klien. Menurut hasil diskusi, perbedaan ini dikarenakan adanya persediaan yang disimpan di penyimpanan eksternal yaitu di pihak co-packer. Auditor kemudian meminta listing untuk persediaan di co-packer dan menemukan bahwa persediaan senilai Rp84,9juta memang ada di co-packer. Selisih sebesar Rp930.973 berada jauh di bawah SUM sehingga dianggap tidak material. Auditor juga menguji dua depot yang sebelumnya diobservasi penghitungan fisiknya, dan tidak menemukan adanya perbedaan yang material.

Untuk mendapatkan keyakinan lebih, auditor juga memeriksa beberapa catatan perpindahan persediaan dari listing. Tim audit mengambil masing-masing 16 sampel untuk barang masuk dan barang keluar di masing-masing pabrik. Auditor kemudian membandingkannya dengan dokumen pendukung, yaitu Goods Receipt Slip untuk barang masuk, dan Delivery Note atau Stock Transfer untuk barang keluar. Tidak ada perbedaan yang ditemukan oleh auditor karena semua perpindahan barang yang diuji sudah didukung oleh dokumen yang sesuai.

3.                     Penyelesaian dan Pelaporan Hasil Audit

Setelah mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit pada tahap audit lapangan, tim audit kemudian menyelesaikan proses audit untuk kemudian melaporkan hasil dari proses audit yang sudah dikerjakan.

a.                   Memperbarui Peninjauan Awal

Banyak kondisi dan peristiwa yang dapat terjadi selama proses audit berlangsung. Oleh karena itu, sebelum membuat kesimpulan akhir, auditor perlu melakukan tinjauan atas asumsi-asumsi yang sudah dibuat di awal proses audit. Salah satunya adalah isu keberlanjutan atau going concern perusahaan klien. Auditor perlu menilai jika ada isu-isu selama proses audit berlangsung yang mengancam kemampuan perusahaan untuk melangsungkan usahanya.

Selain itu, jika selama mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit, auditor menemukan adanya kecurangan yang dapat merusak kelayakan dan keyakinan atas bukti audit, auditor perlu mengevaluasi kembali risiko salah saji yang dapat diakibatkan oleh fraud. Berdasarkan hasil diskusi singkat dengan tim audit PT. RIJAL WATER, tidak ada isu fraud yang muncul selama proses audit. Auditor juga melihat kepatuhan hukum perusahaan klien selama proses audit. Auditor perlu meninjau kembali hubungan dengan pihak berelasi untuk memeriksa jika ada hubungan istimewa yang sebelumnya tidak diketahui auditor. Dalam hal ini, tim audit PT. RIJAL WATER tidak menemukan indikasi tersebut.

Auditor juga perlu memeriksa kembali asumsi-asumsi yang mendasari penetapan tingkat materialitas untuk klien dan merevisinya jika diperlukan. Dalam audit atas PT. RIJAL WATER, untuk keperluan pelaporan ke group auditor, tidak ada perubahan tingkat materialitas. Namun untuk audit atas laporan keuangan PT. RIJAL WATER sebagai local statutory, tim audit merevisi tingkat materialitas menjadi sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.

Auditor juga perlu menganalisis ada atau tidaknya subsequent events atau peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah periode pelaporan, yang memiliki kemungkinan dampak terhadap laporan keuangan klien yang telah diaudit.

b.                   Pelaporan Hasil Audit

Auditor kemudian mengevaluasi hasil pengumpulan bukti secara keseluruhan untuk menetapkan sebuah opini atau pendapat terkait kewajaran penyajian laporan keuangan laporan klien. Dalam hal audit atas PT. RIJAL WATER untuk pelaporan ke group auditor, KAP HABIBULLOH tidak mengeluarkan sebuah opini audit selayaknya atas audit laporan keuangan biasanya. Yang dilaporkan kepada group auditor adalah segala penemuan-penemuan yang nilainya material. Rincian perihal apa saja yang perlu dilaporkan oleh KAP HABIBULLOH sudah disetujui di awal proses audit, dan pelaporan yang dilakukan menggunakan format sesuai dengan permintaan group auditor.

