Makalah Etika Wirausaha Syariah

Table of Contents

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

               Ketika minat berwirausaha tumbuh subur di Indonesia, timbul anggapan bahwa kewirausahaan adalah alat yang paling tangguh untuk mengejar kekayaan. Kewirausahaan diartikan sebagai usaha mencari uang dan cara cepat. Maka dari itu, muncul lah berbagai masalah pelanggaran etika dalam berwirausaha.

               Seiring dengan munculnya masalah pelanggaran etika dalam berwirausaha menyebabkan dunia perdagangan menuntut etika dalam berwirausaha segera dibenahi agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Sebuah usaha yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab sosial sesuai dengan fungsinya baik secara mikro maupun makro. Dalam berwirausaha tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara, bahkan tindakan yang identik dengan criminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia wirausaha tampaknya tidak menampakkan kecendrungan tetapi sebaliknya, semakin hari semakin meningkat.

               Sebagai bagian dalam masyarakat, tentu wirausaha tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan wirausaha dan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan tersebut membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan berwirausaha, baik etika itu antara sesama pelaku wirausaha maupun etika wirausaha terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam wirausaha seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika wirausaha terwujud dalam sutu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya berlaku dalam satu Negara, tetapi meliputi berbagai Negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia ini menuntut segera dibenahinya etika wirausaha. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha sangat jauh  tertinggal dari pertumbuhan dan perkembangan di bidang ekonomi.

               Untuk itulah, etika memberikan petunjuk tindakan-tindakan apa yang benar dan apa yang salah. MenurutThe World book encyclopedia (2008), etika mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang benar dan salah menggunakan metode “reasoning”, bukan benar salah menurut kepercayaan atau tradisi. Oleh karena itu, selalu ada “reason” (alasan) kenapa kita harus memegang teguh etika.

 

1.2.Rumusan Masalah

a.     Pengertian etika dan etika wirausaha syariah

b.     Fungsi, tujuan, dan manfaat wirausaha syariah

c.     Norma, prinsip-prinsip etika wirausaha syariah

d.     Sikap dan perilaku etika wirausaha syariah

 

1.3.Tujuan Penulisan

a.     Mengetahui pengertian etika dan etika wirausaha syariah

b.     Mengetahui fungsi, tujuan, dan manfaat wirausaha syariah

c.     Mengetahui norma, prinsip-prinsip etika wirausaha syariah

d.     Mengetahui sikap dan perilaku etika wirausaha syariah



 

BAB II

PEMBAHASAN

1.1.Pengertian Etika dan Etika Wirausaha Syariah

A.    Pengertian Etika

            Dalam perspektif umum, etika diartikan sebagai perangkat yang mengatur tingkah laku manusia. Etika menunjukkan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Begitupula dalam buku Kewirausahaan yang ditulis Oleh (Rusdiana:2014), menjelaskan yang dimaksud etika wirausaha adalah sebagai berikut:

1.   Wirausaha adalah tugas mulia dan kebiasaan baik, artinya wirausaha bertugas untuk mewujudkan kenyataan hidup berdasarkan kebiasaan yang baik dalam berwirausaha.

2.   Menempa pikiran untuk maju, artinya wirausaha melatih membiasakan diri untuk berprakarsa baik, bertanggung jawab, percaya diri untuk dapat mengerjakan kebaikan dan meningkatkan daya saing serta daya juang untuk mempertahankan hidup dari prinsp-prinsip berwirausaha.

3.   Kebiasaan membentuk watak, artinya wirausaha berdaya upaya untuk membiasakan diri berfikir, bersikap mental untuk berbuat maju, berpikir terbuka secara baik, bersih, dan teliti.

4.   Membiasakan diri dari kebiasaan berpikir negative, artinya wirausaha harus berupaya meninggalkan dan membersihkan diri dari cara berpikir yang negative, sikap mental yang tidak baik, misalnya menyakiti orang lain, serta menjauhkan diri dari sikap selalu menggantungkan pada kemujuran nasib.

5.   Kebiasaan berprakarsa, artinya wirausahawan harus membiasakan diri untuk mengembangkan dalam berprakarsa dalam kegiatan pengelolaan usaha, memberikan saran-saran yang baik, serta menolong kepada dirinya.

