TATA LAKSANA PASIEN TB DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

TATA LAKSANA PASIEN TB DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN - Kali ini admin postingkan bacaan mengenai tata laksana pasien TB di Fasilitas pelayanan kesehatan silahkan simak di bawah ini.

OLEH :
TEGUH PRAHARA, S.Kep

A. Pendahuluan

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. TB ditularkan melalui udara (melalui percikan dahak penderita TB). Ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka memercikkan kuman TB atau bacilli ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB.

Penderita TB dengan status TB BTA (Basil Tahan Asam) positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain setiap tahunnya. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB. Seseorang yang tertular dengan kuman TB belum tentu menjadi sakit TB. Kuman TB dapat menjadi tidak aktif (dormant) selama bertahun-tahun dengan membentuk suatu dinding sel berupa lapisan lilin yang tebal. Bila sistem kekebalan tubuh seseorang menurun, kemungkinan menjadi sakit TB menjadi lebih besar. Seseorang yang sakit TB dapat disembuhkan dengan minum obat secara lengkap dan teratur

B. Definisi

“Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberkulosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Kuman TB berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan ziehl neelsen, oleh karena itu disebut Basil Tahan Asam (BTA). Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tidur lama beberapa tahun.

Kuman dapat hidup dalam suhu yang sangat rendah 2-70 derajat celcius, namun sangat peka terhadap panas sinar matahari dan ultra violet. Di dalam dahak pada suhu 30-37 0 C kuman cepat mati dalam waktu seminggu, sedang apabila terpapar sinar ultraviolet secara langsung sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit.


C. Tanda dan gejala

Gejala utama : batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Gejala tambahan :

- Respiratorik : dahak campur darah, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada

- Sistemik : badan lemah, anoreksia, berat badan turun, kurang enak badan (malaise), berkeringat malam hari walaupun tanpa kegiatan, demam meriang yang berulang lebih dari sebulan.


D. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Diagnosis TB ditegakkan dengan pemeriksaan 3 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). Idealnya dikumpulkan dalam 2 hari yang berurutan.

Menghindari risiko penularan, pengambilan dahak dilakukan di tempat terbuka, terkena sinar matahari langsung dan jauh dari orang lain. Jika keadaan tidak memungkinkan, gunakan ruang terpisahyang mempunyai ventilasi baik dan sinar matahari langsung.

Kualitas dahak yang baik didapat dengan memperhatikan hal-hal di bawah ini :

a. Berikan penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan dahak

b. Berikan penjelasan tentang cara batuk yang benar

c. Periksa kualitas dan kuantitas dahak. Dahak yang baik kental berwarna kuning kehijauan (mukopurulen), apabila air liur, minta periksa ulang

d. Jika tidak ada dahak yang keluar pot dahak dianggap sudah terpakai dan harus dimusnahkan sesuai protap keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium

Apabila sulit mengeluarkan dahak, lakukan hal-hal berikut :

a. Di rumah malam hari sebelum tidur menelan tablet GG 200 mg

b. Di fasyankes : minum segelas teh manis, kemudian olahraga ringan (lari-lari kecil), setelah itu tarik nafas beberapa kali, kemudian menahan nafas selama beberapa saat, lalu batukkan dengan kuat untuk mengeluarkan dahak.


E. Diagnosis TB Pada Dewasa dan Anak

1. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa

a. Semua suspek harus diperiksa dahak SPS

b. Ditetapkan dengan penemuan kuman BTA. Pemeriksaan lain seperti foto toraks hanya digunakan sebagai sarana penunjang diagnosis sepanjang sesuai indikasinya

c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran proses spesifik TB paru, sehingga sering terjadi over diagnosis atau under diagnosis

d. Untuk lebih jelasnya lihat alur diagnosis TB paru pada orang dewasa

2. Diagnosis TB Ekstra paru pada orang dewasa

a. Seseorang dicurigai menderita TB ekstraparu bila ditemukan gejala-gejala antara lain: nyeri dada (TB pleura/pleuritis), pembesaran kelenjar getah bening superficial (Limfadenitis TB), gibbus (spondilitis TB) dan lain-lain.

b. Penetapan diagnosis pasti sering sulit dilakukan, sedangkan diagnosis kerja dapat ditetapkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) setelah menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnostic tergantuk pada cara pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostic, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi,serologi, foto toraks dan lain-lain.

c. Seorang pasien TB ekstraparu sangat mungkin secara bersamaan juga menderita TB paru, oleh karena itu harus dilakukan pemeriksaan dahak.