Untuk audit atas PT. RIJAL WATER khususnya untuk akun persediaan, KAP HABIBULLOH melaporkan adanya kelemahan pengendalian perusahaan dalam mengelola persediaan yang ada di lokasi pihak ketiga, yaitu co-packer. Seperti yang dijelaskan pada bagian audit lapangan, auditor sering menemukan perbedaan antara pencatatan perusahaan dengan pencatatan co-packer dan belum semua perbedaan tersebut diinvestigasi oleh pihak perusahaan.

Terakhir, auditor perlu meminta klien untuk membuat management representation letter yang menyatakan bahwa klien telah mengetahui hasil temuan audit oleh auditor.

4.                     Analisis

Meskipun audit atas laporan keuangan PT. RIJAL WATER merupakan component audit yang membandingkan kebijakan dan pencatatan akuntansi PT. RIJAL WATER dengan pedoman akuntansi dari DEF Group, akan dilakukan analisis perbandingan perlakuan akuntansi PT. RIJAL WATER atas persediaan dengan standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK No. 14 (Revisi 2008), dengan pertimbangan bahwa PT. RIJAL WATER tidak membuat pencatatan terpisah untuk group reporting maupun untuk local statutory reporting, sehingga seharusnya tetap sesuai dengan standar akuntansi nasional. Dari hasil peninjauan, kebijakan akuntansi PT. RIJAL WATER terkait persediaan sudah sesuai dengan PSAK No. 14 (Revisi 2008)

Perbandingan Kebijakan Akuntansi PT. RIJAL WATER atas Persediaan dengan PSAK No. 14 (Revisi 2008) tentang Persediaan

PSAK No. 14 (Revisi 2008)

Penerapan di PT. RIJAL WATER

Persediaan adalah aset yang:

a.       tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;

b.       dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

c.       dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Seluruh persediaan di PT. RIJAL WATER sudah sesuai dengan pengertian persediaan di PSAK No. 14:

a.                       tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa: barang jadi, trading goods

b.                       dalam proses produksi untuk penjualan tersebut: barang setengah jadi

 

Perbandingan Kebijakan Akuntansi PT. RIJAL WATER atas Persediaan dengan PSAK No. 14 (Revisi 2008) tentang Persediaan (lanjutan)

PSAK No. 14 (Revisi 2008)

Penerapan di PT. RIJAL WATER

 

c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa: bahan baku, packaging material, suku cadang

 

Dalam hal ini, PT. RIJAL WATER mencatat supplies sebagai persediaan karena supplies yang dimaksud seluruhnya berkaitan dengan proses produksi, sehingga metode ini sudah sesuai dengan PSAK No. 14. Supplies lain seperti alat tulis kantor langsung dicatat sebagai biaya oleh PT. RIJAL WATER, dan tidak dicatat sebagai aset.

Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah.

PT. RIJAL WATER mencatat persediaan pada biaya standar,                dan   setelah                diaudit,           nilai

tersebut masih berada di bawah nilai realisasi neto.

Teknik pengukuran biaya persediaan seperti metode biaya standar atau metode eceran dapat digunakan apabila hasil pengukurannya menghasilkan

nilai yang mendekati biaya historis.

PT. RIJAL WATER menggunakan metode biaya standar untuk mencatat nilai persediaannya.

Metode penilaian biaya persediaan yang dapat digunakan oleh sebuah entitas adalah:

a.       Identifikasi khusus

b.       Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First-In-First-Out (FIFO)

c.       Rata-rata tertimbang

Selain biaya standar, PT. RIJAL WATER menggunakan metode rata-rata tertimbang (moving average) untuk mencatat persediaan suku cadang.