6.   Kepercayaan kepada diri sendiri, artinya wirausahawan harus percaya pada diri sendiri, mempunyai keyakinan dan beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta meningkatkan nilai-nilaidi dalam berwirausaha.

7.   Membersihkan hambatan buatan sendiri, artinya wirausahawan harus berusaha membebaskan diri dari hambatan-hambatan adanya produk buatan sendiri. Wirausahawan juga jangan mempunyai pikiran ragu-ragu, merasa takut, rendah diri terhadap hasil produk buatan sendiri.

8.   Mempunyai kemauan, daya upaya, dan perencanaan, artinya wirausahawan harus mempunyai kemauan, serta daya upaya untuk mengetahui kemampuan dalam hidupnya, cara merencanakan dalam mengejar cita-cita mengembangkan usahanya yang berhasil berdasarkan prinsip-prinsip kewirausahaan.

 

B.    Etika Wirausaha Syariah

            Menurut pengertiannya, etika wirausaha dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1.     Etika sebagai praktis: nilai-nilai dan norma-norma moral (tindakan yang dilakukan sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral)

2.     Etika sebagai refleksi: pemikiran moral, berpikir tentang hal-hal yang dilakukan, khususnya tentang Tindakan yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan  ( dalam hal ini menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku seseorang ).[1]

            Di zaman sekarang, bisnis atau wirausaha sudah merambah ke dunia internasional. Peningkatan signifikan jumlah bisnis yang berorientasi internasional berdampak pada semain meningkatnya perhatian tentang kesamaan dan perbedaan dalam sikap dan praktik bisnis di negara yang berbeda. Hal ini telah sampai ke tahap eksplorasi budaya. Konsep budaya dan etika sering saling terkait. Jika etika mengacu pada studi tentang apa yang baik dan benar menurut manusia, sementara etia wirausaha mengacu pada penelitian praktik wirausaha dalam pandangan nilai-nilai manusia.

            Sebuah pertanyaan sentral tentang etika wirausaha adalah “siapakah yang memperoleh manfaat dan harus menanggung beban pengelolaan perusahaan?”[2]. Untuk menjawab pertanyaan ini akan berfous pada Tindakan yang akan menjamin bahwa sumber daya yang digunakan secara adil diantara perusahaan dan pemegang sahamnya, yaitu orang-orang yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan, meliputi karyawan, pelanggan, pemasok, dan masyarakat itu sendiri. Jika pemanfaatan sumberdaya tidak adil, maka para pemegang saham tersebut telah dieksploitasi oleh perusahaan.

            Kewirausahaan dapat memainkan oeran dalam pemanfaatan sumber daya yang adil untuk mencegah eksploitasi terhadap pemegang saham tertentu.[3]Proses kewirausahaan akan bertindak sebagai mekanisme yang menjamin sebuah system yang adil dan efisien agar dapat memanfaatkan Kembali sumber daya pemegang saham yang dikorbankan kepada pengguna, dimana nilai ditawarkan dan diterima menjadi seimabng. . oleh karena itu, sekalipun bukti sejumlah penggunaan proses kewirausahaan untuk memanfaatkan pihak lain demi keuntungan, perlu dipahami bahwa proses kewirrausahaan dapat menjadi sebuah cara yang penting untuk membantu pemegang saham yang dieksploitasi dan pada saat yang sama membentu sebuah bisnis yang nyata.

            Dalam perspektif Islam, etika sering dikaitkan dengan istilah akhlak yang kurang lebih juga bermakna sama dengan etika , yakni pedoman mengenai apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan . [4] Meskipun keduanya memiliki definsi hamper sama, etika dan akhlak memiliki sumber yang berbeda. Etika bersumber pada kebiasaan atau adat istiadat yang dianggap baik, tetapi akhlak bersumberv pada Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian yang dimaksud etika wirausaha Syariah ialah hal-hal yang menjadi aturan dalam berwirausaha sesuai dengan syariat Islam.

            Etika berwirausaha dalam Islam terkait pada dua aspek yaitu kejujuran dan keadilan. . kejujuran akan melahirkan sikap yang terpuji yakni tidak menutupi brang yang cacat, tidak melakukan penipua  antara penjual dan pembeli, dll. Serta keadilan akan melahirkan keseimbangan dan tanggung jawab.