3. Diagnosis TB pada anak

Diagnosis TB pada anak sulit dilakukan karena gejalanya tidak khas. Untuk itu perlu pemberiksaan seksama. Dahak pada anak biasanya sulit diperoleh karena sering ditelan, tetapi pada anak yang bisa mengeluarkan dahak, sebaiknya dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis secara langsung.

Gejala dan tanda TB pada anak sangat bervariasi.

- Nafsu makan tidak ada (anoreksia)

- BB menurun tanpa sebab yang jelas

- BB tidak meningkat dalam 1 bulan setelah diberikan perbaikan gizi yang adekuat (gagal tumbuh)

- BB meningkat tapi tidak sesuai dengan grafik tumbuh kembang

- Demam yang lama (> 2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas, dapat disertai keringan malam dengan demam yang umumnya tidak tinggi (subfebris)

- Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang biasanya multiple, saling melekat dan tidak nyeri tekan dengan ukuran diameter lebih dari 1 cm

- Batuk yang lama > 3 minggu dan kemungkinan penyebab lain telah disingkirkan

- Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

4. Diagnosis pada TB MDR

Diagnosis dipastikan berdasarkan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan obat pada suspek TB MDR dengan criteria :

a. Kasus gagal pengobatan kategori 2

b. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif pada bulan ke-3 pada pengobatan kategori 2

c. Pasien yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua seperti kuinolon dan kanamisin

d. Pasien gagal pengobatan kategori 1

e. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan dengan kat-1

f. Kasus TB kambuh pada pengobatan kategori 1 atau kategori 2

g. Pasien yang kembali setelah lalai/default pada pengobatan kat-1 dan atau kat-2

h. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB MDR konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal TB MDR

i. Pasien koinfeksi TB-HIV


F. Penularan TB

Sumber penularan adalah penderita TB paru BTA positif. Daya penularan seorang pasien ditentukan banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Beberapa hal penting yang perlu dipahami yaitu :

a. Penularan TB akan lebih mudah terjadi, antara lain :

1) Hunian padat/over crowding, misalnya di penjara, tempat-tempat pengungsian dll

2) Situasi social ekonomi yang tidak menguntungkan seperti malnutrisi, pelayanan kesehatan yang buruk, tunawisma, dll

3) Lingkungan kerja, misalnya pertambangan, laboratorium, rumah sakit, dll

b. Upaya untuk mencegah penularan penyakit TB :

1) Mengobati pasien TB paru BTA positif sampai sembuh (merupakan upaya terpenting)

2) Menganjurkan pasien untuk menerapkan etika batuk / bersin :

- Menutup mulut dengan sapu tangan, masker

- Kalau tidak menggunakan saputangan/masker jangan ditutup tangan, batuklah/bersin ke bagian dalam ketiak

- Tidak membuang dahak di lantai atau di sembarang tempat

3) Perbaikan perumahan dan lingkungan, peningkatan status gizi, dan peningkatan pelayanan kesehatan

c. Upaya untuk mencegah terjadinya TB :

1) Meningkatkan gizi

2) Memberikan pengobatan pencegahan (kemoprofilaksis) pada anak balita tanpa gejala TB tapi mempunyai kontak atau serumah dengan pasien TB paru BTA positif. Pada anak ini diberikan tablet Isoniazid (INH) dengan dosis 5 mg/kg BB perhari selama enam bulan. Bila anak belum pernah mendapat BCG, maka BCG perlu diberikan sesudah pemberian INH (seminggu setelah dosis INH terakhir).

d. Imunisasi BCG :

1) Dapat menurunkan kejadian TB berat pada anak, misalnya meningitis tuberkulosa, TB milier dll.

2) Tidak dapat mencegah terjadinya TB post primer jika infeksi dengan kuman tersebut sudah terjadi setelah imunisasi BCG

3) Tidak dapat menurunkan insidensi BCG

e. Pemeriksaan kontak dari pasien TB Paru BTA positif, bertujuan untuk menemukan pasien lain sedini mungkin, supaya dapat mencegah perkembangan dan penularan penyakit.



G. Keamanan Kerja dan Pencegahan Infeksi

1. Keamanan dan Pencegahan Infeksi di Laboratorium

Penularan TB terjadi melalui percikan dahak yang infeksius di udara dan terhirup oleh orang lain. Pemeriksaan dahak yang dilakukan sesuai prosedur standar oleh petugas laboratorium akan memperkecil risiko penularan TB.

a. Pembuangan limbah laboratorium :

- Pot dengan sisa dahak yang sudah diperiksa (tutup pot harus dilepas) dan bahan lain yang telah terkontaminasi harus direndam dalam ember berisi larutan sodium hipoklorit 10% atau fenol 5% selama semalam. Sterilkan pada suhu 121OC selama 15 menit lalu dibakar atau dikubur.