 

Secara substansi, tahapan proses perencanaan audit yang diterapkan KAP HABIBULLOH sudah sama dengan yang dijabarkan oleh Arens, Elder, dan Beasley (2019)

Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Perencanaan Audit

 

Teori

Penerapan

Proses    perencanaan    audit               menurut Arens, Elder, dan Beasley (2019):

a.          Menerima   klien   dan melakukan perencanaan awal audit

b.          Memahami bisnis dan industri klien

c.          Menilai risiko bisnis klien

d.          Melakukan prosedur analitis awal

e.          Menentukan materialitas dan menilai risiko audit dan risiko bawaan

f.            Memahami pengendalian internal dan menilai risiko kontrol (control risk)

g.          Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan (fraud risk)

h.          Mengembangkan proses audit secara keseluruhan

Proses perencanaan audit oleh KAP HABIBULLOH:

a.       Persiapan Perencanaan

b.       Prosedur Awal Perencanaan

c.       Identifikasi Risiko

d.       Penyusunan Strategi, Pendekatan, dan Rencana Audit

e.       Penyelesaian Rencana Audit

Sumber: Hasil olahan penulis

Untuk tahapan audit lapangan, praktik KAP HABIBULLOH juga sudah sesuai dengan teori berdasarkan Arens, Elder, dan Beasley (2019). Tabel 4.9 menunjukkan perbandingan teori dan penerapannya. Tahap prosedur analitis sebenarnya sudah dijalankan pada tahap pemahaman dan evaluasi proses bisnis perusahaan, sedangkan untuk uji substantif atas transaksi sudah termasuk dalam uji pengendalian dan uji detail saldo. Namun, prosedur analitis yang dilakukan atas persediaan sangat sederhana, yaitu hanya melakukan perbandingan dengan nilai persediaan tahun sebelumnya. Tim audit tidak melakukan prosedur analitis lain pada tahap pemahaman seperti membandingkan dengan industri atau kompetitor, atau menghitung rasio keuangan yang berkaitan dengan persediaan. Selain itu, masih terdapat kelemahan dokumentasi pada prosedur pemahaman proses bisnis terkait persediaan perusahaan. Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Audit Lapangan

 

Teori

Penerapan

Prosedur audit lapangan menurut Arens, Elder, dan Beasley (2019):

a.       Uji Pengendalian (Tests of Control)

b.       Uji     Substantif     atas Transaksi (Substantive Tests of Transaction)

c.       Prosedur       Analitis (Analytical Procedures)

d.       Uji Terinci atas Saldo (Tests of Details of Balances)

Prosedur      audit     lapangan                    yang diterapkan KAP HABIBULLOH:

a.  Pemahaman dan evaluasi atas proses bisnis dan kegiatan pengendalian yang relevan

b.  Persiapan lead schedule

c.  Pengujian pengendalian (Tests of Controls)

d.  Pengujian detail saldo (Tests of Details)

Untuk tahap akhir proses audit yaitu tahap penyelesaian audit, prosedur yang diambil oleh KAP HABIBULLOH juga secara substansi sudah sesuai dengan tahap penyelesaian audit yang dijabarkan Arens, Elder, dan Beasley (2019)

Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Penyelesaian Audit

 

Teori

Penerapan

Proses penyelesaian audit menurut Arens, Elder, dan Beasley (2019):

a.       Melakukan pengujian tambahan untuk memenuhi tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan

b.       Memeriksa dan meninjau contingent liabilities

c.       Melakukan peninjauan atas

subsequent events

d.       Mengumpulkan bukti-bukti audit final, misalnya untuk mengevaluasi asumsi going-concern dan untuk mendapatkan management representation letter

e.       Mengintegrasikan seluruh bukti audit dan mengevaluasi hasil audit

f.        Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit serta laporan dari hasil audit dalam bentuk opini audit

Proses     penyelesaian    audit               yang diterapkan KAP HABIBULLOH:

1.     Memperbarui peninjauan awal

-          Evaluasi going concern

-          Evaluasi risiko fraud

-          Evaluasi kepatuhan hukum

-          Evaluasi pihak berelasi

-          Evaluasi materialitas

-          Analisis subsequent events

2.     Pelaporan Hasil Audit

-          Memberikan       opini atau menyampaikan hasil temuan

-          Pembuatan management representation letter

g. Menyampaikan hasil dari audit kepada pihak manajemen klien untuk menjadi masukan atau rekomendasi perbaikan bagi klien di

masa depan

 

 

 

 

 

Kesimpulan

KAP HABIBULLOH telah menjalankan proses audit atas laporan keuangan PT. RIJAL WATER, sebuah perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan air minum dalam kemasan (AMDK), untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019. KAP HABIBULLOH melakukan dua jenis audit secara bersamaan.