 

 

1.2.Fungsi, Tujuan dab Manfaat Etika Wirausaha Syariah

A.    Fungsi Etika Kewirausahaan

            Devin (2010) menempatkan funsi etika pada tiga kelompok, yaitu:

a.     Saran untuk memperloleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang membingungkan.

b.     Etika ingin menampilkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis.

c.     Orientasi etis diperlukan dalam mengambil sikap wajar dalam suasana pluralisme.[5]

 

B.    Tujuan dan Manfaat Etika Wirausaha

            Etika yang diberlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan etika tersebut harus sejalan dengan tujuan perusahaan. Disamping memiliki tujuan, etika juga sangat bermanfaat bagi perusahaan apabila dilakukan secara sungguh-sungguh.

            Berikut ini beberapa tujuan etika yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan.

1.     Untuk persahabatan dan pergaulan

Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah menjadi persahabatan dan menambah luasnya pergaulan. Jiwa karyawan, pelanggan, dan masyarakat menjadi akrab, segala urusan akan menjadi lebih mudah dan lancar.

2.     Menyenangkan orang lain

Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap mulia. Jika kita ingin dihormati, kita harus menghormati orang lain. Menyenangkan orang lain berarti membuat orang menjadi suka dan puas terhadap pelayanan kita. Jika pelanggan mersa senang dan puas atas pelayanan yang diberikan, diharapkan mereka akan mengulangnya kembali suatu waktu.

3.     Membujuk pelanggan

Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang seorang calon pelanggan perlu di bujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara dapat dilakukan perusahaan untuk membujuk calon pelanggan. Salah satu caranya adalah melalui etika yang ditunjukan seluruh karyawan perusahaan.

4.     Mempertahankan pelanggan

Ada anggapan mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit daripada mencari pelanggan. Anggapan ini tidak seluruhnya benar, justru mempertahankan pelanggan lebih mudah karena mereka sudah merasakan produk atau layanan yang kita berikan. Artinya, mereka sudah mengenal kita lebih dahulu. Melalui pelayanan etika seluruh karyawan, pelanggan lama dapat dipertahankan karena mereka sudah merasa puas atas layanan yang diberikan.

5.     Membina dan menjaga hubungan

Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari adanya perbedaan paham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam suasana akrab. Dengan etika hubungan yang lebih baik dan akrab pun dapat terwujud.

 

1.3.Norma, Prinsip-prinsip Etika Wirausaha Syariah

A.    Norma Kewirausahaan

Norma kewirausahaan terbagi menjadi tiga bagian:

(1) Hukum, berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur perilaku minimum.[6]

(2) Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arah khusus bagi setiap orang atau organisasi dalam mengambil keputusan sehari-hari. Para karyawan akan bekerja sesuai dengan kebikjakan dan prosedur perusahaan atau organisasi.

(3) Moral sikap mental individual, sangat penting untuk menghadapi keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal.

 

B.    Prinsip-prinsip Etika Kewirausahaan

Prinsip-prinsip etika kewirausahaan diarahkan menjadi dua, yaitu:

a.     Prinsip etika dan Norma Kewirausahaan

Prinsip etika dan norma kewirausahaan adalah:

1.     Prinsip tanggung jawab, tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya; tanggung jawab atas dampak profesinya terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain.[7]

2.     Prinsip keadilan

3.     Prinsip otonomi (kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya, prinsip otonomi dibatasi oleh tanggungjawab dan komitmen profesi; pemeritah boleh campur tangan untuk kemaslahatan umum.

4.     Prinsip integritas moral.

5.     Komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesi, nama baik, serta kepentingan orang lain dan masyarakat.

b.     Pentingnya Etika Bisnis

Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan perusahaan dalam memecahkan persoalan perusahaan.[8] Hal ini disebabkan semua keputusan perusahaan sangat memengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholder. Stakeholder adalah semua individu atau kelompok yang nberkepentingan dan berpengaruh pada keputusan-keputusan perusahaan. Stakeholder perusahaan terdiri atas:

1.     Para pengusaha dan mitra usaha. Selain berfungsi sebagai pesaing, para pengusaha juga berperan sebagai mitra. Dalam hal ini, para pengusaha merupakan relasi usaha yang dapat bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang. Loyalitas mitra usaha akan sangat bergantung pada kepuasan yang diterima dari perusahaan.