- Kaca sediaan tidak boleh dipakai ulang. Lakukan proses seperti prosedur diatas

b. Selain petugas laboratorium, orang lain tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan pemeriksaan laboratorium. Petugas kebersihan hanya diperkenankan masuk setelah memahami prosedur keamanan kerja di laboratorium dan mendapat izin dari pimpinan unit laboratorium

c. Petugas lab harus menggunakan jas lab.

d. Dilarang makan, minum dan merokok di ruang lab.

e. Dilarang memakai perhiasan pada tangan selama bekerja dan dilarang menyentuh wajah dengan tangan atau peralatan lab.

f. Dilarang menggunakan pipet dengan mulut

g. Setelah selesai bekerja bersihkan meja kerja, peralatan dan lantai dengan disinfektan

h. Bersihkan tangan setelah melakukan setiap kegiatan

i. Tanggalkan jas lab sebelum meninggalkan laboratorium

j. Pekerjaan administrasi sebaiknya dilakukan di luar ruangan

k. Ruangan harus mempunyai ventilasi baik

l. Setiap orang yang bekerja di laboratorium dianjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala

m. Penggunaan masker bedah tidak menjamin keamanan kerja dan tidak diharuskan (bila memungkinkan gunakan respirator protection, contoh N 95)





2. Lima Langkah penatalaksanaan pasien untuk mencegah infeksi TB pada fasyankes

Dalam rangka mengurangi penyebaran TB di Fasyankes perlu pengendalian infeksi secara administratif, seperti identifikasi pasien dengan gejala TB sehingga dapat dipisahkan dan segara mendapatkan pengobatan. Langkah ini adalah upaya utama yang penting dilakukan untuk mengurangi pajanan mycobacterium tb. kepada petugas kesehatan dan pasien, dengan mengurangi adanya percik renik di udara.




Lima langkah penatalaksanaan pasien untuk mencegah infeksi TB pada fasyankes


1 Triase

Pengenalan segera pasien suspek atau confirm TB sebagai langkah pertama. Hal ini dilakukan dengan menempatkan petugas untuk menyaring pasien dengan batuk lama segera saat datang ke fasyankes. Pasien dengan batuk2 minggu atau dalam investigasi TB tidak boleh mengantri dengan pasien lain untuk mendaftar atau mendapatkan kartu. Mereka harus segera dilayani dengan langkah-langkah berikut di bawah ini


2 Penyuluhan

Menginstruksikan pasien yang tersaring di atas untuk melakukan etiket batuk yaitu menutup hidung dan mulut ketika batuk atau bersin. Kalau perlu berikan masker atau tisu untuk membantu menutup mulut


3 Pemisahan

Pasien suspek atau kasus TB melalui pertanyaan penyaringan harus dipisahkan dari pasien lain dan diminta menunggu di ruang terpisah dengan ventilasi baik serta diberi masker bedah atau tisu untuk menutup mulut dan hidung pada saat menunggu


4 Pemberian pelayanan segera

Pada tempat pelayanan terpadu, pasien dengan gejala di triase ke baris depan untuk mendapatkan pelayanan segera (misalnya VCT, kunjungan pengobatan) agar dapat segera terlayani dengan dan mengurangi waktu orang lain yang terpajan dengan mereka. Di tempat pelayanan terpadu, usahakan agar pasien yang hanya datang untuk mendapatkan pelayanan HIV mendapatkan pelayanan HIV sebelum pelayanan untuk ODHA dengan TB


5 Rujuk untuk investigasi atau pengobatan TB

Pemeriksaan diagnostic TB sebaiknya dilaksanakan di tempat pelayanan itu tetapi bila tidak tersedia, fasilitas perlu membina kerjasama baik dengan sentra diagnostic TB untuk merujuk pasien dengan gejala TB. Selain itu, fasilitas perlu mempunyai kerjasama dengan sentra pengobatan TB untuk menerima rujukan pengobatan bagi pasien terdiagnosis TB


Sumber :

Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2012. Pelatihan Tatalaksana TB Bagi Pengelola Program TB Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Modul 1-7. Jaka

Demikianlah yang saya bagikan mengenai tata laksana pasien TB di Fasilitas pelayanan kesehatan semoga bermanfaat.