Secara garis besar, proses audit yang dijalankan oleh KAP HABIBULLOH sudah sesuai dengan landasan teori serta standar audit yang berlaku. Hal ini tercapai karena KAP HABIBULLOH melakukan proses audit berdasarkan pedomannya, XYZ Audit Guide, yang sudah disusun oleh XYZ Global dengan berbasis ISA, sebuah standar internasional pengauditan. Dalam penugasan audit, KAP HABIBULLOH melakukan tahapan-tahapan perencanaan, audit lapangan, serta penyelesaian dan pelaporan audit.

Untuk audit atas akun persediaan PT. RIJAL WATER, KAP HABIBULLOH telah melakukan tugasnya dengan cukup baik. Tim audit PT. RIJAL WATER telah menguji berbagai asersi yang dibuat oleh pihak manajemen terkait akun persediaan ini. Tim audit PT. RIJAL WATER telah melakukan pemahaman terlebih dahulu atas proses bisnis PT. RIJAL WATER terkait persediaan, menilai risiko-risiko yang ada terkait pengendalian atas persediaan PT. RIJAL WATER, lalu kemudian menguji kegiatan pengendalian yang telah diterapkan PT. RIJAL WATER atas persediaannya dengan cara melakukan berbagai pengujian pengendalian (tests of control) dan pengujian detail saldo (tests of details). Beberapa pengujian dilakukan untuk memperbarui pengujian yang telah dilakukan selama melakukan audit interim, dan dilakukan dengan cara menambah sampel untuk merepresentasikan perubahan- perubahan saldo akun persediaan selama intervening period. Selama menjalankan prosedur audit atas persediaan PT. RIJAL WATER, tim audit telah mempertimbangkan dua komponen penting persediaan, yaitu wujud fisik dari persediaan serta biaya atau nilai yang terkandung dalam persediaan itu sendiri.

Berdasarkan pengumpulan bukti serta pengujian yang dilakukan, tim audit menemukan beberapa salah saji, namun semuanya bersifat tidak material karena berada di bawah tingkat materialitas terendah yang sudah ditetapkan, yaitu SUM. Oleh karena itu, tim audit berkesimpulan bahwa saldo akun persediaan PT. RIJAL WATER pada akhir tahun sudah disajikan secara wajar dalam hal yang material. Untuk keperluan group audit, KAP HABIBULLOH juga sudah melaporkan temuan-temuan terkait akun persediaan kepada group auditor DEF Group di Eropa.

national Limited.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indoneia. Pernyataan Standan Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 : Persediaan. (http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-16-psak-14-persediaan diakses pada 13 Januari 2021)

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik. (http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-16-psak-14-persediaan diakses pada 13 Januari 2021)

Konsultasi Manajemen. Website.  2018. Beberapa Tips dan Langkah-Langkah Audit Persediaan. (https://konsultanmanajemenusaha.com/2018/01/22/beberapa-tips-dan-langkah-langkah-dalam-meng-audit-persediaan-di-perusahaan/ diakses pada 13 Januari 2021)

Marshaulina Panjaitan. Gracia. 2014.  Laporan Magang Audit Persediaan PT A. Universitas Indonesia (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20416257-TA-Gracia%20Marshaulina%20Panjaitan.pdf diakses pada  12 Januari 2021

Monmon. Monalisa. Audit Persediaan. (https://www.academia.edu/4775734/Audit_Persediaan diakses pada 12 Januari 2021)

Wahyudi. Purwanto. 2016. Pemeriksaan Persediaan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar. (http://spi.uin-alauddin.ac.id/index.php/2016/12/09/pemeriksaan-persediaan/ diakses pada 13 Januari 2021)