2.     Petani dan perusahaan pemasok bahan baku. Petani dan perusahaan berperan sebagai penyedia bahan baku. Pasokan bahan baku yang kurang bermutu dan pasokan yang lambat dapat memengaruhi kinerja perusahaan. Oleh karena itu, keputusan untuk menentukan kualitas barang dan jasa sanagat bergantung pada pemasok bahan baku. Loyalitas petani penghasil bahan baku sangat bergantung pada tingkat kepuasan yang diterima dari perusahaan dalam menentukan keputusan harga jual bahan baku ataupun dalam bentuk insentif.

3.     Organisasi pekerja yang mewakili pekerja. Organisasi pekerja dapat memengaruhi keputusan melalui proses tawar menawar secara kolektif. Perusahaan yang tidak melibatkan karyawan atau organisasi pekerja dalam mengambil keputusan sering menimbulkan protes yang mengganggu jalannya perusahaan.

4.     Pemerintahan yang mengatur kelancaran aktivitas usaha. Pemerintah dapat mengatur kelancaran aktivitas usaha melalui serangkaian kebijakan yang dibuatnya karena kebijakan yang dibuat pemerintah akan sangat berpengaruh terhadap iklim usaha.

5.     Bank penyandang dana perusahaan. Selain sebgai jantungnya perekenomian dalam skala makro, bank juga sebgai lembaga yang dapat menyediakan dana perusahaan.[9]

6.     Investor penanam modal. Investor penyandang dana dapat memengaruhi perushaaan melalui serangkaian persyaratan yang diajukannya. Persyaratan tersebut akan mengikat dan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan. Loyalitas investor sangat bergantung pada tingkat kepuasan investor atas ahasil penanaman modalnya.

7.     Masyarakat umum dilayani. Masyarakat  akan selalu menanggapi dan memberikan informasi tentang bisnis yang dijalankan. Dalam hal ini, masyarakat juga merupakan konsumen yang akan memengaruhi keputusan perusahaan dalam menentukan produk barang dan jasa yang dihasilkan serta teknik yang digunakan.

8.     Pelanggan yang membeli produk. Barang dan jasa yang akan dihasilkan serta teknologi yang digunakan akan sangat dipengaruhi oleh pelanggan sehingga dapat menentukan keputusan-keputusan bisnis. Dengan demikian, etika bisnis merupakan landasan penting dan harus diperhatikan, terutama dalam menciptakan dan melindungi reputasi perusahaan. Oleh sebab itu, etika bisnis merupakan masalah yang sangat sensitive dan kompleks karena membangun etika untuk mempertahankan reputasi lebih sukar daripada menghancurkan.

c.     Cara mempertahankan standar etika

      Ada beberapa cara mempertahankan standar etika, yaitu:

1.     Menciptakan kepercayaan perusahaan, hal ini akan menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi Stakeholder.

2.     Mengembangkan kode etik, yaitu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan.

3.     Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten.

4.     Melindungi hak persorangan.

5.     Mengadakan pelatih etika.

6.     Melakukan audit etika secara periodic.

7.     Mempertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hanya aturan.

8.     Menghindari contoh etika yang tercela setiap saat dan diawali dari atasan.[10]

9.     Menciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah.

10.  Komunikasi dua arah sangat penting untuk menginformasikan barang dan jasa yang dihasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.

11.  Melibatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika.

12.  Memberi kesempatan kepada karyawan untuk memberikan umpan baik tentang standar etika yang harus dipertahankan.

d.     Tanggung Jawab perusahaan

Etika akan sangat berpengaruh pada tingkah laku individual. Dalam hal ini, tanggung jawab sosial mencoba untuk menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial. tanggung jawab perusahaan meliputi hal-hal berikut:

1.     Tanggung jawab terhadap lingkungan. Produk harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memerhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan.

2.     Tanggung jawab terhadap karyawan. Semua aktivitas sumber daya manusia diarahkan pada tanggung jawab karyawan dengan cara:

a.     Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan;

b.     Memberikan umpan balik, bagian positif maupun negative;

c.     Menceritakan kepada karyawan tentang kepercayaan;

d.     Memberikan karyawan mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya;

e.     Memberikan imbalan kepada karyawan dengan baik;

f.      Memebrikan kepercayaan kepada karyawan.

3.     Tanggung jawab terhadap pelanggan. Tanggung jawab perusahan kepada pelanggan, meliputi 2 kategori, yaitu:

a.     Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas;

b.     Memberikan harga produk yang wajar dan adil.

Selain itu, perusahaan juga harus melindungi hak-hak pelanggan, yaitu:

a.     Hak untuk mendapatkan produk yang aman;

b.     Hak untuk mendapatkan informasi tentang segala aspek;

c.     Hak untuk didengar;

d.     Hak untuk memilih apa yang akan dibeli.

4.     Tanggung jawab terhadap investor, yaitu menyediakan pengembalian investasi yang menarik dengan memaksimumkan laba dan melaporkan kinerja keuangan seakurat dan setepat mungkin.[11]

5.     Tanggung jawab terhadap masyarakat. tanggung jawab berupa menyediakan dan menciptakan kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi perusahaan.

 

1.4.Sikap dan Perilaku Etika Wirausaha Syariah

Sikap dan perilaku pengusaha dan seluruh karyawannya merupakan bagia penting dalam etika wirausaha. Oleh karena itu, dalam praktiknya sikap dan perilaku yang harus ditunjukan oleh pengusaha dan seluruh karyawan, terutama karyawan di customer service, sales, teller, dan satpam harus sesuai dengan etika yang  berlau. Adapun sikap dan perilaku yang harus diterapkan oleh pengusaha dan seluruh karyawan menurut Kasmir dalam bukunya yang berjudul Kewirausahaan adalah sebagai berikut: (kasmir: 2012)

1.     Jujur dalam bertindak dan bersikap

Sikap jujur merupakan modal utama seseorang karyawan dalam melayani pelanggan. Kejujuran berkata, berbicara, bersikap, maupun bertindak. Kejujuran inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.

2.     Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas.

Seorang pelayan dituntut untuk rajin dan tepat waktu dalam melayani pelanggan, tidak bermalas-malasan. Selain itu, dituntut pula untuk tidak mudah menyerah, selalu ingin tahu, aktif, dan tidak mudah putus asa.

3.     Selalu murah senyum

Dalam melayani pelanggan, seorang karyawan harus selalu memasang muka atau wajah ramah dengan selalu tersenyum dan menyapa pelanggan. Jangan sekali-kali memasang wajah murung, karena hal tersebut akan mengubah pandangan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan. Pelanggan biasanya akan tersanjung dengan senyum yang diberikan oleh pelayan.

4.     Lemah lembut dan ramah tamah

Dalam bersiap dan berbicara saat melayani pelanggan hendaklah dengan lemah lembut dan ramah tamah. Sikap seperti ini yang akan menarik minat tamu atau pelanggan.

5.     Sopan santun dan hormat

Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan hendaknya selalu bersikap sopan santun dan hormat. Dengan demikian, pelanggan juga akan menghormati pelayanan yang diberikan karyawan tersebut.

6.     Selalu ceria dan pandai bergaul

Sikap selalu ceria yang ditunjukan karyawan dapat memecahkan kekakuan yang ada. Sementara itu, sikap pandai bergaul juga akan menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancer.

7.     Fleksibel dan suka menolong pelanggan

Dalam menghadapi pelanggan, karyawan harus dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jalan keluarnya dengan cara yang fleksibel.

8.     Serius dan memiliki rasa tanggung jawab

Dalam menghadapi pelanggan, karyawan harus serius dan sungguh-sungguh. Karyawan harus tabah dalam menghadapi pelanggan yang sulit berkomunikasi atau yang suka ngeyel.

9.     Rasa memiliki perusahaan yang tinggi

Seorang karyawan harus merasa memiliki perusahaan sebagai milik sendiri. Rasa memiliki perusahaan yang tinggi akan memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan dengan baik.

 

BAB III

PENUTUP

 3.1. Simpulan

                 Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika wirausaha merupakan sebuah harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya  informasi  saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia usaha saat ini. Ketatnya persaingan usaha menyebabkan beberapa pelaku wirausahanya kurang memperhatikan etika dalam bisnis.

                 Etika wirausaha mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing elemen dalam lingkaran wirausaha. Pemasok (supplier),perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika, sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik. Etika berwirausaha ini bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro.